20. Cahya dan Gambarnya

0 0 0
                                    

Percaya atau tidak, hanya hati yang paling tahu urusan percintaan bukan logika.

______
Mergreci Jelia

---

Sedari awal Cahya sudah tahu kalau perihal mencintai seseorang pasti menyakitkan. Sedari awal juga Cahya sudah membayangkan betapa sakitnya ditolak. Semua itu ia pikirkan agar ia bisa mengantisipasi hal tersebut sebelum apa yang ia pikirkan benar-benar terjadi.

Namun sekarang Cahya merasa lebih sakit saat melihat orang yang ia suka berusaha mendekatinya dan berusaha untuk mulai mencintainya. Cahya tidak bermaksud untuk tidak menyukainya, hanya saja ia takut kalau rasa sakitnya dulu terulang lagi padanya.

Cahya sempat berpikir kenapa cinta itu datang terlambat? Kenapa disaat ia mulai melupakan ia malah merasa dicintai?

Sudahlah.
Cahya tak mau ambil pusing. Kalau memang cinta itu benar-benar ada, pasti cinta itu akan mempersatukan bukan mempersulit.

Cahya lalu menggambar gaun. Ia menggambarkan gaunnya di dekat taman sekolah dengan alasan ia butuh pikiran jernih untuk menggambar saat ini.

"Apa mimpiku terlalu tinggi?" Gumam Cahya. Jujur ia ragu apakah nanti gaun yang ia gambar bisa dijadikan gaun sungguhan.

Cahya lalu fokus menggambar dan ia mulai memberi warna pada gaunnya itu. Gaun warna biru muda. Sungguh indah.

"Cahya," panggil seseorang. Cahya terdiam. Ia berusaha untuk biasa-biasa saja meskipun sulit.

Cahya menoleh dan orang itu tak lain adalah Riko, sang pangeran. Cahya lalu tersenyum.

"Gue cariin Lo di kelas tadi," ujar Riko lalu duduk di sebelah Cahya.

"Terus temen Lo bilang kalau Lo sama pacar Lo? Itu bener? Lo udah punya pacar?"

Cahya tertawa. Bisa-bisanya Achi menipu Riko.

"Enggak ada. Aku lagi gambar," ujar Cahya membuat Riko tersenyum lega.

"Coba gue liat gambar Lo," ujar Riko.

"Aku ragu sama mimpiku. Bisa nggak ya gaun aku  jadi gaun beneran?"

"Ya pasti bisa. Gaun Lo keren banget dan gue merasa Lo itu berbakat," ujar Riko membuat Cahya tersenyum.

"Terima kasih Iko," ujar Cahya.

Riko lalu terdiam. Lalu perlahan ia mengambil tangan milik Cahya lalu menggenggamnya. Cahya benar-benar kaget dan shock.

"Ca," panggil Riko lembut.

"Iya?"

"Dari awal saat Lo ganggu hidup gue, gue merasa hidup gue berwarna. Dan disaat Lo pergi karena omongan gue, gue merasa sepi. Gue merasa ada yang hilang," ujar Riko.

Riko lalu menatap Cahya membuat Cahya mau tak mau menatapnya balik.

"Ca, kamu mau jadi pacarku?" Tanya Riko membuat Cahya benar-benar kaget.

Cahya terdiam. Ia benar-benar binggung harus merespon seperti apa.

"Aku harap jawabannya sekarang ya," ujar Riko.

A DREAM OF WOMEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang