"Sabtu ini? Besok dong? Kok mendadak banget?!" Rosa menggeleng tidak percaya, kehadiran Jeffrey di depan kubikel nya pagi ini membuat rasa penasaran Rosa terjawab.
"Iya, kamu mau kan?"
"Mau sih, tapi kalau besok udah janji sama Mas Cahyo buat pulang ke rumah."
Jeffrey tersenyum singkat, "Aman, lagian kita perginya pagi kok. Aku juga udah ngehubungin Mas Cahyo buat minta izin, nanti habis dari taman hiburan aku anterin kamu ke rumah."
Rosa tertawa kecil, "Seriously, Jef? Mas Cahyo tuh nggak bakal nurut gitu aja. Dia pasti minta aneh-aneh kan sama lo?"
"Nggak aneh-aneh kok." balas Jeffrey.
Rosa berdecak, tidak percaya dengan ucapan Jeffrey. Hampir 20 tahun hidup bersama, Rosa tentu tahu tabiat kakaknya yang selalu mencari keuntungan. "Emang dia minta apa? Kalau nggak mau jujur, kita batal ke taman hiburan besok."
Jeffrey terdiam, tangannya mengotak-atik ponsel sebentar sebelum menunjukkannya ke Rosa.
"TUH KAN APAAN YANG NGGAK ANEH-ANEH COBA? TIKET PESAWAT KE BALI?!" seru Rosa tidak percaya. Tuhkan Rosa bilang juga apa, ini kakaknya kagak tau diri banget.
"Nggak apa-apa, namanya juga bisnis."
"Bisnis apaan coba? Nggak Jef, itu refund aja tiketnya."
Jeffrey menggeleng, "Nggak bisa, lagian ini penawaran dari aku kok. Mas Cahyo awalnya juga nolak, tapi aku tahu tiket ini bakal berarti banget buat Mas Cahyo." jelas Jeffrey.
"Maksudnya?" tanya Rosa tidak mengerti.
"Tiket ini buat senin depan, ada pagelaran busana di sana dan Kak Windi bakal dateng. Jadi aku barter informasi aja sama Mas Cahyo dan soal tiket itu cuma bonus buat ucapan terima kasih karena udah ngizinin aku jalan sama kamu."
"Tapi kan-" Rosa tidak jadi melanjutkan kalimatnya, takkala tangan besar dan hangat melingkupi kedua pipinya. Matanya membulat menatap Jeffrey yang sedang tersenyum manis dihadapannya.
"Kamu mau kan? Aku udah reservasi tiketnya. Nggak usah mikirin soal Mas Cahyo, yang penting kamu percaya aja sama aku."
"O-oke". ucap Rosa setengah sadar
"Nah gitu dong, besok aku jemput yah." tambah Jeffrey.
Astaga Rosa lemah banget sih cuma disenyumin doang.
🏢🏢
"Gimana suka nggak ke sini?" tanya Jeffrey setelah menyerahkan es krim ke Rosa. Keduanya sedang duduk beristirahat setelah dari pagi hingga menjelang siang berkeliling mencoba wahana-wahana yang mereka temui.
Rosa mengangguk, siapa coba yang nggak suka sama taman hiburan. Terakhir kali Rosa kesini lama sekali yaitu saat kuliah semester pertama, yang Rosa heran kenapa Jeffrey bisa tahu kalau dia suka sama taman hiburan.
"Lo kok tau gue suka sama taman hiburan?"
"Karena kita mirip?" jawab Jeffrey.
"Hah?"
"Iya, secara nggak sadar kita punya kesamaan masing-masing. Salah satunya taman hiburan. Dulu waktu kecil, setiap liburan sekolah Ayah suka ngajak kesini. Saking sukanya sama taman hiburan, dulu sering nangis karena pengen ke taman hiburan setiap hari."
"Wah kita punya kesamaan ternyata. Lo percaya nggak Jef, dulu waktu kecil gue punya impian pengen punya taman hiburan sendiri yang bebas gue kunjungin kapanpun. Pengen nyobain semua wahana yang gue mau berkali-kali sampe gue bosen. Pengen main tanpa harus nunggu libur kerja. Klise sih tapi susah buat diwujudin, karena semakin dewasa secara nggak langsung buat tidur cepet aja udah syukur banget."
Jeffrey tertawa mendengar penuturan Rosa. Menurutnya Rosa berpikir dengan cara yang unik tapi punya makna yang dalam.
"Impian masa kecil emang ajaib sih. Mungkin saat itu kita juga jadi orang yang beruntung. Karena bisa ngerasain masa kecil dengan baik, sedangkan di satu sisi banyak di luar sana yang hidupnya kurang seberuntung kita."
"Setuju sih, semakin dewasa makin tau kalau rasa bersyukur tuh penting banget. Karena kita nggak tahu takdir kedepan kayak gimana. Mungkin kalau tahu lebih ke takut? Takut ekspetasi kita terlalu tinggi buat ngelakuin hal itu. Makanya dengan bersyukur dengan apa yang kita punya jadi salah satu solusi terbaik sih." jelas Rosa.
"Sama, aku juga bersyukur atas semua yang terjadi. Salah satunya aku bersyukur udah ketemu sama kamu?"
Rosa berdecak, "Jangan gombal deh Jef, gue ntar salting."
"Nggak gombal, ini beneran. Kamu tau nggak, awalnya aku pikir kamu bakal happy ending sama Erland secara kalian kenal sudah lama. Bukan kayak aku, orang baru yang mencoba masuk ke kehidupan kamu."
Rosa melirik Jeffrey, laki-laki disampingnya ini entah kenapa membuat Rosa kagum dan berdebar. Jeffrey mungkin lebih pendiam dibanding teman-teman di kantor 97 tapi sejak saling bertemu Rosa tahu kalau Jeffrey adalah orang yang berhati lembut.
"Setiap pertemuan pasti udah takdir sih Jef. Nggak usah ngerasa insecure, kalau emang udah jodoh pasti nggak akan kemana selagi kita masih berusaha. Erland sama gue emang deket, tapi ada tembok tinggi yang kita tau kalau kita nggak bakal bisa ngelewatin itu."
"Jadi kalau nggak ada tembok tinggi kalian berakhir bersama gitu?"
Rosa tergelak, sebelum tertawa kencang melihat muka Jeffrey yang cemberut didepannya.
"Mungkin? Santai aja kali Jef, nyatanya gue disini sama lo."
Keduanya terdiam, tidak ada percakapan lagi setelah itu. Hingga kalimat yang Jeffrey lontarkan membuat Rosa terkejut.
"Kalau aku lamar kamu sekarang gimana?"
🏢🏢🏢
Haloo guys, maaf banget lama update😭🙏Makasih banget udah mau nungguin.💖💖
Hayoo Mas Jeffrey gercep banget deh🏍️🏍️
Jangan lupa share, vote, dan komen yak. See you guys💖
KAMU SEDANG MEMBACA
KANTOR 97 🏢 [COMPLETED]
RomanceKisah romansa Jaerose ft 97 line di Kantor 97. ⚠️WARNING⚠️ Cerita ini hanya fiktif, jika tidak suka fiksi Jaerose bisa meninggalkan lapak ini. Rada absurd tapi sangat cocok untuk menghibur kehaluan Anda. Thx. Start: 24 Juli 2022 End: 24 Juni 2024 -N...