Part:30

18.5K 1.8K 78
                                    

Vote and comment juseyo..
...

Karel dan Ferdy dibuat panik ketika mendengar racauan Darel yang sedang tertidur, apalagi air mata yang keluar dari mata Darel yang masih terpejam itu.

"Dek, bangun" ucap Karel menepuk pelan pipi Darel. Darel tersentak kaget kemudian langsung duduk, menatap Karel dan Ferdy yang kelihatan khawatir menatapnya.

"Kenapa?" Tanya Ferdy melihat Darel menghela nafasnya beberapa kali.

"Lo mimpi buruk lagi?" Tanya Karel dan dibalas gelengan oleh Darel, yang masih diam, menormalkan detak jantungnya.

Bisa-bisanya dirinya malah memimpikan kejadian saat mereka dikehidupan pertamanya lagi.

"Abang" ucap Darel serak dan memeluk Karel, Karel membalas pelukan adeknya itu dan mengelus punggung Darel.

"Kenapa hmm?" Tanya Karel dan dibalas gelengen oleh Darel, dia malah asyik menyamankan posisinya dipelukan abangnya itu.

Ferdy hanya diam, kemudian dia ikut bergabung memeluk kedua adeknya, memberikan kenyaman pada mereka.

"Kalian kenapa, pagi-pagi udah pelukan ja, dan nggak ngajak-ngajak gue lagi" ujar Javier yang tadi membuka tenda adek-adeknya, tapi malah melihat mereka berpelukan.

Ferdy dan Karel tidak membalas, dan malah menberikan kode pada Javier sambil menunjuk Darel yang berada dipelukan mereka.

Seakan mengerti, Javier mengangguk kemudian masuk ke dalam tenda.

"El kenapa?" Tanya Javier mengelus rambut Darel, Darel mendongak menatap abangnya itu kemudian menggelengkan kepalanya.

"Gapapa, mau peluk abang aja" ucap Darel dan kembali memeluk Karel.

"Benaran gapapa, kalau ada yang ganggu pikiran lo, jangan pendam sendiri ya"

"Lo bisa cerita sama abang, daddy atau Ferdy dan Karel"

"Iya, tapi gue gapapa kok"

Karel mengelus rambut Darel, kemudian menatap Javier dan Ferdy yag menatap khawatir.

"Abang kenapa tadi kesini?" Tanya Karel mengalihkan pembicaraan.

"Ahh iya, daddy manggil buat sarapan bareng tadi"

Karel mengangguk, kemudian menatap Darel yang sudah melepaskan pelukannya ketika mendengar ucapan Javier.

"Mimpi itu lagi?" Tanya Karel dan diangguki oleh Darel, Karel tersenyum tipis kemudian mengelus rambut adeknya itu.

"Gapapa, itu cuma masa lalu okay, jangan terlalu dipikirin"

"Sekarang cuci wajahnya supaya lebih segar" ucap Karel dan lagi-lagi diangguki oleh Darel, yang langsung berdiri kemudian tersenyum tipis pada Ferdy dan Javier.

Sedangkan Ferdy dan Javier hanya diam. Mereka terkadang iri dengan kedekatan Karel dan Darel. Karel seakan tau apa yang terjadi pada Darel tanpa perlu Darel menceritakan padanya.

Dan itu membuat mereka seakan tidak berguna untuk adek bungsunya itu, dan juga untuk Karel, karena mereka tidak bisa membantu apapun.

Karena Karel sendiri sudah bisa jadi penenang dan kekuatan untuk Darel. Dan Karel sendiri kuat karena adanya Darel.

Mereka saling menguatkan satu sama lain, dan karena itulah Javier dan Ferdy merasa sedikit sedih, karena merasa masih ada jarak diantara mereka dengan kedua adeknya itu, walaupun hubungan mereka sudah lumayan membaik.

Ingat, mereka sedih hanya sedikit...

Karena Ferdy dan Javier juga sadar semua itu juga karena mereka. Jadinya  mereka hanya merasa sedih sedikit, dan akan lebih bersemangat untuk lebih mengenal kedua adeknya itu.

Story of the Twins Brother (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang