Why?

264 45 0
                                    

.

Taesan berjalan menuruni tangga dengan earphone terpasang sempurna di kedua telinganya. Lagu mengalun indah memanjakan dan sangat menenangkan pikiran, hal menenangkan seperti inilah yang Taesan inginkan.

Hatinya terlalu sakit hingga perlu diistirahatkan, pikiran dan otaknya selalu bekerja untuk membenci sampai melupakan hal kecil yang menyenangkan hati, seperti lagu.

Namun ternyata hal menenangkan itu tidak bertahan lama.

Pemandangan pertama yang Taesan lihat adalah Leehan, anak itu sibuk menonton TV dengan sikap seperti patung serta tangan kanan memegang remot TV.

"Bodoh." Itulah yang diucapkannya kemudian berbalik arah berniat naik kembali ke kamarnya, mengurung diri seperti biasa untuk menghindar dari semua orang di rumah ini, yang lebih menyayangi anak buangan itu daripada dirinya.

Dahulu, Taesan sangat baik dan menyenangkan. Selalu membuat candaan, wajah konyol, dan... tentu nakal.

Dan dia menyesali perbuatan konyolnya itu, berusaha membuat orang lain selalu tertawa akan apa yang dilakukan dan menyebarkan senyuman, untuk Ayahnya, Ibunya, Kakaknya, bahkan... teman sebayanya yang sekarang menjadi adiknya.

Taesan benci... sangat benci.

Bagaimana temannya itu diangkat ayah ibunya menjadi anak mereka dan membagi kasih sayang mereka, hingga Taesan merasa dilupakan.

Sepasang kaki menghalangi jalannya Taesan, itu Jaehyun Kakak kandungnya. Malas berdebat, Taesan mencoba mengambil jalan lain tetapi selalu dihalangi Jaehyun, kalau seperti ini ada yang akan kakaknya bicarakan dengan dia.

Dilepasnya earphone dan menatap dingin mata Jaehyun.

"Apa?"

Tangannya ditarik ke dapur oleh Jaehyun, Taesan yakin kakaknya ini kesal dengan dirinya. Apalagi yang ingin dibicarakan kakaknya selain sikap nakal dan tatapan dingin yang dia berikan pada Leehan? Tidak akan jauh dari sana, Taesan tau itu.

"Kau bisa melihatnya dari sini kan?" Telunjuk Jaehyun mengarah pada Leehan yang begitu fokus menonton tv dengan gaya dan sikap duduk cukup menyusahkan.

"Kenapa? Aku tidak mengganggunya."

Jaehyun ingin sekali menampar adiknya ini, dia dan perkataannya benar-benar menyakitkan hati orang lain.

"Dua hari lalu, kau mengatakan hal yang membuat Leehan menonton seperti itu. Coba kau ingat-ingat, jika tidak ingat maka akan ku bantu kau ingat sebagai kakak yang baik."

Taesan memandangi Leehan dan mengerutkan keningnya mencoba mengingat perkataan apa yang dia ucapkan hingga Jaehyun menariknya kemari dengan hembusan nafas yang kasar.

Benar, Taesan ingat apa yang dia katakan.

"Senang sekali kau menonton dengan gaya seperti itu."

"Maaf!"

"Oh, baguslah dia sadar."

Apa yang baru saja Jaehyun dengar? Taesan mengatakannya dengan santai tanpa rasa bersalah sama sekali? Ini benar-benar adiknya atau orang lain? Sungguh Taesan yang dulu sudah berubah.

Taesan yang sekarang tidak punya hati, kasih sayang, dan kepedulian lagi pada orang lain.

"Kau–!"

"Apa? Ingin memarahi ku, silahkan. Jika perlu pukul aku sekarang juga, tampar pipi kiri dan kanan, buat kepalaku berdarah dengan pisau."

Jaehyun memerah mencoba menahan diri untuk tidak menuruti ego-nya memukul sang adik. Benar-benar bukan Taesan sekali, ini menyakitkan.

Jaehyun coba tenangkan dirinya lagi dan mulai bicara dengan tenang pada Taesan, "kalian dulu berteman sangat baik, kau selalu membantunya dan menyayanginya–"

"Ya, tapi bukan berarti aku ingin dia menjadi adikku. Dia... benalu, benalu yang merebut ayah, ibu, dan kakakku. Simpan saja kasih sayang kalian untuk dia dan aku tidak perlu," Taesan pergi begitu saja tanpa menunggu respon Jaehyun di sana

Di depan tangga Taesan pandang Leehan sebentar, "aku tau kau punya telinga dan pasti mendengar apa yang Kakak dan aku bicarakan, jadi biasakanlah mengambil perhatian untuk dirimu sendiri... Anak yatim."

"TAESAN!!" Jaehyun berteriak dari arah dapur

Leehan? Anak itu meneteskan air matanya secara diam-diam, dia mendengar semua percakapan bahkan sejak dari Taesan yang mengatakan dirinya 'bodoh'.

Benar yang Taesan katakan, dia sudah merebut orang tua dan kakaknya, dia keterlaluan sudah membuat keluarga kecil ini terpecah belah. Ayah Ibu dan Jaehyun begitu menyayangi dan menganggapnya keluarga, namun Taesan menganggap dirinya adalah benalu yang merebut kasih sayang dan cinta yang seharusnya diberikan untuk Taesan.

"Kau benar, aku memang anak yang tidak tau diri..." Langkah Taesan terhenti di anak tangga ke tiga kemudian memasang telinga mendengar Leehan.

Keduanya dengan posisi saling membelakangi, Leehan duduk di depan layar tv serta Taesan berdiri di tangga dan Jaehyun melihat dari meja makan, memastikan Taesan tidak akan berlaku kasar.

"Kau teman baikku, Taesan. Aku minta maaf telah tinggal di sini, aku tidak tau kalau kau merasa seperti itu, karena kau tidak pernah mengatakan apapun."

"Teman lama, kau juga tidak pernah mencari tau."

.

Knock knock!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang