Bonus Part 2

5.5K 425 10
                                    

•Bonus Sugar Baby•

Jaemin dan Mark tau, jadi orang tua itu gak gampang. Apalagi diusia muda seperti mereka. Yang saat teman-teman mereka baru membina rumah tangga, Mark dan Jaemin malah sudah ngurus anak.

Seperti pagi ini, Jisung rewel. Bocah yang baru berusia 9 tahun itu mengeluh tidak ingin berangkat sekolah. Bukan malas karena Jisung itu ngikut Mark sekali. Pinter, rajin sekolah juga. Pokoknya mentingin pendidikan banget.

Tapi, hari ini, tumben sekali anak itu ingin izin tidak sekolah. Setidaknya hanya hari ini. Jisung entah kenapa ingin terus di rumah saja.

"Kenapa Jisung gak mau sekolah?" tanya Mark yang memang 'lebih perhatian' ke anak-anaknya. Jaemin perhatian, tapi caranya beda.

Seperti yang Jaemin lakukan pada Jiyun juga Jaemin lakukan ke Jisung. Intinya, Jaemin memperhatikan keduanya dengan uang. Ya, tetap. Jaemin tetap memanjakan mereka dengan uang yang berlimpah.

"Ayah, Jisung mau sekolah kok. Tapi, hari ini aja, Jisung mau izin. Hari ini aja, Jisung janji besok sekolah lagi."

Sebenarnya Mark dan Jaemin juga bingung kenapa Jisung seperti itu. Anak laki-laki mereka bangun seperti biasanya, pukul 5 lebih 15 menit. Tapi, bukannya bersiap sekolah, dia malah merusuh bersama sang Papa.

"Nanti Jisung ketinggalan pelajaran bagaimana?"

"Enggak, Ayah. Hari ini hari rabu, terus guru juga katanya mau ada rapat. Jadi, pasti pulang cepet."

"Alasan kamu, ya?" Nah ini Papa.

"Enggak, Papa, ibu guru yang bilang. Jisung enggak bohong."

"Kamu kalau boh—"

Suara pecahan dan samar isak tangis terdengar. Jaemin dan Mark saling menatap, mereka segera pergi ke kamar si sulung. Jisung mau tidak mau mengikuti orang tuanya, ikut mengecek keadaan sang kakak.

Dan saat pintu dibuka kasar oleh Mark, bisa mendengar jelas suara tangisan dan rintihan Jiyun. Bocah 14 tahun itu menangis dengan isakan keras, memeluk perutnya sendiri.

Jaemin dan Mark langsung mendekat, mengecek keadaan putri mereka yang terlihat sekali kesakitannya.

"Jiyun, kamu kenapa?"

"Huee Papa!" Jiyun memekik, dia bergerak acak di atas tempat tidurnya. Mencengkram piyama yang masih dia kenakan, "Perut Jiyun sakit hiks! Sakit sekali hue!"

Jaemin tidak bisa untuk tidak khawatir. "Kamu gak keracunan, 'kan?" tanyanya begitu khawatir, apalagi melihat wajah dan bibir sang anak juga sangat pucat, terlihat sangat lesu dan kesakitan.

"Enggak tau. Sakit banget hiks! Ayah tolongin Jiyun hiks! Perut Jiyun sakit."

Mark menarik tubuh putrinya untuk bersandar di tubuhnya. Dan teriakan Jaemin terdengar.

"Apa? Kenapa? Kenapa kamu teriak?" Mark jadi ikutan khawatir sekarang. Padahal sejak tadi, dia mencoba untuk tenang.

Dengan tangan bergetar, Jaemin menunjuk ke tempat tidur Jiyun. "Da-darah. Jiyun... Jiyun gak kenapa-napa, 'kan? Ayo ke rumah sakit, Mark! Jiyun pendarahan!"

Pekikan sakit Jiyun kembali terdengar saat rasa nyeri di perutnya kembali terasa. Dia mencengkram baju yang Mark kenakan, tangisnya kembali histeris.

"Ayo, Mark, pergi ke rumah sakit sekarang! Kamu kenapa diem gitu aja, sih?! Kamu gak khawatir Jiyun kenapa-napa? Dia pendarahan, Mark!" pekik Jaemim histeris.

Jisung hanya menonton dari ambang pintu. Tau keadaan, dia hanya diam saja. Walaupun sekarang, dia begitu khawatir dengan sang kakak.

"Mark—"

SUGAR BABY » MARKMIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang