.
•
•
Jaehyun berdiri di depan pintu kamar Taesan. Dia berniat berbicara empat mata bersama Taesan, Jaehyun ingin mencoba apa yang disarankan Nenek tadi padanya.
Ini adalah pertama kali setelah kurang lebih dua tahun hubungan kakak beradik Taesan dan Jaehyun merenggang, Jaehyun akan coba mengembalikan hubungan itu.
Tok! Tok!
"Bicara dari sana!"
Jaehyun menghela nafasnya, "Kakak mau bicara, buka!"
"Sudah ku bilang bicara dari sana!"
"Yah padahal kakak bawa cat lukis sama kanvas, Taesan mau tidak?"
"Bagaimana jika adikku tetap tidak mau, nek?"
"Kak Jae bawakan sesuatu yang dulu sering dimainkan bersama, pasti Taesan akan lemah dengan itu!"
"Benar, bawakan sesuatu yang mengingatkan dia dengan masa kecil yang Jaehyun dan Taesan habiskan bersama."Membawa segala keperluan melukis, itulah yang sering dimainkan Jaehyun dan Taesan dulu. Dimana Taesan yang melukis dan dirinya yang mengacau lukisan Taesan sampai anak itu berteriak melaporkan pada ibu. Pada akhirnya mereka melukis bersama.
Klek!
Jaehyun membulatkan matanya mendengar suara pintu dibuka dari dalam. Perkataan nenek itu benar adanya.
Taesan menyembulkan kepalanya keluar memastikan bahwa Jaehyun tidak membohonginya dan yang dia lihat ada seperti yang dikatakan.
"Jadi, boleh Kakak masuk?" Senyumnya
Taesan raih satu kanvas dan kuas dari tangan Jaehyun, "masuk."
Jaehyun kelilingi kamar adiknya, tidak banyak berubah, desain dan dekorasinya masih sama. Bahkan, lukisan yang dilukis bersama terus ada di samping jendela. Itu bukan lukisan yang bagus dan rapi, hanya lukisan anak kecil dengan krayon. Jaehyun menggambar anak kecil dengan baju biru dan celana hitam sedang Taesan anak laki-laki sedikit lebih besar dengan pakaian merah dan celana kuning. Keduanya menggambar satu sama lain
"Jangan salah, aku menghargai masa lalu itu sebabnya masih di sana."
Jaehyun tersenyum, dia tau Taesan tidak akan mengaku. Diletakkannya semua peralatan melukis itu di lantai secara berurutan.
"Ayo, siapa yang paling bagus dapat hadiah. Aku punya headphone baru, itu taruhannya."
"Diterima, jangan salahkan aku jika headphone mu pindah tangan."
Lomba dimulai.
Taesan melukis dari atas kasur dan Jaehyun di lantai. Keduanya saling menghadap agar tidak ada yang meniru gambar satu sama lain.
Di sana dapat Jaehyun lihat betapa niatnya Taesan dalam melukis, ada senyum kecil yang terukir. Mungkin si pemilik tidak tau kalau dia sedang bahagia.
Dari sisi Taesan sendiri ini adalah pertama kalinya Kakak kembali memanggilnya bermain dengan sesuatu yang dia sukai. Akhirnya.
Beberapa menit mereka habiskan untuk melukis dan setelahnya memperlihatkan hasil satu sama lain.
"Satu... Dua... Tiga!!"
Milik Taesan benar-benar indah, satu tangkai bunga dandelion dan milik Jaehyun dengan gambar yang terkesan amatir, gunung dan sawah.
"Kau kalah, ambil headphone itu."
"Oke. LEEHAN BISA TOLONG AMBILKAN HEADPHONE KAKAK DI ATAS LEMARI?"
"SIAP!"
Jaehyun lihat Taesan yang sebelumnya menyeringai menang sekarang turun lagi, ketika mendengar nama Leehan dia sebutkan. Jika begitu bukankah anak itu akan masuk ke kamar ini untuk membawa benda yang menjadi hadiahnya? Sial, Taesan dijebak.