One

66.3K 3.1K 12
                                    

Nuansa kamar kecil dan sesak milik seorang gadis kecil, Kayana. Walaupun ia memiliki kamar kecil dan memiliki jendela kamar satu, Kayana begitu nyaman di dalam kamarnya bahkan selalu duduk di kursi kecil dalam kamar dekat jendela memandang langit malam dan senja sore hari.

Seperti saat ini satu kebiasaan yaitu memandangi langit sore dan matahari sudah tenggelam dari arah barat, hingga suara pintu kamar dibuka oleh seseorang.

"Ana."

Kayana menoleh ke orang tersebut, "iya, ibu?"

"Kamu dipanggil oleh tuan Arga ke ruang makan." jawab orang yang dipanggil ibu. Yang tak lain adalah Keira.

Sosok itulah yang menjadi ibu sambung Kayana. Awalnya Keira menolak Kayana memanggilnya seperti itu, tapi karena seolah terbiasa dipanggil seperti itu akhirnya Keira menerima panggilan itu.

Kayana tersenyum setelah mendengar jawaban Keira, apakah daddnya akan mengajaknya makan malam nanti. Tapi entahlah.

Gadis kecil itu turun dari kursi kecilnya, kemudian melangkah keluar dari kamar bersama Keira di belakangnya. Ia berjalan menghampiri ruang makan yang begitu dekat dengan kamarnya, tak lupa senyumnya terus mengembang karena untuk kali pertamanya ia dipanggil Arga.

"Daddy!" ujarnya ceria.

Namun dibalas tatapan dingin oleh Arga, selaku ayah kandung anak itu. Sedangkan Keira setia di belakang Kayana sambil menundukkan pandangannya.

"Daddy panggil Ana ya?" tanya anak itu pada Arga yang masih diam.

Kemudian ia mendekat ke Arga, namun baru berapa langkah tiba-tiba pergelangan tangan kecilnya dicengkram kuat oleh Arga.

"Akh daddy... " ringis Kayana.

Di sinilah mereka berdua, Kayana diseret menuju gudang belakang rumah. Arga menyeret Kayana dengan tidak berperikemanusiaan bahkan sesekali ia menampar pipi anak itu hingga memerah dan membuat Kayana menangis kesakitan.

"Ana salah apa?" gagap Kayana menatap takut Arga.

"Kamu masih bertanya hah?! Dasar anak gak tahu diri!" cerca Arga melayangkan tamparan sekali lagi.

"Gara-gara kamu berkas penting milik saya rusak!"

Plak.

Plak.

Plak.

Tamparan ketiga begitu kuat hingga darah segar keluar dari mulut mungil Kayana.

"M-maaf, dad... Ana gatau." isak Kayana sambil menyatukan kedua tangannya meminta maaf.

"Ampun daddy! Akh dad, maafin Ana.. "

Tak segan-segan Arga menendang tubuh kecil itu begitu kuat, "maaf, daddy. Ana minta maaf, Ana gatau itu berkas punya daddy... " ucapnya lagi memohon.

Arga meludah diatas kepala anak itu, Kayana menangis saat Arga melakukan hal itu. "Anak sialan seperti kamu harusnya mati saja!!" hinanya lagi kemudian memberikan tamparan dan tendangan pada tubuh Kayana.

Lalu meninggalkan anak itu di dalam gudang yang gelap. Kayana merangkak mencoba menggapai pintu walaupun pintu gudang telah terkunci rapat.

"Maafin Ana, dad. Ana minta maaf sudah nakal." lirihnya di samping pintu.

Darah terus mengalir dari bibirnya yang robek. Namun bibir mungil itu terus merapalkan kata maaf karena membuat Arga marah.

Flashback on.

Kayana membawa pelan dan kain untuk membersihkan barang dan mengepel di ruangan Arga. Awalnya ini adalah tugas Keira, tapi anak itu memaksa agar dia yang membersihkan ruangan sang ayah. Akhirnya Keira pun mengizinkan dan mengatakan hati-hati saat memegang benda yang ada di sana, Kayana mengangguk mengiyakan lalu dengan semangat ia naik ke lantai dua menuju ruangan Arga.

Ketika pintu ruangan itu terbuka, ia pikir akan ada Arga di ruangan ternyata tidak ada siapapun di sana. Namun tak apa, Kayana tetap membersihkan ruangan daddy nya dengan senang hati. Jadi saat Arga pulang dan melihat ruangannya bersih pasti akan terasa nyaman sekali saat sedang sibuk mengerjakan sesuatu.

Setelah membersihkan barang-barang berharga milik Arga. Kayana pun mengepel lantai di setiap sudut ruangan pun ia pel dan terakhir di bagian bawah meja Arga, banyak sekali berkas bertumpuk di atas meja dan sedikit berhamburan. Tapi Kayana tak menyadari hal itu, karena tubuhnya pendek akhirnya ia pel saja lantai bawah meja kerja itu hingga tubuh Kayana tak sadar menyenggol sisi meja dan meringis pelan akibat senggolan agak keras itu.

Lalu Kayana lanjut mengepel hingga selesai kemudian keluar dari ruangan Arga. Tanpa ia ketahui bahwa beberapa tumpukan kertas sudah  basah karena ada cangkir yang masih ada air kopinya dan tumpukan kertas itu pun menjadi basah dan menetes dari bawah meja.

Arga yang baru pulang lelah karena pekerjaannya langsung menuju ruang kerja ingin mengambil sesuatu berkas penting miliknya yang tertinggal, pria itu masuk ke dalam lalu menghampiri meja kerjanya.

Namun ia dikagetkan dengan beberapa berkas yang sudah diprint terkena basahan tumpahan kopi bekas miliknya. Arga mengepalkan tangannya kuat dan mengeraskan rahang, bagaimana bisa pelayan bekerja tidak becus melakukan pekerjaan hal semacam ini dan tidak melihat keadaannya dulu.

Semua orang dikejutkan panggilan Arga yang memanggil seluruh maid menghadap padanya.

"Siapa yang membersihkan ruangan kerja saya tadi siang?!" tanya Arga menyentak menatap tajam satu persatu maid.

Mereka semua menunduk, Keira menelan ludahnya susah payah. Ini adalah tugasnya tapi Kayana yang memaksa ingin melakukan, tapi kasihan Kayana terkena amukan sang tuan jika seperti ini.

"Jawab!!!" bentak Arga.

"Ana yang masuk membersihkan ruangan anda, tuan." ucap seorang maid yang setia menunduk.

Keira melotot mendengar ucapan maid tadi. Bagaimana ini Kayana pasti akan dihukum oleh Arga.

Mendengar nama anak sial itu, Arga semakin mengeraskan rahang dengan emosi yang sudah meluap.

"Bubar! Panggil anak itu kehadapan saya sekarang!" usir Arga kemudian meminta panggilkan Kayana.

"Baik, tuan." balas Keira. Karena Kayana tidur bersamanya.

Setelah Keira memanggil Kayana. Anak itu keluar bersama Keira di belakang dengan senyum cerahnya dan menghampiri Arga yang berdiri membelakangi meja makan.

"Daddy!"

Suara itu memekakkan telinga Arga bahkan ia tak ingin mendengar suara itu.

"Daddy panggil Ana ya?"

Saat ingin mendekati Arga. Naas pergelangan tangannya dicengkeram kasar oleh Arga dan berakhir Kayana disiksa di dalam gudang gelap dan berdebu membuat sesak.

Tangisan bahkan lirih maaf dari Kayana karena sudah membuat Arga marah padanya, ia tahu memang dirinya salah tapi apa yang sudah ia lakukan di berkas penting milik Arga? Bahkan ia tak menyentuh barang-barang penting di atas meja Arga.

Tapi ini sudah terjadi. Ia hanya bisa menerima siksaan ini lagi dari sang ayah.

Flashback off.

"Maafkan Ibu, Ana. Seharusnya ibu tidak mengizinkan kamu membersihkan ruangan tuan Arga." ucap Keira yang berada di dalam kamar setelah Arga menyeret Kayana ke gudang.

Siapapun di larang membantu anak itu untuk keluar dari gudang, bahkan Keira tidak memiliki kuasa membantu Kayana saat ini. Ia takut diusir dan tidak memiliki pekerjaan lagi selain bekerja sebagai maid di Mansion Nagendra.

Bersambung...

1007 word

NAGENDRA [SI BUNGSU] TERBIT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang