12. pergi

671 79 7
                                    

Pagi ini Hilmi bangun masih dengan memeluk bunda. Sedangkan bunda sudah bangun sedari tadi tanpa melepaskan pelukan Hilmi.

Hilmi mendongak untuk menatap bunda yang sedang tersenyum lembut kearahnya "selamat pagi bunda" ujar Hilmi dengan membalas senyuman bunda.

"Pagi juga sayang" balas bunda lalu mengecup pucuk kepala Hilmi dengan sayang "masih pusing?" Tanya bunda dengan lembut. 

Hilmi mengangguk "masih" jawabnya dengan lesu.

"Nanti siang kita ke rumah sakit ya berobat" bujuk bunda.

Bunda begitu hawatir dengan Hilmi mengenai demam dan pusing yang tak kunjung mereda. Sedari kemarin bunda berusaha membujuk Hilmi agar mau ke rumah sakit tetapi anak itu tetap saja kekeh tidak mau pergi ke rumah sakit.

Hilmi itu sedari kecil sangat sangat pencicilan tetapi sangat sangat juga mudah terserang berbagai macam penyakit.

Sedari Hilmi kecil ayah dan bunda selalu menjaganya dengan begitu telaten.

Hilmi yang mendengar bunda mulai membujuknya untuk pergi ke rumah sakit pun menampilkan wajah masamnya "Hilmi engga mau bun" ujar Hilmi yang teredam karena Hilmi yang menenggelamkan wajahnya di leher sang bunda.

Bunda mengelus kepala Hilmi "biar cepat sembuh, emangnya abang mau sakit terus?" Ujar bunda.

Lagi lagi Hilmi menggeleng "Hilmi mau sembuh" jawabannya dengan pelan.

"Nah kalau mau sembuh kita ke rumah sakit buat berobat, biar nanti di kasih obat dan abang jadi sembuh" beritahu bunda lalu melonggarkan pelukannya.

"Hilmi engga mau bundaa" rengek Hilmi.

Bunda menghela nafas panjang "yaudah terserah kamu lah" kesal bunda.

"Aaa bundaaa" kali ini Hilmi merengek dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Apa?" Tanya bunda dengan ketus.

Tak lama pintu di buka dari luar dan masuklah ayah dengan tangan yang membawa nampan berisi mangkuk bubur beserta buburnya dan segelas air untuk Hilmi.

Ayah menyimpan nampan tersebut di meja sebelah ranjang Hilmi lalu mengelus kepala Hilmi "ada apa nih?" Tanya ayah sekedar basa basi.

Dengan cepat bunda menjawab "Abang engga mau dibawa ke rumah sakit nih yah" adu bunda.

Hilmi yang mendengar bahwa bunda mengadu pun mencebik "bunda nda asik, masa bunda ngadu ke ayah" kesal Hilmi lalu melepaskan pelukannya dengan bunda dan menarik selimut hingga menutupi kepalanya.

Ayah dengan segera menarik turun selimut Hilmi agar tidak pengap dan menampilkan wajah Hilmi yang hendak menangis.

Ayah segera mengelus kepala Hilmi dengan lembut "kenapa engga mau ke rumah sakit?" Tanya ayah dengan lembut.

Hilmi menggelengkan kepalanya "nanti Hilmi di suruh nginap disana" jawaban Hilmi sontak membuat ayah dan bunda saling tatap satu sama lain.

Bunda menggelengkan kepalanya "mana ada kaya gitu, kalau penyakitnya berat baru disuruh nginap tapi kalau penyakitnya engga berat ya engga nginap lah. Kamu nih ad ada aja pikirannya" ujar bunda lalu mencubit pelan hidung Hilmi.

Hilmi mengusap hidungnya yang dicubit bunda tadi dan menatap bunda "beneran kan engga disuruh nginap?" Tanya Hilmi yang kurang yakin dengan apa yang bunda katakan.

Bunda mengangguk "iya lah, kalau penyakit kamu engga berat ya engga nginap" ujar bunda dengan lugas.

Kali ini Hilmi menatap ayahnya "ayahhh" rengek Hilmi.

BIM SALABIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang