Chapter 7. a Slice of Cake

177 25 2
                                    

Mentari terik, siang pun tiba, jam istirahat kedua pun bersambut. Semua siswa tak banyak yang meninggalkan kelas, mereka sibuk dengan tugas dipelajaran sebelumnya, yang mengharuskan pengumpulan pada hari itu juga.

Saat itu Kafa sedang duduk di bangkunya, sedangkan Andre, berdiri di samping meja Ara. Ia sedang asik bercerita dengan Ara. Tiba-tiba saja Frizzy menghampiri meja Kafa.

"Thanks ya, atas waktu lo kemarin? " Ucap Frizzy sembari memberikan cake kepada Kafa dengan senyumnya yang manis kala itu.

Huru hara kelas yang ramai sontak terhenti. Mata tertuju ke arah meja Kafa. Tak juga lepas dari pandangan Andre. Ia begitu tajam menatap Kafa, namun tidak mendapat respon dari Kafa. Kafa terlalu asik berbincang dengan Frizzy.

"Lo udah nggak papa? " Sahutnya sembari memegang cake yang diberikan kepadanya.

"Very well" Jawab Frizzy dan lagi-lagi dengan senyumnya, bak gadis remaja yang penuh binar.

Kafa pun juga tersenyum menyambut senyum manis Frizzy.

"Thank you" Ucap Frizzy sembari memegang pundak Kafa dan mengakhiri obrolan dengan Kafa lalu tanpa kata ia berbalik ke tempat duduknya kembali.

Tak butuh waktu lama, sontak Andre pun tersulut emosi. Ia menghampiri Kafa, seketika ia menarik leher baju seragam Kafa.

"Brengsek !! Lo bener-bener ya! "

Kafa pun terkejut dengan sikap Andre. Begitu juga Ara, Ara sontak memegang pundak Andre.

Andre pun semakin marah dan tak terkontrol.

"Baru tadi pagi gue belain lo didepan dia, sekarang lo terang-terangan membuktikan kalau omongan dia benar" Hentak Andre sembari semakin kencang ia menarik leher baju seragam Kafa.

Kafa pun hanya terdiam, karena masih terkejut dengan sikap Andre. Ia juga tidak memiliki kesempatan untuk berbicara.

"Andre udah ndre! Stop! Kamu nggak malu apa dilihatin banyak orang." Ucap Ara menenangkan Andre yang sudah tersulut emosi.

Andre pun dengan berat hati melepaskan Kafa.

"Ikut aku! " Sahut Ara sembari menarik tangan Kafa dan Andre keluar dari ruang kelas.
Ia membawa mereka ke lapangan basket, agar bisa terhindar dari perhatian teman-temannya di kelas.

Ia sengaja membawa mereka keluar dari kelas supaya tidak menimbulkan banyak berita yang belum pasti tersebar kemana-mana. Apalagi sampai ke telinga Arga. Pada saat itu juga ia melihat Frizzy dengan santainya menikmati omelan Andre kepada Kafa.

"Udah! Kalian bebas mau ngapain aja disini. Kamu ndre, bisa kan semua ini ditanya baik-baik. Kalau  begini kamu sendiri yang buat pemicu berita tersebar. Dan kamu juga Kafa, jelasin apa yang kita lihat tadi! " Ujar Ara sontak memberikan jalan tengah untuk Kafa dan Andre.

"Apa yang perlu dijelasin ra, udah jelas semuanya tadi" Sahut Andre dengan sewotnya.

"Andre! Udah.. Kasih kesempatan Kafa buat ngomong!" Ucap Ara menghela.

"Yaeelaaahhhh!!!!" Ucap Andre dengan kesalnya.

"Gue minta maaf! Okay, gue kemarin emang nemenin Frizzy. Ta-"

"Tuh kan, ngaku juga lo" Sahut Andre memotong pembicaraan Kafa.

"Andre, please! Dengerin dulu!!! " Sahut Ara sontak terpancing dengan emosi Andre yang tak juga mereda.

"Kalian ingatkan kemarin, Frizzy pulang lebih awal waktu kita semua masih belum selesai mengerjakan tugas dari miss Rina. Dan gue orang terakhir yang pulang. Waktu gue mau pulang, gue mampir ke toilet sekolah. Gu-

" Ngapain lo? " Sahut Andre.

"Latihan nyanyi !!" Sahut Kafa dengan sewotnya.

"Gua serius!" Ucap Andre

"Ya menurut lo, ngapain gue ke toilet? " Sahut Kafa.

"Allahhhhhhh!! Andre.. Kafa. Kalian bukan bocah!!!! " Hentak Ara sembari menatap Kafa dan Andre dengan penuh kesalnya.

Andre pun terdiam.

"Lagian lo sih, bisa nggak sih lo diam dulu dengan ganntenggg. Biar gue lanjutin. " Ucap Kafa sedikit menahan kesal.

Andre pun tak menjawab apa-apa. Akhirnya ia bisa tenang mendengarkan penjelasan Kafa.

"Waktu gue keluar dari toilet, Tiba-tiba gue dengar suara cewek teriak, ya awalnya gue kira halu sih, tapi muncul lagi dan suara itu dari toilet cewek. Karena gue penasaran ya gue cek, ternyata Frizzy. Dan lebih anehnya lagi, muka dia banyak coretan lipstik dan badannya basah. Trus dia diam aja di lantai" Ujar Kafa dengan penuh hati-hati.

Sontak Ara dan Andre pun terkejut mendengar cerita Kafa. Mereka sontak saling pandang dan berfikir keras. Mereka juga bingung apa yang terjadi, jika memang itu benar, mengapa terjadi kepada Frizzy. Sedangkan image Frizzy yang terpandang dengan cewek Se-perfect dia bisa mengalami kejadian seperti ini.

"Tunggu, Kok bisa Frizzy begini, apa ini pem-bully-an?" Ucap Ara hanya sekedar menebak.

Sontak Kafa dan Andre pun terkejut dan saling pandang.

"Apa? Lo masih sama gue? " Tanya Kafa dengan polosnya.

"Enggak! Emang gue marah sama lo? "Ujar Andre sontak mengela.

" Yeeeeee, bocahhhh. Amnesia lo? Udah marah-marah, narik-narik baju gue. Enak aja bilang nggak marah!! " Ucap Kafa dengan omelnya.

"Udah-udah.. Yang penting sekarang kita udah paham kejadian sebenarnya" Ucap Ara mendamaikan.

Merekapun sontak bingung dengan apa yang terjadi pada Frizzy. Mereka juga penasaran mengapa hal itu terjadi, namun sontak mereka tidak memperlihatkan rasa penasarannya satu sama lain.

"Tapi Fa, kalau aku boleh saran sih, mending kamu nggak usah deket-deket deh sama Frizzy" Ucap Ara sontak membuat Kafa semakin bingung.

Kafa pun seketika berfikir akan arah pembicaraan Ara yang secara tiba-tiba memberikan saran hal itu kepadanya.

"Kenapa harus gitu?" Tanya Kafa seolah tak puas dengan saran yang diberikan Ara.

"Memang Frizzy melakukan kesalahan apa, Sampai-sampai dia layak untuk dijauhi? " Jelas Kafa sontak memperjelas rasa penasarannya.

Ara pun tiba-tiba tersulut emosi, ia begitu saja menghampiri Kafa.

"Kafa, kamu itu anak baru, kamu belum terlalu kenal sama mereka. Kamu juga tidak tahu kan, siapa saja yang baik untuk dijadikan teman" Hentak Ara sontak memperjelas sarannya tadi.

Heran pun kembali bersahabat dengan Kafa. Rasa penasarannya semakin mengembara. Ia ingin mencari informasi lebih lagi setelahnya. Namun ia terkejut ketika menatap Ara. Analitic engine-nya mendeteksi adanya gelisah dan tanda akan perasaan cemburu.

"Ah udahlah, capek ngomong sama kalian" Ucap Ara sembari meninggalkan Andre dan Kafa di lapangan.

Kafa pun merasa heran kembali, melihat Ara yang dari tadi tenang berubah menjadi sewot kala itu.

"Kenapa dia?" Tanya Kafa kepada Andre yang saat itu masih berdiri di lapangan melihat Ara yang berjalan meninggalkan mereka.
Andre pun hanya menggelengkan kepalanya.

"Apaan tadi, kenapa gue lihat dia cemburu, gelisah gitu. Dia cemburu ke gue atau ke Andre? Aaaaaahhhh ribet, aneh-aneh siswa disini" Gelut batin Kafa seakan merasa keanehan yang terjadi pada teman-temannya.

Ya, pendidikan yang jauh berbeda ia rasakan disini. Ditambah lagi respon siswa didalamnya juga sontak membuatnya bingung. Mungkin ini sudah wajar dilakukan oleh siswa-siswi seusianya, namun ia yang dari kecil tak bersosialisasi dengan baik seakan menjadi kesulitan tersendiri untuk memahami situasi yang ada.

HECXATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang