Air mata pengalir pada mata seorang gadis yang saat ini sedang terpejam. Lama-lama suara tangis itu berusaha menjadi isakan yang terdengar begitu pilu.
"Bahkan kamu enggak pantas mendapatkan kebahagiaan di mana pun, Zora!"
Mata bulat dengan air mata yang masih mengalir bebas itu terbuka lebar. Jantungnya berdetak begitu kencang, bahkan tubuhnya merasa gemetar hebat.
"Mati?" ucapnya dengan suara serak.
"Aku emang pantas mati!" Gadis dengan piama pink itu berteriak keras. Sampai pintu kamarnya terbuka kencang dan pelukan hangat langsung menyambut tubuhnya.
Kaget, tentu saja dia merasa kaget saat orang asing datang dan langsung memeluknya penuh kasih sayang.
"Akhirnya kamu bangun, Sayang."
***
Zora yakin ini pasti mimpi. Bagaimana dia berada di kamar di serba pink dengan aroma vanila dan permen karet yang begitu menusuk. Dia menatap sekeling nya dengan gugup.
Setelah seorang wanita paruh baya pergi dari kamarnya Zora benar-benar merasa kebingungan. Dia hanya bisa menatap sekelilingnya penuh tanda tanya.
Jelas dia ingat dia baru saja mati karena melakukan bunuh diri, dan dia juga yakin benar-benar sudah mati. Namun, bagaimana bisa dia berada di sini?
Kamar serba pink seperti kamar anak kecil, bahkan ada beberapa gambar Hello Kitty yang terpasang di dinding kamar. Lalu boneka yang tersusun rapi di lemari kaca, sungguh ini pemandangan asing.
Lalu seorang wanita paruh baya yang berkata dia dia adalah putri wanita itu. Bagaimana bisa, dia jelas-jelas ingat ibunya telah meninggal. Tak lupa juga semua orang yang begitu membencinya.
"Sayang?" Zora kembali tersentak kaget saat elusan ringan di kepalanya.
"Aku beneran anak ibu?" Zora bertanya penuh kebingungan.
Wanita dengan baju rumahan itu menatap Zora penuh kelembutan, tetapi matanya menunjukkan kesedihan yang amat mendalam.
"Adeline ini Mama." Zora melebarkan matanya terkejut.
Adeline?
Adeline?
Adeline?
Tentu dia ingat nama itu, nama seseorang yang pernah dia kira adalah nama aslinya. Lalu bagaimana bisa?
"Mama sudah mengetahui kamu akan amnesia, tetapi rasanya masih menyakitkan." Zora tak dapat berpikir dengan benar sekarang. Pikirannya benar-benar blank.
"Memangnya apa yang terjadi?" tanyanya hati-hati.
"Ulang tahun kamu yang ketujuh belas, awalnya mama kira itu adalah ulang tahun yang paling bahagia. Sayangnya ada tragedi yang membuat kamu harus koma beberapa bulan, dan melupakan mama." Wanita itu terisak kencang di hadapan Zora. Zora hanya bisa membeku di tempat, tak tau harus melakukan apa.
"Kamu boleh lupain mama, asal kamu selalu berada di sini." Zora memegangi kepalanya yang terasa berat. Dia merasa terlalu banyak berpikir sekarang.
"Sayang!" Wanita yang mengaku sebagai ibunya Zora itu langsung membantu Zora merebahkan tubuhnya. Matanya menunjukkan kekhawatiran yang begitu ketara, yang entah kenapa membuat Zora merasa tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Zora (Transmigrasi)
Science Fiction[Sequel Antagonis yang Terbuang] 🥀 Wajib membaca 'Antagonis yang Terbuang' sebelum membaca cerita ini🥀 Zora lelah dengan semua yang menimpanya. Apa lagi kenyataan jika dirinya bukanlah Adeline yang selama ini dia harapkan, dia memang Zora gadis ja...