Eight

43.8K 2.5K 89
                                    

Dug.

Satu dorongan berhasil melepas pelukan dengan kasar, Arga menatap dingin Kayana seperti biasa. Ia berjongkok di hadapan anak itu, lalu memandang remeh anak itu.

"Gara-gara kamu! Keluarga saya terus terkena masalah." cerca nya menunjuk Kayana.

Ucapan itu membuat Kayana merasakan sakit pada hatinya. Ia sudah paham dan mengerti ucapan itu untuknya sangatlah kasar dan menyakitkan, bagaimana bisa sosok ayahnya mengatakan hal itu padanya.

"Pergi dari hadapan saya!" usirnya yang langsung dituruti Kayana.

Anak itu berjalan meninggalkan Arga yang memandangi punggung kecil gadis kecil itu. Lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu dengan kasar sampai Kayana terkejut mendengarnya, tanpa sadar dirinya menabrak seseorang.

Orang itu menatapnya dingin sama seperti Arga tadi. Tentu dia adalah Marven, pria itu masih menunjukkan mata dingin dan tajamnya.

"M-maaf." ucap anak itu gagap.

Lalu berjalan melewati Marven. Pria itu mengepalkan tangannya saat lagi-lagi anak itu dengan beraninya meninggalkannya, lalu tiba-tiba ia tersenyum miring

"Apa yang kamu harapkan? Kasih sayang? Belas kasihan? Dan meminta maaf padamu?" pertanyaan itu berhasil menghentikan langkah Kayana ingin turun tangga.

Anak itu berbalik ke sang kakak sulung, begitu juga Marven yang sama berbalik ke arahnya.

"Kamu berharap akan ada di foto keluarga bersama kami?" Marven menatap remeh Kayana.

"Kamu hanya pembawa sial di keluarga ini. Jangan berharap apapun dari kami. "  ucapan yang menyakitkan keluar dari mulut Marven.

Pria itu tersenyum miring lagi, namun beberapa saat kemudian ia tersadar saat melihat wajah Kayana. Anak itu mencebikkan bibirnya dan hidungnya sudah memerah, tinggal menghitung satu sampai tiga isakan itu pada akhirnya keluar.

"Hei-"

Tanpa menunggu ucapan Marven selanjutnya, gadis kecil itu berlari menuruni anak tangga dengan tangisan yang sudah kencang.

"Ibu!"

Suara anak itu memanggil Keira, wanita itu keluar dari dapur mendengar suara Kayana. Keira langsung terkejut saat melihat Kayana menangis dan beberapa detik selanjutnya Keira membawa anak itu ke dalam gendongannya.

"Ana kenapa menangis, nak?" tanya Keira khawatir.

Bukannya menjawab Kayana malah melirik ke atas, di mana masih ada Marven di sana. Pria itu melihat dari bawah, wajahnya masih sama dan Keira yang menyadari bahwa Kayana melihat ke atas ia pun sama-sama mendongak ke atas.

Keira terkejut ada Marven yang memperhatikan mereka berdua di bawah sini, Kayana kembali menangis dan memeluk lehernya. Ia sedikit membungkukkan tubuhnya lalu membawa Kayana ke dalam kamar agar anak itu tak menganggu ketenangan Mansion ini.

"Kak, apa yang terjadi?" tanya Sakha saat melihat sang kakak berdiri di pinggir pagar tangga.

Marven menggeleng singkat, "istirahat lah." ucap Marven kemudian berlalu meninggalkan Sakha yang diam.

~~~

"Orang ini mungkin sudah lama mengincar Jia, dad. Kita harus waspada, karena bisa saja ada yang menyamar di rumah sakit lalu membawa Jia pergi dari kita." jelas Marven panjang lebar kali ini.

"Daddy akan menambah orang untuk memperketat penjagaan Jia di rumah sakit. Dan Marven, cari tahu orang itu sampai kita mendapatkannya. Daddy yakin dia adalah orang yang berbahaya, bisa saja dia musuh daddy." balas Arga menatap lurus luar jendela.

NAGENDRA [SI BUNGSU] TERBIT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang