Kadang lewat pelukan, kita akan merasa tetap baik-baik saja.
____
Mergreci Jelia
---
Hari ini Gea menemui temannya. Ia ingin berngobrol dengannya perihal mimpi yang ingin Gea kejar. Dan disinilah Gea dan teman-temannya yang bernama Riska, disebuah taman di dekat gereja. Tadi setelah Gea membacakan cerita dengan anak-anak, ia langsung menemui Riska.
"Kamu apa kabar?" Tanya Riska ramah.
"Puji Tuhan aku baik-baik saja. Kalau kamu?" Tanya Gea tak kalah ramah.
"Aku juga baik-baik saja," jawab Riska.
"Waktu aku tahu kalau kamu punya mimpi buat jadi pengusaha kopi, aku benar-benar senang. Kamu kan tahu kalau aku dulu waktu SMA juga pengen jadi pengusaha kopi, tapi orang tua aku yang mau aku jadi dokter, alhasil mimpi aku nggak tercapai," ujar Riska.
"Dan aku pengen banget kamu bisa jadi pengusaha kopi. Aku mau kamu jangan seperti aku. Tetap kejar mimpi kamu sekalipun ada orang yang nggak suka," ujar Riska tersenyum.
"Terima kasih Ris. Aku beruntung bisa kenal dengan kamu. Tapi masalahnya, aku masih binggung soal modalnya. Aku punya modal, tapi nggak terlalu banyak buat buka usaha kopi," ujar Riska.
"Aku bisa bantu kalau soal modal. Tapi kamu harus janji harus bisa kejar mimpi kamu," ujar Riska.
"Ia Ris. Terima kasih. Aku juga mau buka restauran khusus untuk minum kopi,"ujar Gea.
"Bisa ya nggak Ris?" Tanya Gea.
"Bisalah. Kata siapa nggak bisa. Kalaupun nanti mimpi kamu nggak terwujud, kamu dapat prosesnya sebagai bekal untuk kedepannya. Aku percaya semua mimpi bisa terwujud kalau kita mau berusaha," ujar Riska membuat Gea tertawa.
"Ris, kamu tahu nggak? Winda nggak suka aku punya mimpi kaya gini," ujar Gea.
"Winda siapa?" Tanya Riska penasaran.
"Winda teman kelas kita dulu. Dia yang duduk paling depan di kelas waktu SMA," ujar Gea.
"Ohh, Winda yang gila famous itu? Btw dia udah jadi psikologi. Aneh nggak ya orang yang dulu suka membully bisa jadi psikolog?" Tanya Riska.
"Kalau dia berubah dan berkomitmen untuk membantu orang lain, why not?"
"Terus dia bilang apa waktu dia tahu kamu pengen jadi pengusaha kopi?" Tanya Riska penasaran.
"Dia bilang kalau aku nggak bakalan bisa. Katanya keluarga aku nggak punya modal buat buka usaha," ujar Gea.
"Kelakuannya sama aja waktu SMA, nggak pernah berubah. Gini yang katanya psikolog? Di mana-mana psikolog itu membantu bukan buat mental kita down," ujat Riska kesal karena Winda.
"Tapi aku nggak peduli Ris. Aku nggak bisa kontrol apa yang orang lain bilang, aku cuma bisa kontrol diri aku sendiri," ujar Gea.
"Aku doakan semoga mimpi kamu bisa terwujud. Semua orang berhak menentukan mimpinya, bukan karena validasi eksternal tapi karena kemauan diri sendiri. Dan aku percaya kamu bisa," ujar Riska.
KAMU SEDANG MEMBACA
A DREAM OF WOMEN
Teen FictionMereka bukanlah perempuan yang terlahir dari keluarga kaya. Mereka bukanlah perempuan yang terlahir dari keluarga yang terpandang. Tapi mereka terlahir dari keluarga sederhana yang penuh kasih, cinta, harmonis, dan percaya bahwa mimpi itu akan terwu...