Jika hidup biasa-biasa saja bisa memberikan rasa bahagia, kenapa kita harus berlomba untuk menjadi yang sempurna padahal kita tahu kita tidak sempurna._____
Mergreci Jelia
---
Di dunia ini akan kita temui orang-orang yang sangat ambisius. Orang-orang yang selalu sibuk dengan urusannya masing-masing.
Kita seolah merasa tak berdaya. Seolah kita adalah mahkluk yang tidak berguna hanya karena kita melihat orang yang lebih ambisius dari kita.
Kenapa kita harus merasa rendah diri hanya karena kita melihat orang-orang di sekitar kita ambisius?
Orang-orang yang ambisius itu tidak ada salahnya. Toh, ambisius itu tidak bertentangan dengan tradisi.Yang selama ini salah adalah diri kita sendiri. Kita selalu menyalahkan orang lain saat kita melihat orang-orang sangat berambisi.
"Pasti dia nggak punya waktu buat keluarganya karena terlalu berambisi."
"Dia terlalu berambisi sampai-sampai dia tidak ada teman hidup."
Seandainya kita tahu kalau kita punya hidup masing-masing. Kenapa kita harus mengurusi urusan orang lain padahal kita punya urusan sendiri? Kenapa kita harus merasa tidak nyaman hanya karena orang-orang berambisi padahal kita punya mimpi yang juga harus digapai.
Kalaupun orang-orang yang berambisi itu tidak punya waktu untuk keluarganya sendiri, dia sendiri yang akan tahu apa yang terjadi. Apa hak kita sampai kita harus mengatur hidupnya dengan keluarganya?
Kalaupun nanti dia tidak punya teman hidup, kenapa kita yang harus repot. Kalau dia merasa nyaman dengan dirinya sendiri, bagaimana? Toh, dia yang akan merasakan dikemudian hari bukan kita.
Jangan pernah mematahkan semangat orang untuk berambisi saat mereka berani untuk melangkah ke depan.
Biarkanlah mereka dengan urusannya masing-masing. Kita dengan urusan kita masing-masing.
---
Hari ini sekolah Cahya sedang libur karena katanya guru-gurunya sedang rapat. Gea juga hari ini libur. Dia tidak pergi ke kebun kopi dan pergi menemui anak-anak untuk bercerita. Ia ingin memberi waktu untuk dirinya sendiri dan keluarganya.
Sedangkan Mika, Bu Tuti, dan Pak Tono tetap melanjutkan aktivitas mereka masing-masing. Mika yang ingin menyelesaikan naskahnya, Bu Tuti yang ingin membuat anak-anak tumbuh pintar demi memajukan Indonesia. Percayalah, saat seorang murid tumbuh menjadi pribadi yang pintar dan bermanfaat bagi orang lain, rasa bangga dan bahagia ada dalam diri seseorang guru. Percayalah guru akan merasa berhasil jika murid-muridnya menggapai apa yang mereka harapkan dan berguna bagi orang lain.
Sedangkan Pak Tono pergi ke sawah seperti biasanya.
"Kak," panggil Cahya.
"Apa?"
"Enak ya jadinya orang kaya. Bisa punya akses ke sana-sini," ujar Cahya mencurahkan isi hatinya.
"Pasti orang kaya selalu bahagia ya Kak. Punya itu, punya ini. Semuanya lengkap," tambahnya.
"Ca, hidup itu bukan tentang kamu punya banyak hal. Punya fasilitas mewah," ujar Gea.
"Tapi hidup itu kaya gitu Kak. Semua orang bilang kita harus realitas kalau kita sebagai manusia butuh materi atau uang," ujar Cahya.
Gea tersenyum.
"Kalau gitu mana yang lebih realistis? Kita yang selalu bilang kalau kita nggak bisa hidup tanpa hal-hal materi atau uang yang kamu sebut tadi atau yang lebih realistis menurut aku adalah saat kamu sadar kalau hal-hal duniawi nggak akan dibawa di dunia akhirat," ujar Gea membuat Cahya terdiam.
"Manusia itu terlalu gila dengan logikanya. Padahal kita itu juga punya hati. Coba bayangkan kalau Pencipta kita pake logika menghadapi kita yang berbuat kesalahan, apa Dia akan mengampuni kita? Kalau Tuhan pake logika, mungkin Tuhan nggak mau mengampuni kita karena kita yang nggak mau bertobat."
"Tuhan itu pake hati melayani kita. Tuhan tetap mau berteman dengan kita meskipun kita sudah berbuat kesalahan, karena apa? Tuhan itu pake hati," tambah Gea.
"Bener juga kak," ujar Cahya.
"Emang Kakak nggak mau hidup kaya orang lain. Misalnya jadi orang kaya gitu?" Tanya Cahya membuat Gea tertawa.
"Buat apa Ca? Buat dapat validasi eksternal?" Ujar Gea.
"Kita nggak perlu jadi orang lain hanya karena kita pengen diakui. Aku merasa baik-baik saja kalau eksistensiku tidak diakui oleh orang lain selama aku masih punya diri sendiri," ujar Gea.
"Aku merasa baik-baik saja kalau hidup sebagai manusia yang biasa-biasa saja diantara manusia-manusia yang luar biasa. Kenapa harus merasa rendah diri padahal diri sendiri bisa buat aku bahagia," ujar Gea.
"Emang zaman sekarang masih ada orang yang mau hidup biasa-biasa aja ya Kak? Padahal kan zaman sekarang tuh banyak sekali orang-orang yang pengen dianggap berhasil, pengen dipuji, pengen diakui kalau dia orang hebat?"
"Itu tergantung tujuan hidup Ca. Mungkin tujuan hidup mereka memang seperti itu," ujar Gea.
"Tapi kalau menurut aku, jangan nunggu validasi dari orang lain baru kita bahagia. Kenapa kita harus kita gila validasi dari orang lain padahal divalidasi oleh diri sendiri itu yang lebih penting menurut aku," ujar Gea.
"Kakak bisa hidup kaya gitu? Maksudnya hidup biasa-biasa saja ditengah orang-orang hebat," ujar Cahya.
"Puji Tuhan bisa Ca. Aku merasa bahagia dengan hidup biasa-biasa saja karena tujuan hidup aku itu kebahagiaan. Aku nggak mau buat hati kecilku merasa nggak nyaman cuma karena aku pengen diakui," ujar Gea.
"Pengen jadi Kakak deh," ujar Cahya membuat Gea tersenyum.
"Bisa Ca, tapi kamu harus yakin sama diri kamu sendiri. Jangan ikut orang lain. Hidup biasa-biasa saja bukan berarti nanti kamu nggak punya masalah, tapi kamu merasa percaya kalau semuanya sudah diatur dan kamu menerima hal itu," ujar Gea.
"Hidup biasa-biasa saja itu menurut aku itu adalah saat kamu tahu, mengakui, dan menerima kalau kamu punya keterbatasan. Meskipun orang lain memandang kita sebagai orang yang paling bisa melakukan semua hal, tapi tidak semua hal bisa kita lakukan. Karena itu, aku nggak terlalu bilang kayak kok dia bisa sih? Kok dia punya keahlian ini sih? Karena sedari awal aku sudah tahu kalau dia memang kaya gitu. Dia punya keahlian seperti itu karena mungkin dia merasa itu keahliannya."
"Aku juga merasa bahagia karena dia punya keahlian seperti itu dan aku punya keahlian lain," ujar Gea.
"Semua orang selalu bilang kaya kamu harus bisa kaya dia. Kamu harus bisa berhasil kaya dia. Tapi mereka lupa kalau mungkin dia memang diciptakan seperti itu. Kita nggak bisa jadi orang lain hanya karena ingin dipuji," ujar Gea.
"Tapi kita masih bisa mencoba banyak hal kan Kak?"
"Masih. Karena dengan mencoba banyak hal kita jadi tahu hal apa yang kita sukai dan nggak kita sukai. Dan dikemudian hari, kita akan mengambil hal yang menurut kita sesuai dengan kita dan membuang hal yang nggak sesuai dengan kita."
"Jangan malu untuk hidup biasa-biasa saja kalau dengan hidup biasa-biasa saja bisa membuat kamu menciptakan kebahagiaan."
Terima kasih|08/08/2022
KAMU SEDANG MEMBACA
A DREAM OF WOMEN
Teen FictionMereka bukanlah perempuan yang terlahir dari keluarga kaya. Mereka bukanlah perempuan yang terlahir dari keluarga yang terpandang. Tapi mereka terlahir dari keluarga sederhana yang penuh kasih, cinta, harmonis, dan percaya bahwa mimpi itu akan terwu...