15. Zusammen

229 21 0
                                    


.
.
.
.
.
Wooyoung menatap pintu apartemen dihadapannya ragu. Sebenarnya dia cukup bingung kenapa dia kembali kesini setelah dua jam lalu dia meninggalkan tempat ini.

"Masuklah." Wooyoung terkejut saat pintu dihadapannya sudah terbuka dan menampilkan San yang sedang bersedekap.

"Jangan mengejutkanku." Wooyoung mendorong San menyingkir dari pintu dan melangkah masuk.

"Dasar aneh, inikah rumahku." San menggelengkan kepalanya melihat tingkah Wooyoung yang seenaknya.

"San, aku ingin bertanya sesuatu, boleh?" Wooyoung tiba-tiba berbalik menghadap San yang sedang berjalan dibelakangnya, membuat San hampir saja menabrak tubuh Wooyoung.

"Apa?" Wooyoung tersenyum manis pada San.

"Jika kau membenci Yeosang, apa yang akan kau lakukan?" Wooyoung dapat melihat sorot mata San yang berubah menjadi tajam.

"Menghabisinya." Jawabang singkat San membuat Wooyoung mencibir.

"Kau serius? tapi dia saudaramu." Wooyoung menemukan sebuah keraguan dimata kelam San. Wooyoung benar akan pemikirannya. San tidak sepenuhnya membenci Yeosang.

"Aku tau kemana arah pembicaraanmu bocah, kau ingin aku berhenti kan?" Wooyoung secara refleks mengangguk dengan senyuman manis di wajahnya.

"Kalau begitu coba hentikan aku." Wooyoung mengernyit mendengar ucapan San.

"Apa maksudmu?" Wooyoung kemabali melihat seringaian di wajah San.

"Hanya ada dua pilihan, aku atau Yeosang yang mati, dan kau harus memilih." Wooyoung tidak percaya dengan ucapan San. Bagaimana dia bisa memilih diantara mereka berdua, ini gila.

"Kau boleh memperingatkan Yeosang, jika dia tidak ingin mati maka dia harus menghabisiku." Wooyoung terdiam. Pikirannya tiba-tiba penuh, memikirkan Yeosang juga San.

Anggaplah Wooyoung plin plan, karena hatinya mudah sekali berubah. Jika kemarin dia bisa dengan sangat yakin mengatakan dia menyukai Yeosang, maka saat ini dia dengan yakin mengatakan dia mencintai San. Ya, Wooyoung gila karena  mencintai orang yang baru saja dia temui dan kenal selama sehari.

"Apa aku harus memilih?" San kembali menatap Wooyoung.

"Ya, jika kau memilih Yeosang, kalian harus bisa menghentikan ku, dengan cara menghabisiku, tapi jika kau memilihku, kau cukup melihat dan setelah semua selesai aku akan menikahimu." Wooyoung semakin terkejut dengan perkataan San. Tidak ada keraguan sedikit pun.

"Waktu mu satu minggu untuk memikirkannya."

Cup

San mengecup bibir Wooyoung sebelum meninggalkan lelaki manis itu sendirian di ruang tengah.

Wooyoung bisa gila karena pesona San jika seperti ini.
.
.
.
.
.
Yunho menatap Hongjoong yang yang sedang asik menikmati ice creamnya tanpa menghiraukan kehadiran Yunho yang duduk disebelahnya. Yunho terkekeh saat beberapa kali telinganya mendengar gerutuan kecil Hongjoong.

"Kenapa?" Hongjoong menatap Yunho dan ice cream nya bergantian.

"Mau lagi hyung." Yunho menatap kearah wadah ice cream Hongjoong yang sudah kosong.

"Tidak Joongie, kau sudah mengabiskan tiga cup ice cream." Hongjoong mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban Yunho.

"Ayolah hyung~" Hongjoong merengek pada Yunho. Sedangkan Yunho tetap menggeleng.

"Yun hyung menyebalkan." Hongjoong menghentakkan kakinya kesal, membuat Yunho semakin terkekeh.

"Nanti malam kau baru bisa mendapatkan ice cream lagi." Hongjoong yang mendengar itu seketika langsung sumringah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AuswahlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang