22. Bertemu Keluarga Seungwoo

43 3 0
                                    

Tok tok tok

"Iya bentar." Chacha dengan cepat membuka pintu kamarnya namun perempuan itu terdiam saat mendapati Sunwoo yang datang, ia kira tadi Seungwoo.

"Kok lo kayak kaget gitu?" tanya Sunwoo.

"Bukan urusan lo, mau ngapain?" Chacha yang tadinya mode terkejut berubah secara drastis menjadi mode judes seperti biasa. Sunwoo lagi-lagi tertawa melihat Chacha yang selalu saja emosian dan judes menanggapi dirinya. Menurut Sunwoo, Chacha tampak sangat imut dan menggemaskan seperti itu.

"Lucu banget sih," ucap Sunwoo sembari mengacak pelan rambut Chacha, namun baru sepersekian detik Chacha langsung menepis tangan Sunwoo.

"Jangan pegang-pegang, gue baru keramas," ucap Chacha dengan mata yang berapi-api.

"Dasar Sunwoo sialan, bisa nggak sih lo nggak usah muncul di kehidupan gue? Lo bilang lo nggak bisa balas perasaan gue tapi tingkah lo malah kayak gini, lo nggak ada otak, bener-bener nggak ada otak tau nggak." Sayang sekali, Chacha hanya bisa mengucapkan hal itu di dalam hati. Soalnya nggak guna juga ngomong langsung ke Sunwoo, paling pria itu hanya tertawa dan sedikit pun tak menganggap perkataan Chacha serius. Padahal ya, Chacha mah pengen diseriusin.

"Galak banget sih, PMS apa gimana?"

"Bukan urusan lo, lo mau ngapain? Kalo memang nggak ada mending pergi deh, kedatangan lo cuman buat gula darah gue naik tau nggak!"

"Weh, selow dong, jangan marah-marah gitu, nanti cepat tua."

"Bukan urusan lo anjir, mending pergi deh sekarang."

"Iya iya, gue cuma mau liat lo kok tadi, nggak ada salahnya kan nemuin temen?"

"Temen matamu! Giliran gue jatuh hati nggak mau tanggung jawab, hish," Lagi dan lagi Chacha kembali mencibir dalam hati.

"Ya udah gue pergi ya, bye bye," ucap Sunwoo kemudian mengacak pelan rambut Chacha lalu pergi.

"Ish Sunwoo sialan," maki Chacha.

"Omongannya." Chacha menoleh saat mendengar suara yang tak asing.

"Eh Pak?" Chacha terkejut saat melihat Seungwoo yang entah darimana dan entah sejak kapan sudah berada di depan kamarnya.

"Pak?"

"Eh, maksudnya Kak, ehehe. Eum ... bentar ya Kak, aku ambil tas dulu," ucap Chacha, ia memang sudah siap sejak tadi sehingga ketika Seungwoo datang mereka bisa langsung pergi, makanya tadi saat Sunwoo datang ia terkejut karena ia mengira yang datang adalah Seungwoo.

"Ayo Kak," ucap Chacha dan mereka pun pergi, kali ini Seungwoo membawa mobil, Chacha tak tahu sih apa tujuannya, ia juga tak peduli.

"Kenapa diam gitu? Lagi ada masalah apa gimana?" tanya Seungwo dengan tatapan yang fokus pada jalanan.

"Eheeh nggak kok Kak," ucap Chacha kemudian menyengir, bagaimana tidak diam, kini Chacha tengah jantungan. Ia benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana nanti bertemu dengan keluarga Seungwoo. Tapi kenapa harus jantungan ya, kan hanya sekedar bertemu Daren, bukan yang lain, eh?

"Eum ... Daren kira-kira suka apa ya Kak?"

"Dia pemakan segalanya, kamu beli apa aja dia mau kok."

"Eum ... kalo gitu ke toko roti dulu ya Kak."

"Ok, cuma buat Daren aja?"

"Eum? Abis itu apa ya Kak?"

"Kamu nggak ada niat mau beliin saya sesuatu?"

"Dih, dasar dosen kurang belaian," batin Chacha.

"Ehehe, emang Kakak mau apa?"

"Nggak ada mau apa sih, cuman mau kamu aja."

"Eh? Ehehe." Astaga ... Chacha rasanya ingin melarikan diri sekarang juga, Seungwoo nih lebih-lebih dari empat dimensi, bisa tiba-tiba aneh, dingin, boyfriendable, ah entahlah, Chacha jadi pusing sendiri. Sudah cukup Chacha pusing dengan skripsnya, kenapa malah tambah dengan kelakuan aneh sang dosen? Ada-ada saja, Chacha tak tahu harus senang atau bagaimana punya dosen seperti Seungwoo ini.

Setibanya di toko roti Chacha langsung mengambil berbagai roti dan dessert tanpa sedikit pun tak melihat harganya. Padahal ya perempuan itu juga bukannya punya uang banyak, paling habis ini menggembel tak makan di kosan.

"Banyak banget, nggak usah banyak banget," ucap Seungwoo melihat Chacha yang tampak begitu semangat mengambil ini itu.

"Nggak papa Kak, kan sesekali juga, biar Daren senang."

"Kamu nggak usah berusaha keras ngambil hati Daren, soalnya kamu udah duluan ngambil hati saya." Hah? Chacha auto menoleh dengan mata membulat seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Namun Seungwoo hanya membalas tatapan perempuan itu dengan tatapan datar.

"Kenapa?"

"Ah nggak papa Kak, aku bayar dulu," ucap Chacha kemudian berlari kecil ke kasir, lama-lama ia bisa gila dekat-dekat dengan Seungwo.

"Pake ini Mbak," ucap Seungwo sembari memberi kartunya pada kasir. Lagi, Chacha menoleh dan melihat Seungwoo dengan tatapan terkejut namun kali ini pria itu tak menanggapi Chacha.

"Makasih Mbak," ucap Chacha kemudian keluar dari toko tersebut. Selama perjalanan menuju rumah Seungwoo mereka hanya diam, Chacha berusaha mempertahankan ekspresi datarnya dan sedikit pun melihat Seungwoo.

***
"Ayo masuk," ucap Seungwo, Chacha hanya mengangguk tanpa sedikit pun melihat Seungwoo. Seungwoo sadar, ia menyadari ada perubahan pada Chacha sejak keluar dari toko roti tadi, tapi ia memilih untuk membuatkannya dulu.

"Uncle ~~~" Daren berlari riang saat Seungwoo datang.

"Wah, aunty cantik datang," ucap Daren penuh semangat dan antusias, Chacha tersenyum kemudian berjongkok dan melebarkan tangan sehingga Daren langsung memeluknya. Ekspresi Chacha langsung berubah saat bertemu dan berinteraksi dengan Daren. Perempuan itu kemudian langsung menyapa kedua orang tua Seungwoo dan juga orang tua Daren.

"Ini adek Daren aunty, Alin, cantik 'kan?"

"Cantik banget," ucap Chacha dengan mata yang berbinar.

"Eum ... Mbak, aku boleh gendong Alin?" tanya Chacha hati-hati, takut kalau Sunhwa menolak, kan Chacha jadi malu sendiri nantinya.

"Boleh dong," ucap Sunhwa kemudian memberi Alin pada Chacha. Chacha tampak sungguh antusias berinteraksi dengan Alin dan balita itu juga tersenyum.

"Wah, kamu keliatan santai banget gendong Alin," ucap ibu Seungwoo penuh kekaguman.

"Ehehhe, di kampung biasa gendong sepupu Tante."

"Wah, bagus dong, udah siap banget jadi ibu," ucap ibu Seungwoo lagi, Chacha hanya menyengir, ia mah tak berani mengatakan apa-apa.

"Santai aja ya, nggak usah segan-segan di sini, anggap aja kayak rumah sendiri," ucap ayah Seungwoo.

"Ehehe, siap Om," ucap Chacha.

Chacha memang asli tujuannya hanya untuk bertemu Daren dan Alin. Ia hanya asik menghabiskan waktu dengan kedua anak itu sampai akhirnya mereka tidur.

"Kita makan dulu ya, tante udah masak spesial loh buat kamu," ucap ibu Seungwoo, wanita paruh baya itu memang sungguh semangat untuk menjadikan Chacha menantunya. Sejak pertama melihat Chacha ia sudah senang dengan Chacha yang sangat sopan dan sangat menyukai anak-anak. Chacha mah tak menolak, ia paling tak enak menolak. Chacha memang banyak tak enakannya sih.

Sembari makan ibu Seungwoo banyak berbincang-bincang dengan Chacha. Seungwoo benar-benar tak terlihat malam ini, tapi tak apa, jika sudah seperti ini tentunya yang harus Seungwoo lakukan hanyalah mendapatkan hati Chacha. Keluarganya sudah sangat setuju dan senang dengan Chacha.

Jam telah menunjukkan pukul tengah sepuluh dan Chacha pun pamit. Selama perjalanan lagi-lagi mereka hanya diam, Chacha seolah tak mengizinkan Seungwoo untuk berbicara sampai akhirnya pria itu memberhentikan mobilnya di tepi jalanan yang sepi.

"Kamu kenapa?"


Bapak Dosen II Han Seungwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang