Maria tengah membereskan perlengkapan kuliahnya tepat sesaat setelah Sang Dosen keluar kelas. Dengan teliti, dimasukkannya semua barang ke dalam tas selempang miliknya.
"Peri kecil, mau makan siang bareng?"
Maria, yang tengah berkonsentrasi penuh pada barang-barang miliknya terlonjak kaget saat mendapati Gio sudah ada di hadapannya. "Ya ampun, Gio. Kok ngagetin sih!?" protes Maria dengan mata membulat kesal.
Gio terkekeh. "Maaf kalau ngagetin. Gue cuma enggak mau keduluan saja ngajak lo makan siang bareng," jelasnya seraya tersenyum manis ke arah Maria.
Maria diam seraya memainkan tali tas selempangnya. Berpikir. Bareng Gio enggak, ya? Tapi nanti Fal gimana? Tapi ... kayaknya mood Fal lagi jelek deh. Maria menoleh ke arah belakang, di mana terdapat bangku, yang biasa di tempati Fal. "Eh kok hilang?" tanya gadis itu pada diri sendiri saat tak mendapati sosok Fal.
Belum sempat Maria mencari keberadaan Fal, sebuah ltangan merebut paksa tas selempang milik gadis mungil itu. "Kalau kamu mau tas kamu beserta isinya, ikut saya!!!" Sebuah suara bernada tegas dan datar mengiringi berpindah tangannya tas milik Maria.
"Eh ...," Maria menatap bingung ke arah Fal, yang berjalan menjauh dengan tas miliknya sebagai sandera. "Ih , Fal ... jangan culik tas aku dong!!!" protesnya seraya bangkit dari duduknya. Menoleh ke arah Gio. "Maaf ya, Yo, kita enggak bisa makan siang bareng, aku harus menyelamatkan dulu tas kesayanganku itu. Kasihan dia diculik."
Gio tersenyum seraya menggangguk kecil. Berusaha memaklumi walaupun sedikit rasa kecewa timbul karena pergerakannyal terlalu lambat. "Ya sudah, sana kejar penculiknya. Kalau lo butuh bantuan, cari gue saja di kantin."
Maria mengangguk dan bergegas pergi meninggalkan Gio. Mencari keberadaan Fal, yang sudah hilang di tengah padatnya koridor kampus.
Gio tersenyum lagi. "Menarik. Perjuangan gue sepertinya tidak semulus bayangan gue selama ini."
...
"Peri kecil, mau makan siang bareng?"
Fal refleks menoleh saat mendengar suara seorang pria. Kedua matanya menajam. Memperhatikan dengan lekat interaksi sepasang manusia di hadapannya.
Dengan sedikit kasar, Fal memasukkan sisa barangnya ke dalam ransel dan bangkit. Tangan kanannya terulur ke arah tas milik Maria, yang tengah menoleh ke arah tempatnya semula duduk.
"Kalau kamu mau tas kamu beserta isinya, ikut saya!!!" ujarnya dengan nada tegas dan datar. Menatap sekilas ke arah pemuda di hadapan Maria sebelum akhirnya berlalu dengan cepat meninggalkan kelas.
...
Fal memelankan laju langkahnya setelah merasa cukup jauh dari kelas. Gadis itu berhenti dan berdiri bersandar pada salah satu tiang penyangga koridor. Menunggu pemilik tas hasil culikannya.
...
"Fal ih. Ngapain sih nyulik tas aku? Balikin sini?!!"
Fal, yang tengah membalas pesan dari Abey, mengangkat wajah dan menatap datar ke arah Maria. Tanpa bicara, disodorkannya tas milik Maria. "Ngapain nyusul saya? Bukannya tadi kamu mau makan siang bareng dengan cowok itu?"
Maria memajukan sedikit bibirnya. Kesal. "Gimana sih? Kan, Fal nyulik tas aku, ya, aku susulin dong."
Fal tersenyum sinis. "Oh, jadi kamu nyusul saya karena tas ini dan ancaman saya, ya!? Kalau saya tidak culik tas kamu, berarti kamu jadi makan siang dengan cowok itu. Oke. Paham saya," ujarnya. Kembali tersenyum sinis dan pergi begitu saja dari hadapan Maria.
Maria menatap kepergian Fal dengan wajah bingung. "Fal lagi PMS, ya? Keselan terus dari tadi." Maria akhirnya bergerak untuk menyusul Fal, yang sudah cukup jauh di depan sana.
...l
"Lo kenapa sih, Cil?" Tuh muka ditekuk gitu kayak lempitan ketek. Asem lagi. Sudah benaran mirip ketek." Abey, yang tengah sibuk meracik rasa soto babat milik Vido, menatap sekilas ke arah sosok gadis di hadapannya. Keduanya duduk berhadapan dipisahkan oleh sebuah meja.
Fal mendengus. Tangan kanannya terulur untuk meraih gelas berisi es teh manis. menyeruputnya sejenak sebelum menjawab pertanyaan Abey. "Gue kayaknya nyerah saja deh buat jadi temannya Maria."
"Loh kenapa, Kak? Kok nyerah? Padahal kalian sudah mulai dekat loh." Vido, yang tengah menunggu Abey selesai meracik sotonya, terkejut dengan pernyataan Fal.
Ya, Fal tengah menemani sejoli itu makan siang di luar kampus setelah meninggalkan Maria. "Dia sudah punya teman baru. Cowok. Namanya Gio."
Abey menghentikan kegiatannya menambah sambal ke dalam soto. "Ya terus kenapa? Enggak apa-apa dong. Gue juga punya banyak teman lain, tapi gue tetap jadiin lo sahabat kesayangan gue."
Fal kembali berdecak kesal. "Tapi Gio itu cowok, Bey. Cowok!!!"
"Memangnya kenapa kalau cowok, Kak? Kan, mereka cuma berteman bukan pacaran. Masa sih Gio mau nyakitin Maria kalau statusnya cuma teman."
Fal diam sejenak. Memilah kata yang bisa menjabarkan isi kepalanya. "Kalian yakin, kalau cowok dan cewek sahabatan, murni sahabatan? Enggak akan ada yang baper salah satunya atau keduanya?"
"Yakin gue sih. Buktinya, lo dan gue sahabatan enggak pakai baper." Abey menyerahkan mangkuk soto, yang baru selesai diraciknya ke arah Vido. "Makan yang banyak ya, Nyonya Abey. Biar tambah montok. Semok. Bohay," ujar Abey, yang dibalas tatapan sengit Vido.
Fal memutar kedua bola matany. Malas melihat sejoli di hadapannya. "Kita berdua itu pengecualian, Bey. Lo sudah punya Vido dan gue masih trauma sama cinta. Beda dengan Maria dan Gio."
Abey mencibir seraya memasukkan sedikit kecap ke soto miliknya. "Bukan mereka yang baper tapi lo, Faldhita Raditya. Ngaku deh, lo mulai suka dengan Maria. Terus sekarang lo cemburu sama si Gio itu."
Fal menatap tajam ke arah Abey. "Ardan Benyamin, jangan sampai nih sambel sewadah-wadahnya gue tumpahin ke mulut lo, ya. Ngasal amat kalau ngomong. Kenapa juga gue harus cemburu?"
Abey terkekeh setelah mencoba kuah sotonya. "Ya karena lo suka Maria lah. Yang lo tunjukin sekarang itu tanda-tanda orang yang lagi cemburu kalau gebetannya dekat dengan orang lain. Iya kan, Nyonya Abey?"
Vido mengangguk tanpa bicara. Mulutnya penuh dengan soto.
Abey menatap wajah kekasihnya dan mengulurkan tangan. Mengusap sekitaran bibir Vido, yang sedikit kotor oleh kuah soto. "Uluh ... bayi gede aku, kalau makan masih belepotan," ujarnya dengan nada suara dibuat menggemaskan
Pletak.
Fal menarik tangan kanannya, yang sudah dipakai menggeplak kepala Abey. "Bisa enggak sih, lo kalau lagi dekat Vido, enggak pakai modus colek-colek?!"
Abey mengumpat pelan seraya mengusap kepalanya. "Kenapa? Iri lo? Makanya, kalau suka tuh ditembak orangnya, jangan malah uring-uringan enggak jelas kalau tuh anak ada yang deketin."
Fal mendengus seraya melipat kedua tangannya di atas meja. Vido hanya tersenyum melihat tingkah Sang Kekasih dan sahabatnya, yang seperti Tom and Jerry itu.
"Kalau kata gue sih, si Gio itu memang niat deketin Maria, Fal. Lo mesti waspada. Pasang mata dan telinga lo. Jangan biarkan Maria lepas dari pengawasan lo atau lo bakalan tahu rasanya ditikung." Abey berceloteh panjang lebar di antara kegiatannya menyantap soto.
Fal bangkit dari duduknya. Gadis itu pergi begitu saja begitu Abey selesai bicara.
"Nah lo, kabur kan ... hayo loh, Kak Fal ngambek." Vido terkekeh melihat ekspresi bingung Abey.
Abey mencibir. "Paling dia nyamperin calon istrinya. Baru dapat wangsit dari omonganku tadi, Yang."
...
Fal meraih gawai miliknya. Mencari satu nama di daftar kontak. "Lo sekarang di mana, Aryani Maria? Biasanya kalau gue ngambek lo pasti nyariin gue."
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldhita (GxG Story)
Romance"Seharusnya hidupku berjalan senormal yang lain, tapi mereka membuatku memilih jalan yang berbeda." Faldhita Raditya