Kita bebas menentukan standar kecantikan kita masing-masing, karena hanya diri sendirilah yang berhak menentukannya bukan orang lain.
____
Mergreci Jelia
---
Pasti kalian sudah tahu kalau Cahya suka sekali menggambar gaun. Ia benar-benar jatuh cinta dengan hobinya itu. Mungkin karena Cahya selalu menonton barbie saat masih kecil, alhasil ia suka menggambar gaun.
Mimpinya cuma satu. Ia ingin gambar gaunnya menjadi gaun yang benar-benar gaun. Ia tidak peduli dengan omongan Leo tentang gaunnya kalau gaunnya itu tidak bagus. Ia tetap mencintai apa yang ia lakukan. Cahya sudah jatuh sejatuh-jatuhnya pada pada gaun.
"Apa hobi kamu cuma menggambar gaun?"
Leo tiba-tiba datang membuat Cahya menghela nafas karena kaget.
"Apa tujuan kamu ke rumah aku?" Tanya Cahya dengan raut wajah sinis, tapi Leo tidak merasa takut.
"Membuat kamu emosi," jawab Leo enteng.
Plak!
Cahya melempari Leo dengan pensil.
"Sakit Ca," lirih Leo padahal tidak sakit.
"Rasain," ujar Cahya membuat Leo hanya menghela nafas panjang.
"Ca, kamu kenapa sih suka gambar gaun? Padahal sejak kita kecil aku selalu bilang gambar kamu itu jelek. Kenapa kamu nggak cari hobi lain?" Tanya Leo mulai serius.
"Ada gerangan apa kamu tanya seperti itu? Jangan harap kamu bisa buat aku kesal lagi," ujar Cahya namun wajah Leo tidak menunjukkan sedang bercanda. Leo dalam mode serius.
"Aku sudah jatuh cinta sama gaun Leo. Kamu tahu kan kalau aku itu punya mimpi gambar gaun agar bisa jadi gaun beneran," ujar Cahya membuat Leo mengangguk.
"Aku nggak pernah merasa sakit hati saat kamu selalu bilang gambar gaunku jelek. Rasa cintaku pada gaun yang membuat aku tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan, ditambah mimpiku itu," tambahnya.
"Aku bangga sama kamu Ca," puji Leo.
"Aku memang pantas untuk dibanggakan," ujar Cahya membuat Leo menyesal karena sudah berbicara seperti itu.
Tetap bermimpi sekalipun ada orang yang tidak suka.
---
Bagi Mika, menjadi perempuan tidak harus sama. Toh, pada dasarnya manusia juga diciptakan berbeda.
Begitu banyak pilihan yang perempuan ambil dalam hidup ini dan tidak mungkin apa yang perempuan pilih sama dengan pilihan yang dipilih oleh orang lain. Kalaupun sama tapi tidak begitu banyak. Lalu kenapa, kita seolah-olah merasa takut jika tidak sama? Padahal kita adalah mahkluk yang berbeda-beda.
Mika beruntung sudah mengenal dirinya sendiri sehingga ia bisa tahu pilihan apa yang ia harus ambil. Menurut Mika, tidak semua hal harus kita pilih. Fokus dengan apa yang sudah kita pilih.
Satu hal yang membuat Mika merasa bersyukur adalah ia bisa membuat standar hidupnya sendiri, terlebih tentang standar kecantikan.
Kalau ada standar yang mengatakan kalau perempuan harus putih, Mika malah dengan penuh cinta merawat wajahnya yang agak brown dengan penuh kelembutan.
Kalau ada standar yang mengatakan kalau perempuan itu harus punya rambut lurus, Mika malah merasa bangga dengan rambut curly karena bisa tampil beda.
Kalau ada standar yang mengatakan kalau perempuan itu harus langsing, Mika setiap hari mengonsumsi makanan bergizi dan olahraga dua kali seminggu. Ia memilih untuk sehat ketimbang langsing.
KAMU SEDANG MEMBACA
A DREAM OF WOMEN
Teen FictionMereka bukanlah perempuan yang terlahir dari keluarga kaya. Mereka bukanlah perempuan yang terlahir dari keluarga yang terpandang. Tapi mereka terlahir dari keluarga sederhana yang penuh kasih, cinta, harmonis, dan percaya bahwa mimpi itu akan terwu...