15. 🍟

760 132 17
                                    

Gemerlap lampu menghiasi jalanan malam ibukota. Netra cokelat Jeffrey menatap sekelilingnya yang ramai akan pasangan muda-mudi seperti dirinya. Yap, Jeffrey dan Rosa memutuskan untuk nongkrong di cafe setelah menghadiri pesta Ciko. Jeffrey sendiri kaget karena selepas dari pesta Rosa mengajaknya ke sebuah cafe yang tak jauh dari apartemennya.

"Ceritain tentang diri lo Jef," ucap Rosa membuka pembicaraan setelah keheningan menyelimuti mereka.

"Kamu mau tau tentang kehidupan aku?" tanya Jeffrey.

Rosa mengangguk, tangannya mengambil french fries yang tersaji di depannya. "Kalau lo mau masuk ke kehidupan gue, sebelumnya gue juga harus tau dong kehidupan lo."

Jeffrey tertawa pelan mendengar jawaban Rosa, "Jadi kamu udah mulai nerima aku nih?"

"Jef umur kita tuh udah hampir 30 an, jadi harus selektif. Meskipun gue nggak berpengalaman soal cinta-cinta an tapi nggak menutup kemungkinan gue harus ngejalanin itu. Ngelihat orang di sekeliling gue bikin gue paham kalau cinta aja tuh nggak cukup buat suatu hubungan."

"Kamu bener, ini yang menjadi salah satu alasan kenapa aku ngerasa nyaman sama kamu. Karena kita punya perspektif yang hampir sama."

Rosa mengernyit, "Maksudnya?"

"Rosa selama hampir 27 tahun aku hidup, baru kali ini aku ketemu orang yang hampir mirip sama ibu aku."

"Jadi lo suka sama gue karena gue mirip ibu lo gitu?"

Jeffrey menggeleng, "Bukan, itu bukan jadi faktor utama nya. Satu-satunya alasan kenapa aku bisa suka sama kamu karena kamu apa adanya. Kamu nggak memainkan karakter yang berbeda tiap ketemu orang bahkan kamu nggak peduli mereka mau mandang kamu kayak gimana karena kamu percaya bahwa yang kamu lakuin tuh masih di jalan yang benar. Awalnya aku ragu buat ngedeketin kamu, apalagi kamu selalu di lingkup yang sama kayak Erland. Aku takut kalau ternyata perasaan yang aku punya ini bakal bikin kamu makin menjauh. Tapi di satu sisi aku bersyukur karena ketemu kamu yang bikin hari aku jadi lebih berwarna dibanding sebelumnya."

"Gue nggak ada apa-apa sama Erland."

Jeffrey mengangguk, Ia memberanikan diri menggenggam tangan gadis didepannya. Dirinya tersenyum kecil takkala Rosa tersentak kaget akan tindakan nya.

"Aku tahu," jawab Jeffey lagi. Ia memang sudah tahu perihal hubungan Erland dengan Rosa dari orang suruhannya. Sedikit mengejutkan bahwa ternyata Erland sudah bertunangan dengan kekasihnya yang ternyata orang yang sama saat Jack menciduk mereka di mall minggu lalu.

"Aku bakal ceritain semuanya tentang aku, tapi pelan-pelan. Sambil kita bangun hubungan ini ya, sayang?"

🏢🏢

Sosok jangkung tersebut tersenyum miring ketika hasil jepretannya pada 2 sosok yang sedang di mabuk kasmaran tersebut. Jarinya mengetik cepat pada ponsel keluaran terbarunya, sebelum sebuah panggilan menginterupsinya.

"Halo,"

"Jaffar, kamu kemana aja sih? Udah malem, katanya cuma ke pesta Ciko tadi siang? Kok belum pulang, Ibu potong uang jajan kamu ya keluyuran terus!"

"Iya bu, Jaffar tadinya juga mau balik tapi ini Jaffar lagi ngejalanin misi rahasia."

Terdengar helaan nafas di seberang sana, "Misi apa sih? Kamu jangan aneh-aneh ya udah malem, pulang!"

"Ibuuu, ini tuh misi buntutin Bang Jeffrey ama Mbak Rosa. Nih Jaffar kirimin foto deh,"

"Ini beneran abang kamu lagi di cafe berdua? Kamu ngikutin abang kamu kok nggak bilang Ibu dulu sih! Kan Ibu juga mau ketemu sama calon menantu."

Jaffar mengangguk, matanya melirik pasangan sejoli yang menuju pintu keluar sambil tangannya merapatkan hoodie hitam yang menutupi kepalanya agar tidak ketahuan.

"Ini aja Jaffar nggak sengaja lihat tadi pas di pesta. Tapi sekarang udah mau balik deh keknya. Ibu tahu nggak? Omongannya Bang Jeffrey ngalus banget, Jaffar sampai geli sendiri dengernya."

"Ih Ibu makin penasaran nih, jarang-jarang Jeffrey kayak gitu," sahut Yuni kesal.

Jaffar tertawa mendengar penuturan Ibunya, memang dari keluarga nya hanya Ia saja yang pernah bertemu langsung dengan Rosa.

"Ibu tenang aja, Jaffar bakal atur pertemuan Ibu sama Mbak Rosa tanpa sepengetahuan bang Jeffrey." ucap Jaffar meyakinkan.

"Oke janji ya, emang Ibu harus turun tangan dulu biar abang kamu berani bawa ke rumah. Yaudah kamu cepet pulang."

"Siap bu, ini Pak Roni juga udah nunggu di depan cafe. Nanti Jaffar ceritain lagi kalau udah sampai rumah. Jaffar sayang Ibu."

"Hati-hati, Ibu juga sayang Jaffar,"

Setelah panggilan telepon terputus, Jaffar segera melangkahkan kakinya keluar cafe, matanya menatap mobil Jeffrey yang sudah melesat pergi. "Be careful abang, Ibu udah mulai bereaksi."


Halo-halo, gimana kabar kalian? Aku minta maaf banget karena lama nggak update. 😭😭🙏

Enjoy ya jangan lupa vote, share, dan komen. Love you all. Kita ketemu besok? Gass ngeengg🏍️🏍️




KANTOR 97 🏢 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang