Part 14

6.6K 349 50
                                    

Jaselle sampai lupa kapan terakhir kali bisa tidur nyenyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaselle sampai lupa kapan terakhir kali bisa tidur nyenyak. Dia nyaris tak bisa terlelap dan mimpi indah sejak putus dari Galtero. Tiap malam sering tiba-tiba terbangun, lalu tak bisa terpejam lagi. Ia juga mengalami insomnia, dan terkadang mengkonsumsi obat tidur supaya bisa istirahat.

Dia pikir dengan berada di dalam dekapan mantannya, bisa membuat lelap. Tapi, ternyata tidak. Justru kali ini ia menjadi gelisah.

Namun, tidak dengan Galtero yang sudah terdengar dengkuran halus. Pria itu cepat sekali tidurnya, seakan tak memiliki masalah apa-apa dalam hidup.

Miris sekali perbedaan sepasang mantan itu pasca putus. Oh tentu Jaselle yang paling menyedihkan karena merasa terganggu kalau harus terus berdekatan dengan sang mantan.

Berhubung Galtero telah lelap, lebih baik Jaselle melepaskan diri demi kebaikan batinnya. Tidak bisa bohong kalau dadanya masih berdebar sampai saat ini.

Mengangkat tangan yang sejak tadi merengkuh dan tak membiarkannya berjarak. Tapi, pria itu justru kian merapatkan tubuh.

"Biarkan seperti ini, Elle. Aku tak bisa tidur nyenyak selama tujuh tahun terakhir," pinta Galtero dengan suaranya yang parau. Dia tidak membuka mata sedikit pun.

Jaselle pikir hanya dirinya yang begitu, ternyata Galtero juga sama. Mungkin karena mereka memang belum selesai dengan urusan satu sama lain.

"Aku sesak, tidak nyaman. Aku tak biasa tidur dipeluk," tolak Jaselle. Ia tetap berusaha keluar dari dekap sang mantan.

Sayangnya, Galtero tidak mau melepaskan. "Dulu kau sangat suka ku peluk."

"Dulu, sekarang semua telah berbeda. Lagi pula, kau memiliki calon istri. Tolong pikirkan perasaan Abby seandainya dia tahu."

"Dia tak mungkin tahu."

Jaselle mengepalkan tangan, lalu memukul lengan Galtero. "Apa dulu kau juga begini saat pertama kali mengenal Abby? Memeluknya sesuka hati disaat aku jauh di Helsinki dan tak tahu apa yang kau lakukan di sini?"

Galtero berdecak mendengar ocehan itu, tapi tak juga membebaskan mantannya. "Terserah kau mau berpikir apa. Kalau menurutmu begitu, ya silahkan." Ia tidak berniat untuk menyanggah, terlalu malas.

Muak sekali Jaselle menghadapi Galtero. Sudah ada calon istri, tapi masih saja menyentuhnya. Memang dirinya wanita apa? Murah sekali di mata pria itu sampai begitu mudah seenaknya dipeluk kembali?

Jaselle tetap memberontak dengan mendorong dada mantannya. "Belajarlah menghargai perasaan orang lain, Gal!"

Akhirnya berhasil juga keluar dari dekap tangan kekar pemaksa. Jaselle bernapas lega. Sementara Galtero cukup menyeringai saat mata terbuka.

Ketika Jaselle menggeser posisi supaya ada jarak diantara keduanya, tiba-tiba Galtero menariknya lagi. Kali ini kaki dan tangannya dikunci hingga sulit bergerak.

Cigarettes After SadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang