Kadang orang lain menganggap mimpi kita sebagai debu, tapi mereka tidak pernah tahu dengan bermimpi kita sudah menjadi manusia yang punya tujuan.
---
Hari ini adalah hari yang paling menyenangkan dan sekaligus membanggakan untuk keluarga Pak Tono. Memang benar, mimpi itu akan bisa menjadi kenyataan kalau kita mau berproses.
Gea akhirnya bisa menjadi orang yang punya bisnis setelah banyak cara yang ia lakukan. Gea punya beberapa kenalan yang membuatnya mudah untuk meminta opini dari mereka dan kebetulan juga teman-temannya punya pengalaman dalam berbisnis dan syukurnya mereka mau memberi modal untuk bisnis Gea.
Dulu mungkin Gea seringkali dianggap sebagai perempuan yang tidak laku tapi ternyata ia bisa merintis bisnisnya tanpa teman hidup. Gea percaya mimpi itu akan benar-benar terwujud apabila kita penuh tekad untuk mewujudkannya.
Bukan hanya Gea saja, naskah Mika yang dulunya ditolak oleh penerbit akhirnya diterima dan bisa dijadikan buku. Mika merasa bisa menjalankan manusia yang berguna jika menulis dan syukurnya mimpinya untuk menerbitkan buku terwujud.
Dan terakhir adalah si bungsu, Cahya. Cahya memang bukan siswa yang paling pintar di kelas atau yang paling jago matematika, namun bukan berarti ia tidak bisa meraih mimpinya. Berkat hobi gambar gaunnya ia bisa melihat gaun yang sudah di desain dari hasil gambarnya.
Cahya sangat bersyukur dengan orang-orang yang sudah berkontribusi dalam hidupnya terlebih orang yang membantu membuat mimpinya menjadi kenyataan. Mungkin kalau Cahya tidak mengenal Riko, ia mungkin belum bisa meraih mimpinya. Ia bersyukur sudah mengenal Riko dan Mamanya.
Keluarga Pak Tono memang bukanlah keluarga yang punya banyak fasilitas mewah atau punya banyak akses untuk melakukan apa yang mereka mau, tapi bukan berarti mereka tidak bisa bermimpi.
Gea, Mika, dan Cahya bukanlah perempuan yang terlahir sempurna tapi bukan berarti mereka tidak bisa melakukan banyak hal yang mereka mau.
Dalam proses meraih mimpi mereka, Gea, Mika dan Cahya banyak menemukan kesulitan yang datangnya dari lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Mungkin kalian tidak menemukan kesulitan itu di cerita ini secara detail, namun kalau kita peka pasti kita sudah pernah rasakan. Seperti;
"Buat apa sih, kamu kejar mimpi kamu itu? Nanti kamu malah nggak punya teman hidup."
"Jadi perempuan itu nggak usah terlalu ambisius."
"Kamu itu udah berumur masa mau fokus sama mimpi terus."
"Mimpi itu jangan terlalu tinggi ya, nanti kamu nangis kalau nggak kesampaian.."
Dan masih banyak hal yang mereka temukan.
Gea, Mika, dan Cahya mau menjadi perempuan sesuai dengan apa yang mereka mau bukan apa yang orang lain mau. Mereka mau menentukan pilihannya sendiri bukan mengikuti standar yang dibuat oleh orang lain. Mereka punya pilihan masing-masing.
Namun mereka merasa bersyukur karena berada di tengah keluarga yang selalu mendukung pilihan yang mereka pilih. Mereka merasa punya keluarga yang selalu mendukung apa yang menurut mereka baik adalah suatu privilege.
Gea, Mika, dan Cahya percaya punya keluarga yang selalu mendukung juga memberi pengaruh pada mimpi yang diraih. Mereka juga percaya pendidikan dalam keluarga itu benar-benar memberikan dampak baik terhadap anak. Pendidikan yang paling utama adalah pendidikan dalam keluarga karena itu Pak Tono dan Bu Tuti sebisa mungkin untuk memberikan pendidikan pada putri-putri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
A DREAM OF WOMEN
Teen FictionMereka bukanlah perempuan yang terlahir dari keluarga kaya. Mereka bukanlah perempuan yang terlahir dari keluarga yang terpandang. Tapi mereka terlahir dari keluarga sederhana yang penuh kasih, cinta, harmonis, dan percaya bahwa mimpi itu akan terwu...