Part 06 || Simpang Keadilan

2 0 0
                                    

Beberapa hari terakhir, Rei selalu akan pergi bersama Yuna ke perpustakaan. Rumor tersebut sudah beredar. Rumor mengenai Rei yang sudah jadi pentolan terkuat di SMA 4 kota Y. Hal itu terlihat dari reaksi dan sikap preman yang dilewati mereka cukup menunduk dan hormat menyapa Rei. Walau wajah mereka masih terdapat lebam.

"Kau benar-benar sudah tampak seperti berandalan sekarang," ucap Yuna.

"Begitulah," jawab Rei.

Yuna berpikir, bisa-bisany Rei terlihat santai menjawab sindiran darinya itu.

"Silakan diperiksa," ujar Rei sembari memberikan buku lembaran jawaban dari pertanyaan yang diberikan Yuna sebelumnya.

"Hei, kau benar-benar sudah belajar? Ini sudah aku jelaskan panjang lebar kaan, kenapa masih banyak yang salah?" Yuna kemudian mengomel panjang lebar dan menerangkan jawaban yang benarnya bagaimana.

Saat itu, Rei yang mendengar dan menahan omelan dari Yuna tersebut.

"Ya, ya, aku mengerti. Besok akan diberi jawaban yang sudah diperbaiki."

"Tidak!" tegas Yuna.

"Hah?" Rei kebingungan.

"Selesaikan kali ini juga. Baru nanti kau boleh keluar dari perpustakaan ini!"

"Tapi-"

"Tidak ada tapi, tapi!"

Rei tidak berkutik. Dia harus mengerjakannya waktu itu juga, walau dia sudah punya agenda untuk bermain warnet. Entah kenapa aneh sekali rasanya, dia yang sudah menjadi pentolan terkuat malah menjadi semakin menurut kepada siswi teladan yang menemaninya di perpustakaan rutin hampir di setiap hari.

Setelah selesai belajar di perpustakaan tersebut, Rei dan Yuna berjalan menuju ke tempat masing-masing. Di perjalanan, dengan masih beriringan, terdapat mesin minum otomatis. Yuna menawarkan untuk minum terlebih dahulu, sebelum berpisah di hari itu.

"Hei, kau itu pemaksa sekali ya. Padahal minum bisa sambil jalan, kenapa harus duduk segala?" Rei mengatakan itu sembari mulai meminum minumannya.

Yuna tidak menghiraukan protes Rei. Dia berkata, "Kau tahu, keluargaku mengajarkanku untuk menegakkan keadilan dengan kebaikan. Bukan menghukum, tapi mengajarinya dan menyeretnya ke jalan yang benar."

Setelah mendengar itu, Rei cuma diam dan kemudian membalas, "Jadi itu yang sedang kau terapkan sekarang ya?!"

"Begitulah, aku senang kau mau menurut untuk memperbaiki belajarmu. Belajar bersamaku."

"Yaa, aku kira ini juga untuk keuntunganmu? Kau ingin kelasmu kembali ke peringkat pertama 'kan? Tidak hanya personal, tapi kau ingin nilai rata-rata kelas juga."

"Yup, itu tepat sekali."

Rei bertanya, "Lalu, untuk apa semua itu? Apa ada hadiah atau sesuatu yang kau peroleh dengan ini?"

"Tentu, aku jadi bisa menang bersama dengan teman sekelas. Menurutku itu menyenangkan, hehe."

"Oke." Rei telah menghabiskan minuman ha dan membuang sampah itu ke tong sampah yang ada di seberang jalan. Dia melempar hingga tepat masuk ke dalamnya.

"Tapi, mengenai apa yang kau ucapkan di awal, aku, tidak akan bisa sebaik itu. Aku akan memilih cara kedua karena cara pertama adalah hal yang benar-benar konyol menurutku." Dengan membelakangi Yuna, Rei mengucapkan opininya.

"Bukankah penegak hukum pun melakukan itu?!" Kemudian, Rei mulai berjalan menjauh dari lokasi itu. Sedangkan Yuna hanya menunduk tertegun memikirkan apa yang diucapkan Rei.

*Next>>

Cloud BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang