Part:39

15.5K 1.7K 56
                                    

Vote and comment juseyo..
...

Daniel tersenyum melihat putra kembarnya masih tertidur dengan nyenyaknya. Dia mendekat dan duduk di samping Karel, mengelus rambut pemuda itu dan mengecup dahiya.

Kegiatannya yang dilakukan oleh Daniel tersebut berhasil membangunkan Karel, Karel mengerjapkan matanya dan melihat Daniel yang tersenyum lembut ke arahnya.

"Pagi dad" ujar Karel tersenyum kecil dan memeluk perut Daniel tanpa rasa canggung sedikitpun.

Seminggu berlalu, semenjak Javier mengeluarkan Daniel dari masa hukumannya.

Keadaan Daniel juga sudah baik-baik saja sejak 2 hari lalu, dan yang terpenting hubungan mereka semakin dekat.

Karena Daniel tidak mau jauh dari kedua putranya itu, membuat Karel merasa senang dengan perhatian dari Daniel, sehingga dia merasa hal seperti itu sudah biasa.

"Pagi boy" ujar Daniel mengelus rambut Karel.

"Mandi gih, nanti telat sekolahnya, adek biar daddy yang bangunin" lanjut Daniel dan diangguki oleh Karel yang duduk dan menatap Darel yang masih tertidur.

Adeknya itu memang sedikit sulit untuk bangun.

Bagaimanapun orang berisik di dekatnya, dia tidak akan terganggu sedikitpun kalau dirinya sudah tertidur dengan nyaman.

Karel mengecup singkat dahi Darel, kemudian meregangkan tubuhnya dan melangkah gontai menuju kamar mandinya.

Daniel terkekeh pelan melihat itu, kemudian beralih menatap Darel dan melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan pada Karel tadi.

Tapi tentu saja itu tidak akan berhasil membangunkan putra bungsunya itu, Daniel pun menoel-noel hidung Darel sampai membuat kening Darel mengernyit karena tidurnya terasa terganggu.

"Eghh abang, El ngantuk" ujar Darel mengibaskan tangannya karena merasa terganggu.

Daniel terkekeh pelan, dan terus melakukan hal yang sama.

"Abang eghh, El mau tidur, mandi aja duluan" ujar Darel dengan nada merengek, dan bahkan menghentakkan kakinya, dan menggeliat membelakangi Daniel.

Daniel berusaha menahan tawanya supaya tidak semakin keras, kebiasaannya akhir-akhir ini mengganggu tidur putra bungsunya itu, karena hanya saat itu dia bisa melihat sisi manja Darel.

Yah walaupun Darel sudah bersikap biasa pada dirinya dan tidak menolak keberadaannya Daniel lagi seperti dulu, tapi dia masih merasa kalah dari Karel, papanya, abangnya dan bahkan Dhika karena mereka bisa melihat sisi kekanak-kanakan putra bungsunya itu.

Karena kalau bersama dirinya Darel akan bersikap tenang seperti orang dewasa.

Bukannya dia tidak suka melihat Darel bersikap dewasa, Daniel yang merasa berbeda tentu saja tidak terima.

Dia juga ingin dianggap istimewa oleh putranya itu.

Dia merasa putra bungsunya itu masih memberikan jarak padanya. Karena Darel tidak pernah bersikap apa adanya dengan dirinya berbeda saat Darel bersama keluarganya yang lain.

"Abangg" Darel berujar marah dan langsung duduk, dia merasa kesal menatap orang yang sudah mengganggu tidurnya.

"Daddy" ujar Darel kaget dan menahan rasa malunya ketika melihat Daniel tersenyum padanya.

Mengingat dia mengeluarkan suara rengekan yang memalukan tadi, pasti membuat daddynya itu tidak nyaman pikirnya.

"Ck El kebiasaan banget sih lo, kapan kebiasaan lo itu bisa hilang sih"

Story of the Twins Brother (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang