Prolog

57.7K 3.5K 139
                                    

Vote and comment juseyo...
...

Di sebuah kosan kecil, terdapat dua pemuda kembar yang sedang mengerjakan tugas sekolah mereka. Setelah selesai sang kakak langsung berdiri dan membereskan buku-bukunya.

"Gue pergi kerja dulu ya, habis ini langsung makan malam dan minum obatnya" ujar sang kakak atau kita panggil saja dia Karel Mahesa.

Pemuda yang sekarang berusia 18 tahun ini, sekarang duduk di bangku kelas 12. Pemuda yang ramah dan penyayang kepada orang terdekatnya, dan akan berubah kejam ketika bersama orang-orang yang menganggunya, terlebih kalau mereka menyakiti kembarannya.

"Lagi?" Ujar sang adek mendongak menatap sang kakak.

Berbeda dengan sang kakak, sang adek yang bernama Darel Mahesa lebih banyak diam dan berekspresi minim. Tapi dia akan cerewet kalau bersama orang-orang yang dekat dengannya, siapa lagi kalau bukan bersama Karel.

"Iya, ingat, minum obatnya dan jangan begadang" ujar Karel tersenyum dan mengelus rambut Darel.

"Bang, abang baru pulang kerja tadi, lebih baik udah aja ya kerjanya, abang istirahat aja"

"Gue bisa..."

"Darel, abang nggak mau bahas ini lagi, abang pergi ya, hampir telat nih" ujar Karel sedikit bergegas mengambil Jaketnya dan keluar kosan dengan tergesa-gesa.

Darel menatap datar pintu yang sudah tertutup, digenggam erat buku catatannya hingga remuk untuk melampiaskan emosinya.

"Dasar nggak guna, cuma nyusahin"

"Gara-gara lo, bang Karel jadi berusaha sendiri seperti ini" ujarnya menyalahi dirinya sendiri karena tidak bisa membantu abangnya untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Sudah 12 tahun berlalu, semenjak mereka kehilangan orang tua mereka, akibat kebakaran tempat tinggal mereka.

Semenjak itu mereka tinggal di sebuah panti asuhan. Hingga mereka berusia 15 tahun, Karel membawa Darel ke kosan tempat mereka tinggali sekarang untuk hidup berdua di sana.

Sebenarnya banyak keluarga yang ingin mengadopsi Karel sebagai anak mereka, tapi karena Karel terlalu menyayangi Darel dan tidak ingin meninggalkannya sendirian, akhirnya dia menolak setiap sepasang suami istri yang ingin mengadopsinya.

Sedangkan Darel sendiri, karena memiliki fisik yang lemah dan mempunyai penyakit asma. Apalagi setelah kebakaran itu membuat Asmanya semakin parah, sehingga tidak ada yang mau mengadopsinya karena yang mereka inginkan hanya anak yang sehat.

Karel selalu bersikeras tidak ingin pisah dengan kembarannya, dan setiap ada yang mengadopsinya, dia ingin Darel juga ikut bersama mereka. Tapi melihat keadaan Darel, mereka akhirnya menyerah dan membawa anak yang lain.

Darel tentu saja merasa dirinya tidak berguna dan hanya menyusahkan abangnya. Kalau saja tidak ada dirinya, abangnya itu pasti sudah bahagia dengan keluarga barunya, dan bisa menikmati masa remajanya.

Bukan malah bekerja dari pulang sekolah sampai tengah malam seperti sekarang, untuk memenuhi kebutuhan mereka dan membeli obat untuk dirinya, begitulah pikiran Darel.

Dia ingin membantu abangnya itu, bahkan dia sering diam-diam bekerja tanpa pengetahuan abangnya. Tapi dua hari kemudian, Karel selalu saja mengetahuinya dan menyeretnya pulang, setelah itu dia akan dimarahi atau dihukum.

Jujur saja, kalau Karel sedang marah, Darel tidak bisa melawan sedikitpun, karena itu sangat menyeramkan.

Sedangkan Karel sendiri, tentu saja tidak ingin adeknya merasa kelelahan karena bekerja dan itu pasti akan memperburuk keadaannya.

Story of the Twins Brother (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang