Sebuah dunia tanpa raja maupun kepala negara. Sebuah dunia di mana masyarakat bisa memerintah dirinya sendiri tanpa terpaksa. Anarki, tak butuh pemimpin. Hanya norma, hanya kesadaran atas manusia di atasnya. Mimpi dari Sang Penakluk Dunia kini telah padam, seiring dengan nafasnya yang semakin terengah-engah.
The Preacher menatap lagi kepadaku setelah berbicara dengan langit tak terbatas. Bertanya, serta menunggu jawaban atas lalunya awan yang menutupi dia.
"Lalu, apa bedanya kita berdua wahai tentara bayaran?"
"Aku tidak tahu" jawabku singkat, memberi jawaban atas cerita panjangnya atas dunia. Pengalamannya yang kelam serta alasan dibalik semuanya.
Apa yang aku lakukan jika berada di posisi dia? Melakukan hal yang sama? Melakukan balasan dan menaklukkan dunia? Sebuah pertanyaan dengan lantang berdiri di atas kepalaku.
"Suatu saat kau akan mengerti, dan menyelami dalamnya dunia. Aku kini telah gagal, semua telah berakhir hari ini. Tak ada lagi harapan untukku".
The Preacher semakin tak kuasa menahan rasa. Dia terbatuk kencang, tubuhnya tak lagi mampu menahan semua.
"Siapa namamu wahai Tentara Bayaran?" tanya The Preacher, kuat, menatap langsung pada mataku.
"Arslan, hanya Arslan".
Mendengar itu ia tersenyum, memandang serta memberi cahaya harapan terakhirnya kepadaku. Tangan kanannya memanjang, mengulur pelan serta kini sampai di pundakku. Aku tak membalas apa-apa. Hanya diam melihatnya, membiarkan ia melakukan semua. Tak lama, tubuh yang sangat lemah itu berkata lagi kepadaku.
"Jangan sia-siakan orang di sekitarmu Arslan. Suatu saat kau akan paham makna akan dunia. Namun, keberadaan dia, mungkin akan mengubah pandanganmu atasnya. Jangan pernah sia-siakan apa yang kau punya".
The Preacher tersenyum lepas, matanya kini kembali menatap langit, menggapai matahari untuk terakhir kalinya. Tak lama, tangannya jatuh menimpa dada. Deru nafas tak lagi terdengar di dalam dirinya. Air mata kehidupan sudah tidak lagi menetes dari lensanya.
Dia meninggal, dengan pandangan berat yang tertinggal di kepalanya. Matanya menatap lurus, kosong, mengikuti matahari yang bersinar. Felix Aarav, itu namanya. Terekam dan takkan pernah terlupakan dari dunia.
Alz kini sudah sadar, ia berteriak dan memanggil namaku. Semua pertempuran telah usai, seluruh Mythical Beast telah terbunuh, pasukan musuh juga musnah serta berlarian ke mana-mana. Alz menatapku dengan khawatir, ia melihat perbanku, serta mengucapkan mantra berkali-kali. Mantra penyembuh, sebuah sihir yang dapat memulihkan seseorang.
Menjerit, memohon padaku untuk tidak mati, ia memegang kancing atasku, menarik-nariknya. Meremas, serta terus memukul dadaku dengan pelan. Sakit, apa yang dia lakukan. Aku belum ingin mati, dan tidak akan mati juga.
Dengan pelan, aku mengulurkan tangan ke kepala Alz. Menggoyang-goyangkan kepalanya sambil tersenyum. Disaat yang bersamaan, Alz berhenti, terdiam, serta kembali menangis lagi melihatku yang bisa bergerak. Aku kemudian terduduk, mengabaikan Alz yang bereaksi seperti itu. Menatapnya, serta mengambil tombak yang ada di sampingnya.
Tombak itu aku benamkan ke tanah, kemudian aku ikat dengan perisai kecil yang ada di dekatnya. Menggunakan tombak yang diikat. Aku mulai membuka tanah. Menggalinya, serta membuat lubang berbentuk persegi panjang di dalamnya.
Aku mulai berjalan pelan, membungkus tubuh the Preacher dengan jubahnya. Membawanya ke bawah serta membaringkannya perlahan. Tak lama aku kemudian naik dari liang. Menutup tanah, menimbun semua tubuhnya. Berkeliling, mencari batu besar di sekitar. Meninggalkan Alz yang hanya terdiam melihatku ke sana kemari.
![](https://img.wattpad.com/cover/344668579-288-k604382.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rattleheart
Pertualangan(Cerita Update setiap 3-10 hari sekali) Arslan adalah seorang tentara bayaran yang mencari arti dari dunia. Baginya dunia tak lagi sama semenjak dia terpaksa menjadi tentara bayaran. Peperangan, rasa sakit, hubungan antara manusia. Apa sebenarnya it...