Part:4

26.9K 2.9K 114
                                    

Vote and comment juseyo...
...

Karel mengerjapkan matanya, dan meringis kecil karena merasakan kepalanya yang terasa pusing, badannya juga terasa lemas, kemudian matanya meliar melihat sekitar ruangan asing di tempatinya sekarang.

Ruangan yang lebih tepatnya kamar yang didominasi warna abu-abu itu, sangat luas, hingga dia mengernyit bingung, berpikir apa yang terjadi dan kenapa dirinya berada di kamar ini.

"Darel" ujar Karel berusaha duduk, dia harus mencari adeknya. Dia ingat, terakhir kali Daniel menyuntikkan sesuatu padanya, dan akhirnya kehilangan kesadarannya.

Jadi dia menyimpulkan kalau dirinya sekarang berada di Mansion Daniel.

Karel berusaha berdiri, badannya benar-benar merasa lemah, hingga akhirnya dia terjatuh kembali, membuat Darel yang habis mandi menatap kaget abangnya itu.

"Abang gapapa?" Tanya Darel setelah berlari kecil dari pintu kamar mandi ke tempat tidur.

Setelah itu dia membantu Karel duduk tempat tidur dan memastikan tidak ada luka di tubuh abangnya.

"Gue gapapa, badan gue cuma sedikit lemas, lo gapapa kan?" Tanya Karel balik, memperhatikan Darel.

"Gapapa bang, abang istirahat aja dulu kalau badannya lemas"

"Gue panggil Satria dulu ya, buat bawain makanan ke sini" ujar Darel dan melangkah menuju pintu kamar mereka.

Yahh kamar mereka, sebenarnya Daniel sudah menyiapkan kamar untuk mereka satu perorang bahkan bersebelahan dan bahkan ada pintu penghubung di antara kamar tersebut.

Tapi Darel yang ingin sekamar dengan Karel menolak untuk berpisah kamar dengan Karel, karena memang mereka sudah terbiasa tidur berdua, bahkan di mansion David di inggris sekalipun.

Daniel sendiri hanya acuh, terserah mereka saja pikirnya.

Karel memperhatikan Darel yang sedang berbicara dengan Satria, dapat dia lihat ekspresi Darel yang tampak marah walaupun raut wajahnya datar, setelah itu Darel menutup pintu kamarnya dan kembali mendekatinya.

"Kenapa?" Tanya Karel

"Kita di suruh ke bawah, buat makan malam bersama, kalau nggak, nggak di
kasih makan katanya" ujar Darel menghela nafasnya pelan dan rebahan, bodo amat dengan perutnya yang lapar.

Dia tidak mungkin, meninggalkan abangnya sendirian dan makan bersama dengan keluarganya itu pikirnya.

"Yaudah, kenapa malah rebahan"

"Yuk ke bawah" ucap Karel mengelus rambut Darel.

"Abang katanya masih lemas, gue nggak mau ya makan sama mereka kalau nggak ada abang"

"Terus lo nggak mau makan gitu, ini udah malam, kalau lo sakit gimana"

"Gue juga udah lapar, yuk ke bawah, gue gapapa" ujar Karel berdiri, walaupun kakinya sedikit gemetaran karena masih lemas.

Mendengar abangnya sudah lapar, Darel bangkit kembali, dan menatap abangnya intens.

"Bang, abang tau kan kalau kita berkumpul sama mereka, itu artinya kita akan terseret alur novel"

"Apa nggak bisa kita ngehindari mereka saja?" Ujar Darel tampak khawatir.

Yahh tidak dipungkiri, dia juga kepikiran alur novel tersebut. Bagaimana setelah melihat Aila, Karel malah suka dan mengejar-ngejar Aila pikirnya dan menjauhi dirinya, seperti alur novel tersebut.

Membayangkannya saja, dirinya merasa tidak sanggup. Dia sudah terbiasa hidup bersama Karel selama 2 kehidupan ini.

Dia tidak bisa membayangkan, mereka akan berpisah dan berjauhan.

Story of the Twins Brother (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang