Hubungan Kaivan dan Adeline semakin membaik, Kaivan juga tampak lebih terbuka dan menerima Adeline. Adeline tampak bersyukur akan hal itu, apa lagi tentang kabar jika Raya akan segera pergi dari rumahnya.
Dari yang Adeline dengar, Raya memutuskan untuk menyewa rumah sendiri entah karena alasan apa. Walau begitu Adeline bersyukur, setidaknya dia tidak terus-menerus merasa tidak nyaman dengan kehadiran gadis yang masih begitu asing untuknya.
Saat ini Adeline menemani Kaivan untuk membeli kebutuhan bulanan pemuda itu, tentunya dengan paksaan Kaira lebih dulu. Namun Adeline tertinggal oleh Kaivan, dia mengedarkan pandangan mencari pria itu.
"Di mana ya?" Adeline bingung saat tak menemukan Kaivan di mana pun, anehnya dia bahkan tak menyadari terpisah dari Kaivan.
"Di mana sih?" Adeline mengeluarkan ponselnya, memutuskan untuk menelepon sayangnya tak kunjung mendapat balasan.
"Ke kamar mandi mungkin ya?" Akhirnya Adeline mengalah. Dia memilih mencari tempat duduk sembari menunggu Kaivan.
Namun sayangnya sudah tiga puluh menit lebih dan Kaivan tak kunjung muncul, Adeline khawatir tak biasanya Kaivan bersikap seperti ini.
"Mending cari di luar aja deh." Baru beberapa langkah ke luar dari pusat perbelanjaan, mata Adeline menemukan sosok yang sedari tadi dia cari.
"Kaivan?" Kaivan tampak terkejut melihat Adeline berasa di luar, tetapi hanya beberapa saat setelah itu Kaivan menormalkan tatapannya.
"Dari mana?" tanya Adeline mendesak. Dia butuh alasan mengapa tiba-tiba Kaivan pergi begitu saja tanpa mengabarinya.
"Beli ini." Kaivan menyerahkan sebuah cup kopi ke arah Adeline, hal itu sukses membuat Adeline bertanya-tanya.
"Bukannya di dalem jual kopi?" Kaivan tampak gelagapan, pemuda itu akhirnya mengangguk.
"Ini kopi yang lagi viral di saja, sekalian gue beliin biar lo nyobain." Kaivan melangkah masuk begitu saja, meninggalkan Adeline yang masih memiliki beribu pertanyaan di dalam kepalanya.
"Aneh banget," cibirnya kesal.
Bukan tanpa alasan Adeline kesal, tingkah pria itu aneh sekali. Lagi pula bukankah bisa mengabarinya dulu jika ingin membeli sesuatu, ini langsung pergi begitu saja.
"Adeline!" Lamunan Adeline buyar mendengar panggilan Kaivan, dia mengangguk dan menyusul Kaivan yang sudah cukup jauh dari tempatnya berdiri. Adeline akan bertanya nanti tentang alasan Kaivan mengapa menonaktifkan ponselnya.
Hingga keduanya sama-sama larut membeli banyak barang, termasuk barang-barang milik Adeline. Kaivan menggelengkan kepala melihat tingkah Adeline yang begitu antusias membeli banyak kebutuhan gadis itu, padahal Adelina ke sini dengan tujuan menemaninya.
Setelah selesai mereka berdua memutuskan langsung pulang ke rumah Kaivan, setelah ini juga Adeline harus pulang ke rumah karena hari ini Haidar akan datang untuk berkunjung. Adeline begitu antusias menunggu kedatangan sepupu tertuanya itu, apa lagi sudah cukup lama tidak bertemu.
"Aku langsung pulang ya?" Adeline masuk ke dalam mobil jemputannya, dia melambaikan tangan ke arah Kaivan, dan dibalas dengan senyum seadanya oleh pemuda itu.
***
"Abang!" Haidar merentangkan tangannya menyambut ke datangan Adeline. Dia membawa sepupu kesayangannya itu ke dalam dekapannya.
"Kangen banget," ucap Adeline semakin mengeratkan pelukannya.
"Abang lebih kangen," balas Haidar.
Keduanya saling melepas rindu, Adeline begitu senang saat melihat tumpukan hadiah yang Haidar bawa untuknya. Berbeda dengan kedua orang itu yang penuh kebahagiaan, Raya sejak tadi memperhatikan keduanya dengan tatapan tanpa ekspresi.
Tetapi ketika matanya bertemu dengan mata tajam Haidar, Raya langsung memasang senyum penuh keramahan dan membawa langkah kakinya ke arah Haidar.
"Bang Haidar!" Rasa memeluk Haidar dan dibalas oleh pria itu. Hanya beberapa detik setelah itu Haidar memutuskan jarak antara keduanya, hal itu sukses membuat Raya tak senang.
"Kamu kok di sini?" Haidar tampak bingung, karena dia sama sekali tak mendengar kabar tentang keberadaan Raya, dan anehnya dia melihat gadis itu di depannya.
"Raya tinggal beberapa hari di sini, tapi sebentar lagi mau pindah," jelas Raya terhadap rasa penasaran Haidar.
Hubungan Raya dan sepupunya yang lain memang tak sedekat dengan Adeline, salah satu alasannya adalah Raya yang sudah dari kecil tinggal di luar negeri. Lagi pula Raya sejak kecil memang sering menjaga jarak dari sepupunya yang lain, terutama Adeline.
"Wah hadiah Adeline banyak, untuk aku mana?" Haidar merasa bersalah, dia menghela napas pelan sebelum menjawab pertanyaan sepupunya itu.
"Abang enggak tau kalau kamu di sini, jadi lain kali abang belikan oke?" Haidar menyentuh bahu Raya, mencoba memberi pengertian pada gadis itu.
"Ini buat kamu aja." Adeline datang dengan beberapa paperbag dan menyerahkannya kepada Raya. Namun bukannya senang Raya langsung menolak kebaikan Adeline mentah-mentah.
"Enggak butuh," ketusnya.
Raya pergi dari sana tanpa mengucapkan kata-kata, meninggalkan Haidar yang masih tampak sangat merasa bersalah. Mau bagaimana pun keduanya adalah sepupunya, mereka bersaudara.
"Udah jangan dipikirin, Bang. Nanti Adeline coba bujuk Raya, lagian ini banyak banget barangnya jadi bisa bagi dua deh." Haidar tersenyum mendengar ucapan Adeline, dia mengelus kepala Adeline penuh kasih sayang.
Ternyata adik kecilnya tak pernah berubah, walau beberapa waktu lalu terlihat berbeda ternyata Adeline masih adik kecilnya yang begitu baik dan memiliki hati yang luas. Karena hal inilah Haidar merasa ingin selalu melindungi Adeline, seorang gadis yang sejak kecil selalu dia jaga.
"Iya, kamu istirahat gih pasti capek kan? Masalah ini nanti kita bicarakan lagi." Adeline mengangguk antuasias. Dengan kesulitan dia membawa semua barang pemberian Haidar ke kamarnya, membuat Haidar tertawa melihat tingkah menggemaskan adiknya itu.
Tbc
Komen yang banyak yuk biar aku semangat update, jangan lupa follow juga oke!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Zora (Transmigrasi)
Science Fiction[Sequel Antagonis yang Terbuang] 🥀 Wajib membaca 'Antagonis yang Terbuang' sebelum membaca cerita ini🥀 Zora lelah dengan semua yang menimpanya. Apa lagi kenyataan jika dirinya bukanlah Adeline yang selama ini dia harapkan, dia memang Zora gadis ja...