#09

443 43 10
                                    

"Sial, ini sulit di lacak" Ucap AJ frustasi sembari mengusap kasar ujung kepalanya. Sudah berjam-jam lamanya ia berkutat dengan layar komputernya bersama Ploy, namun tak kunjung membuahkan hasil.

"Aku juga sudah mencoba melacak emailnya tapi ini terlalu sulit di lakukan. Sepertinya mereka tahu jika kita akan melacaknya, jadi mereka mempersiapkan ini sebelumnya" sambung Ploy yang juga sama frustasinya dengan AJ. Ia sudah teramat pusing karena harus menghadap layar komputer berjam-jam. Ia sandarkan kepalanya sejenak kebahu milik AJ. AJ menolehkan kepalanya, ia sedikit terkejut namun tetap membiarkan Ploy bersandar pada bahunya. Diam-diam ia tersenyum. Entah sejak kapan itu terjadi, kini keduanya terlihat semakin dekat. Baik AJ maupun Ploy nampaknya sama-sama saling memiliki perasaan. Namun terhalang kasus yang membuat keduanya harus menunda masalah perasaan mereka.

"Anjir, udah jam 12 aja, pantesan perut gue udah demo mulu dari tadi" celetuk Pakin tiba-tiba, langsung mendapat atensi dari seisi ruangan. "Kayaknya gua mau keluar, cari makan siang deh" sambungnya sembari bangkit dari kursinya.

Belum sempat ia bawa langkah kakinya keluar untuk mencari makan siang, tiba-tiba terdengar decitan pintu yang di buka. Yang kemudian munculah Perth dan JJ dengan beberapa kantung plastik menggantung di kedua tangannya.

"Makan siang datang" Ucap Perth dengan senyum mengembang di bibirnya. Sekilas melirik kearah seseorang yang akhir-akhir ini menarik perhatiannya, membuat dadanya penuh seakan bisa kapan saja siap meledak. Dan gejolak-gejolak yang ia rasakan geli menggelitik perutnya, seperti ribuan kupu-kupu terbang kesana kemari menimbulkan sensasi tersendiri baginya.

"Lo tau banget gue lagi laper, Perth" Ucap Pakin sembari membawa kakinya melangkah mendekat ke arah Perth dan JJ.

"Perhatian semuanya. Aku minta waktunya sebentar, ada yang ingin aku sampaikan" ucap Khaotung yang langsung mendapat atensi seluruh ruangan.

Pakin sedikit mendengus, sebab dirinya sudah sangat lapar, namun Khaotung tampaknya tak mengizinkannya tenang dengan jam makan siangnya.

"Lusa ada pelantikan kenaikan jabatan Brigadir Suwat Thanarat. Kapten meminta kita untuk hadir di sana sekaligus melaksanakan tugas penjagaan keamanan area"

"Khao, bukankah itu sudah ada timnya, kenapa kita juga yang harus turun tangan dalam pengamanan?" Sahut Jane

"Kau benar Jane, tapi kau ingat siapa brigadir Suwat bukan??"

Jane tampak mengernyitkan dahinya, tak menemukan jawaban atas pertanyaan Khaotung kepadanya.

"Salah satu polisi yang terlibat dalam pengepungan kasus blue rose 2 tahun lalu" sambung AJ, yang pada saat itu turut serta dalam penyidikan.

Khaotung menjentikkan jarinya lalu menunjukkan telunjuknya ke arah AJ. "Kau benar" sambungnya

"Kemungkinan pelaku menyerang area pelantikan kenaikan jabatan itu cukup besar, begitu bukan?" Timpal First

"Menurutmu, kenapa?" Tanya Khaotung

"Dia ada di dekatmu, lawan kawan terlihat... sa..ma?" Ucap Chimon sedikit ragu. "Dan bisa saja pelakunya, memang dari orang-orang sekitar kita yang diam-diam membalas dendam? terlepas dari Phi Earth, mungkin saja ada orang lain di balik dalang yang sebenarnya. Dan itu bisa saja di sekitar kita" sambung Chimon

"Jika di cermati ulang, itu tidak hanya kode mengungkap pelaku. Itu sebuah peringatan"

"Peringatan??"

"Peringatan target mereka selanjutnya. Ini seperti sebuah rantai yang saling berhubungan. Kau ingat siapa nona Nam?? Maka setelah nona Nam berhasil mereka singkirkan maka rantai selanjutnya ialah brigadir. Dan target utama mereka kepolisian investasi pusat. Karena kitalah yang menangani dan mengungkap sampai tuntas kasus mereka." jelas Khaotung

POLICE LINE | Blue RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang