❝four❞

579 45 1
                                    

" Jadi Jessie sudah dari lama mencurigaimu dan dia melapor kepada pihak manajemen sejak ketadian yang tadi, pihak manajemen tidak dapat percaya begitu saja hanya karena kau merasa tidak tertarik dengan pemilik perusahaan itu."

Lucy diam sebentar dan mulai membuka mulutnya untuk berbicara kembali sambil menatap mataku. "Jadi kau masih ada kesempatan untuk perlahan tidak menampakan bagaimana kau sebenarnya dan kau tidak boleh ceroboh"

Aku menghembuskan nafas lega setelah mendengar penjelasan dari Lucy. Aku tau pihak manajemen tidak akan sebodoh itu mempercayai suatu hal, tetapi jika sesuatu terus aku tutup-tutupi maka kujamin pasti akan terbongkar dengan perlahan.

"Terima kasih tuhan. Aku lega mendengar hal itu Lucy terima kasih banyak, info itu sangat penting bagiku". Aku berterima kasih pada Lucy karena berkat dia aku tau apa permasalahan yang ada disana termasuk soal Jessie melapor tadi dan yang harus kulakukan hanyalah perlahan tidak menunjukan bahwa aku seorang lesbian.

"Sudah sewajarnya aku membantumu Vic. Baiklah aku harus pulang." pulang?secepat itu?

"Kenapa terburu-buru sekali?" Lucy menatapku sebentar "Ada yang harus kuurus, bye Vic!" Terkadang dia samgat aneh tapi yasudahla lupakan.

●●

Cuaca yang sejuk membuatku malas bangkit dari kasur empuk ku ini, tapi bagaimana pun aku memaksakan diri harus bekerja apalagi jadwal ku yang semakin menumpuk membuatku bingung antara senang karena bisa memiliki cukup uang dan sedih karena terkadang aku sampai sampai lupa untuk menjaga kesehatan.

"Kerja kerja kerja." Aku menarik nafas and berjalan menuju kamar mandi.

Aku memilih untuk memakai pakaian yang simple untuk hari ini seperti plaid white t-shirt dengan beberapa lubang disisi-sisinya, black skinny jeans, sepatu sport bertotol hitam putih dan tas yang hampir senada dengan sepatuku, ini memang penampilan yang simple bahkan sangat kupikir.

Aku langsung menelfon taxi untuk segera datang agar aku tidak telat. Kau tahu Lucy juga bisa menjadi orang yang tegas jika aku mengabaikannya.

Aku langsung turun kebawah flatku dan masuk kedalam taxi yang sudah kupesan tadi.

Aku memberi tahu kemana arah tujuanku kepada supir taxi yang kunaiki dan dia mengangguk menandakan dia tau arah jalannya. Ya aku pergi ke tempat itu lagi. Domstreght Mago.

Semoga aku tidak bertemu lagi dengan pria mesum itu,ucapku dalam hati.

Aku juga bingung kenapa mereka terus mengontrak ku, padahal masih banyak perusahaan majalah atau beberapa perusahaan ternama yang menginginkan aku dengan harga yang fantastis dibanding perusahaan ini.

Tak terasa aku sudah sampai di Domstreght Mago."Ini uangnya." Ucapku seraya turun dan berterima kasih kepada supir taxi itu.

Aku masuk kedalamnya dan tentuny tidak dicekal oleh dua security yang berbadan tegap disini. Aku langsung naik ke lift dan menuju ruangan yang pernah kudatangi.

"Permisi." Kubuka pintu dan melihat sekeliling sudah banyak yang kerepotan membawa alat-alat untuk photoshoot nanti.

"Hey Vic, pergi keruang make up"

"Aku baru saja sampai Lucy, bisakah aku duduk sebentar?."

"Tidak. Ayo pergi ke ruang make up sekarang."

Aku hanya bisa menggeram oleh tingkah Lucy yang menyebalkan pagi ini. Melangkahkan kaki ku ke ruang make up aku langsung ditarik untuk duduk dikursi make up yang telah disediakan.

"Ouch bisa kah kau pelan sedikit?." Ucapku kepada Jessie. "Kau membuat bokongku sakit, kau tahu." Aku memegangi bokongku perlahan "Jessie kau dengar aku?!"

"Mengapa kau tidak bisa menutup mulutmu sebentar dan biarkan aku konsentrasi" Aku langsung membungkap mulutku mendengar perkataan Jessie tadi.

ah yasudalah,pikirku. Aku membenarkan duduk ku dan mengambil sebuah majalah wanita yang diproduksi oleh perusahaan Vogue.

Halaman demi halaman aku lihat dengan teliti hingga terbukalah halaman dimana wanita wanita sexy sedang berpose menunjukan bentuk tubuh mereka.

Wanita di lembar halaman ini hanya memakai bikini tipis dan mengangkang di pantai.

Oh tidak tidak jangan sekarang, ucapku gugup dalam hati.

Aku perlahan demi perlahan mulai terangsang dengan gambar tersebut, aku merapatkan kedua kaki ku dengan meletakan kaki kanan diatas kaki kiri. Oh tidak aku sudah mulai gelisah sekarang.

Aku kembali ke halaman selanjutnya yang disana ada dua wanita yang berpose sangat vulgar yaitu saling memegangi buah dada satu sama lain.

Aku kembali mengeratkan kakiku dan tanpa kusadari tangan ku tengah meremas halaman tersebut. Astaga! Sepertinya aku basah.

Aku kembali mengeratkan kakiku dan mulai duduk dengan gelisah. Kupejamkan mataku dan menggeser bokongku kekanan dan ke kiri perlahan.

"Vic, kau baik baik saja?" Aku langsung tersentak berdiri dan melempar majalah tersebut ketika Jessie menegurku. "Kau kenapa? Mengapa terlihat gugup seperti itu?" Ucapnya lagi menambah kegugupanku untuk menjawab aku mundur beberapa langkah.

"Apa yang kau lakukan Vic..?" Ia menyipitkan matanya dan menatap ku intense seperti dia sangat penasaran apa yang telah kuperbuat. Ia maju perlahan yang otomatis membuat aku mundur perlahan. "Jawab aku Vic!" Suaranya terlihat lebih tinggi dari sebelumnya.

"A aa aku.. a aku tak tta tau." Ucapku gelagapan,detak jantungku berdetak cepat. Aku takut dia mengetahui itu.

"Ternyata benar dugaanku kau seorang lesbian Vic." Ia memberi penekanan dikata itu dan menatapku lebih dekat.

" Aku sengaja meletakan majalah itu diatas meja karena aku tahu kau pasti akan membacanya dan kau tahu aku memperhatikan mu sedari tadi kau membukanya" Aku langsung membulatkan mataku dan tidak percaya dengan ini semua.

Dia sudah tau semuanya dia sudah tau! Aku harus apa! Oh tuhan bantu aku! "Aku akan memberi tahu tentang persoalan ini ke manajemen mu Vic." Ia langsung berjalan keluar dari ruang make up ini dan tinggalah aku sendirian.

Aku mengarahkan kedua tanganku ke kepala dan menjambak rambutku sendiri, aku menangis. Aku benar benar fruatasi sekarang. Aku takut impian yang sudah aku impikan untuk menjadi model ternama menjadi sia-sia hanya karena aku seorang lesbian.

Aku langsung berlari keluar dari ruangan ini dan dan menuju pintu keluar ruang pemotretan, sempat kudengar Lucy memanggil tapi kuhiraukan.

Aku berlari keluar dari perusahaan ini dan bertabrakan dengan seseorang--

"Aaw aw maaf" Aku kembali bangkit dan berlari kecil menuju pintu keluar,tapi belum lagi aku berjalan aku merasakan seseorang menggenggam tanganku

"Ada ap--

••

done for now! sorry for the fuckin late update:)

hope you enjoy this bored story xx

10 votes to next chapter:)

and happy eid mubarak for those who celebrate and style of Vic aka Kendall is on multimedia:))

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang