Pagi-pagi sekali rumah yang dihuni satu keluarga dengan 9 orang didalamnya menciptakan keributan yang luar biasa ribut dari biasanya.
Mereka semua sibuk dengan Iyo dan Jendra yang akan pergi. Iyo yang akan kembali ke asrama dan Jendra yang akan pendidikan.
Barang yang dibawa mereka berdua sudah seperti ingin minggat dari rumah. Semua karena suruhan bunda dan mereka tak bisa menolak permintaan bunda.
"SEMUANYA AYO MAKAN" Teriak bunda dari dapur dengan membawa air munim untuk mereka semua.
Semua makanan sudah tersaji dimeja makan. Mereka yang mendengar teriakan bunda segera berlari menuju meja makan untuk makan bersama.
Tak ada istilah duduk dengan tenang di meja makan untuk mereka semua. Mau dimana pun mereka pasti akan ribut.
"Abang, itu ayam nya punya Jidan" ujar si bungsu dengan kesal karena melihat ayam incarannya telah diambil oleh Hilmi.
Hilmi dengan cepat menggigit ayam yang diambilnya lalu diberikan kepada Jidan "nih ayam kamu" dengan meletakkan ayam tersebut ke atas piring Jidan.
"ABANG JOROKKK" teriak Jidan dengan kesal.
"Adek kenapa sih teriak teriak?" Tanya bunda yang baru saja bergabung bersama yang lain.
Jidan menunjuk Hilmi "bang Hilmi tuh bun, masa ayam Jidan di ambil terus abang kasih ke Jidan pas ayam nya udah digigit sama dia" adu Jidan dengan kesal.
Bunda melihat Hilmi dengan tatapan garang nya "abang kenapa gitu sama adek nya?" Tanya bunda dengan garang.
Hilmi yang mendengar perkataan bunda tersenyum tak jelas "kan itu engga ada nama adek bun, jadi itu engga ada pemiliknya dong" jelas Hilmi.
"Bener juga tuh bun yang abang bilang" ujar Carel yang menyaksikan awal mula perdebatan antara Jidan dan Hilmi dimulai.
"Tapi kan abang tau kalau Jidan sukanya ayam yang itu" Jidan berkata dengan muka yang sudah kusut sekali.
"Kan abang juga pengen ngerasa ayam yang itu dek" ujar Hilmi dengan wajah yang dibuat semelas mungkin.
"Udah lah dek yang lain kan masih ada" lerai Rendi yang baru saja duduk.
Jidan mengangguk pasrah. Ia tak berani untuk melawan atau membalas perkataan dari abangnya yang satu itu. Ia terlalu sungkan, lebih tepat nya takut.
Akhirnya Hilmi kembali mengambil ayam yang berada di piring Jidan, dan Jidan mengambil ayam yang masih berada didalam piring ayam.
"Nah gini kan enak dilihat" ujar ayah yang sedari tadi hanya menyaksikan perdebatan anak-anaknya dengan ditemani secangkir kopi.
Sekarang hanya tinggal Iyo dan Jendra yang belum berada di meja makan. Semua nya menunggu dengan mengambil makanan terlebih dahulu lalu akan makan bersama jika kedua nya datang.
"Ini bang Iyo sama bang Jendra kemana sih? Kok lama banget" ujar Jovan yang sedari tadi menempelkan kepala nya ke meja.
Sebenarnya ia masih mengantuk, tapi bunda menyuruhnya untuk bangun dan bersiap-siap untuk mengantar kedua abang nya itu.
Oh iya, Carel dan Jidan hari ini izin sekolah karena mereka ingin mengantar Iyo kembali ke asrama dan Jendra pergi pendidikan.
Untuk Hilmi kebetulan tidak ada mata kuliah pagi dan Jovan tidak ada mata kuliah jadi mereka ikut untuk mengantar kedua abangnya itu.
Sedangkan Rendi, ia sama seperti Carel dan Jidan. Meminta izin kepada atasannya untuk tidak masuk hari ini dengan alasan ingin mengantar abang serta adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIM SALABIM
FanfictionKata orang sih memiliki banyak saudara itu menyenangkan, tapi apakah itu benar? Maka dengan tegas Hilmi akan menjawab "benar" tanpa bantahan. "Punya banyak saudara emang seru tapi banyak juga bikin kesel nya, pokoknya kalau banyak saudara kita haru...