Kedatangan Andrew dan Vion membuat Adeline merasa senang. Sebab dia tak merasa kesepian. Apa lagi Andrew datang tidak dengan tangan kosong, tetapi pemuda itu membawakannya berbagai makan camilan.
"Makasih." Adeline menerimanya dengan senang hati. Dia melirik sekilas ke arah Vion yang tampak biasa saja, memasang wajah datar andalan pemuda itu.
Adeline juga merasa tak peduli. Dia melangkah ke arah sofa, lalu mengeluarkan semua camilan pemberian Andrew ke atas meja. Dia juga tak mempedulikan Andrew yang sudah duduk di sebelahnya sambil terus memperhatikan Adeline.
"Sekolah kamu gimana?" tanya Andrew.
"Baik, kok." Adeline menjawab dengan mulut penuh.
"Syukurlah, kalau ada apa-apa kamu langsung hubungin kakak atau Vion, oke?" Andrew menatap Adeline, menunggu jawaban dari gadis di depannya.
"Oke," balasnya.
Andrew memang sedekat itu dengan Adeline sejak dulu. Dia selalu menjadi teman Adeline di saat gadis itu merasa kesepian. Dia juga akan menjadi orang pertama yang membuat Adeline berteriak kesal atau menangis karena terlalu banyak dijahili.
Andrew tidak memiliki adik perempuan. Karena itu dia senang saat memiliki sepupu yang harus dia jaga seperti adiknya sendiri. Karena itu Andrew begitu menyayangi Adeline.
"Kalian mau?" Adeline menyodorkan sebuah es krim ke arah Andrew serta Vion. Vion menggeleng, sedangkan Andrew langsung menyambutnya dengan senang hati.
"Kak Vion enggak suka es krim?" tanya Adeline penasaran. Pasalnya siapa yang tidak suka dengan makanan enak yang satu ini.
"Ga suka manis." Adeline mengangguk paham. Pantas saja kehidupan Vion terlalu membosankan.
"Kalau gue jangan ditanya, dari kecil gue selalu jadi temen lo makan es krim diem-diem." Tanpa ditanya Andrew sudah lebih dulu berkata. Dia menyadari dari tatapan Adeline yang mengarah kepadanya, namun sepertinya gadis itu malah bertanya.
"Pantes langsung ambil," jawab Adeline.
"Kak Andrew udah punya pacar, ya?" Adeline sangat penasaran. Pasalnya Andrew yang terdekat dengan Adeline malah jarang dia ketahui.
Dia hanya tau jika Andrew merupakan sepupu terdekat Vion, tetapi keduanya memang hanya bertemu di beberapa waktu. Mungkin karena Adeline seorang figuran, jadi alur cerita dalam hidupnya tidak begitu dijelaskan. Hanya saja bukankah terlalu menyakitkan saat seorang figuran harus mati tragis?
"Kenapa bengong?" Andrew menyentuh kepala Adeline hingga sang empunya kembali ke dunia nyata.
Vion memperhatikan Adeline. Menyadari sesuatu saat gadis itu melamun. Namun, Vion memilih diam sambil memperhatikan interaksi kedua sepupunya itu.
"Kalau Kak Vion udah ada pacar?"
"Belum," jawab Vion cepat tanpa ragu.
Adeline mengernyit heran bukankah Vion memang sudah dekat cukup lama dengan Selyn, si protagonis wanita. Namun, mungkin keduanya memang belum meresmikannya. Walau begitu Adeline cukup mengharap keduanya bersatu.
Dia merasa heran saat menyadari bukanlah dirinya peran utama. Tetapi Vion dan juga gadis bernama Selyn yang terkenal begitu lembut dan pintar di sekolah. Keduanya bertemu karena pertengkaran di kantin. Memang sebuah kisah yang sangat pasaran.
"Sayang banget kalian berdua ganteng-ganteng jomlo," ejek Adeline langsung mendapat tatapan tajam dari kedua pemuda yang berada di dekatnya.
"Enggak sadar diri lo, dari bayi jomlo." Adeline memajukan bibirnya sebal saat Andrew membalas ucapannya. Padahalkan Adeline tidak jomlo-jomlo amat, terbukti dengan beberapa gebetannya dulu.
Sebenarnya Andrew, Vion, bahkan Haidar tak pernah melarang Adeline dalam masalah percintaan. Hanya saja ketiganya lebih sering memberi nasihat agar Adeline tak sakit hati dikemudian hari. Walau sebenarnya berani jatuh cinta, berarti berani untuk patah hati.
"Nanti aku cari," balas Adeline ketus.
"Cari yang bener, jangan asal pacaran sama laki-laki yang ujungnya buat lo nangis aja." Adeline mencebikkan bibirnya.
Ternyata Andrew meragukan skillnya mencari pacar yang baik hati, dan tidak sombong. Walau nyatanya sejak menjadi Zora pun dia selalu gagal dalam masalah percintaan.
Membahas Zora Adeline menjadi ingat dengan Gazza. Cinta pertama dan terakhirnya, yang sayangnya mereka tak pernah bisa bersatu sampai kapan pun. Apa lagi dengan kehadiran Kaivan yang benar-benar mirip dengan Gazza. Adeline merasa heran sekaligus takut jika Kaivan benarlah Gazza.
Namun, dia yakin pasti dirinya datang sendirian ke dunia ini. Lagi pula apa tujuan orang lain masuk ke dalam sini, karena hanya dirinya yang sejak dulu sudah terikat dengan novel di dunia ini.
"Sekarang jangan mikirin cowok dulu. Gue yakin banyak cowok yang ngantri kok." Adeline mengangguk penuh semangat.
Lagi pula siapa yang sanggup dengan pesona seorang Adeline. Gadis cantik, pintar dan kaya raya. Vion menggelengkan kepala melihat interaksi kedua sepupunya. Sungguh di luar nalar.
Lagi pula kenapa keduanya sibuk dengan urusan percintaan. Nyatanya kisah cinta tak seindah yang terlihat, seperti kisah Vion dan juga Selyn. Atau bahkan kisah cinta antara Gazza dan Zora yang berakhir sia-sia.
Malam!
Apa kabar guys?
Maaf ya aku update selalu malem. Soalnya idenya nuangkutnya sekarang.Mohon dukungan dengan vote dan komen para kesayangan aku♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Zora (Transmigrasi)
Science Fiction[Sequel Antagonis yang Terbuang] 🥀 Wajib membaca 'Antagonis yang Terbuang' sebelum membaca cerita ini🥀 Zora lelah dengan semua yang menimpanya. Apa lagi kenyataan jika dirinya bukanlah Adeline yang selama ini dia harapkan, dia memang Zora gadis ja...