Peduli terhadap diri sendiri bukan berarti kita egois.
____
Mergreci Jelia
---
Sepulang dari rumah Riko tadi, Cahya terus tersenyum di kamarnya. Ternyata begini rasanya sudah punya pacar. Dulu, ia memang dilukai tapi sekarang ia merasa rasa cintanya lebih besar dibandingkan rasa luka yang ia rasakan dulu.
Cahya juga senang dengan Riko yang mulai terbuka dengannya. Riko tak sungkan untuk menceritakan masa lalunya pada Cahya. Itu yang membuat Cahya merasa dihargai.
Cahya juga sangat beruntung karena Mama nya Riko menyukai hubungan mereka. Ia tidak pernah menyangka endingnya akan seperti ini.
"Terima kasih Tuhan, akhirnya aku bisa jadian dengan Riko."
---
Hari ini Achi menatap malas pada Cahya. Biasanya Cahya akan malas untuk mengikuti pelajaran matematika, tapi sekarang Cahya merasa baik-baik saja. Ini bukanlah keajaiban dunia. Achi ingin tahu apa yang membuat Cahya tersenyum.
"Kenapa Lo?"
"Aku kenapa?" Cahya balik bertanya.
Achi menghela nafasnya. Ngomong dengan Cahya memang harus penuh dengan kesabaran.
"Lo kenapa senyum-senyum? Lo nggak biasanya kaya gini? Apalagi hari ini ada pelajaran matematika?" Tanya Achi.
"Achi yang baik hati dan pintar, kamu tahu kan kalau aku jadian sama orang yang pintar matematika. Aku nggak mau buat dia malu karena aku nggak bisa matematika," ujar Cahya membuat Achi terkejut mendengarnya.
"Baguslah kalau gitu. Biar otak Lo ini nggak malu-maluin kalau les matematika," ujar Achi.
"Kamu nggak puji aku karena aku mau belajar matematika?" Tanya Cahya.
"Nggak. Buat apa? Lagian Lo juga bakal nggak tahan belajar matematika"
Cahya menghela nafas. Ia menatap kesal ke arah Achi. Mulut pedas Achi memang tak ada tandingannya.
"Chi,"panggil Cahya.
Achi menatap curiga ke arah Cahya.
"Apa?"
"Aku bisa bantu kamu cari pacar."
Plak
Achi memukul bahu Cahya dengan buku. Membuat Cahya kaget.
"Gue nggak mau. Punya teman kaya Lo aja udah buat gue kesal, apalagi nanti gue udah punya pacar," ujar Achi.
"Gue nggak mau kalau nanti gue pacar, waktu gue sama Lo itu berkurang. Punya Lo aja udah buat gue merasa cukup,"ujar Achi membuat Cahya terdiam.
"Kalau Lo bahagia, gue juga bahagia meskipun otak Lo nggak bisa matematika gue tetap mau temanan sama Lo," ujar Achi.
"Gue nggak butuh orang lain atau orang spesial di hidup gue karena gue punya temen yang baik hati kaya Lo," ujar Achi membuat Cahya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
A DREAM OF WOMEN
Novela JuvenilMereka bukanlah perempuan yang terlahir dari keluarga kaya. Mereka bukanlah perempuan yang terlahir dari keluarga yang terpandang. Tapi mereka terlahir dari keluarga sederhana yang penuh kasih, cinta, harmonis, dan percaya bahwa mimpi itu akan terwu...