11. sakit

892 77 9
                                    

Pagi ini rumah yang dihuni oleh sembilan orang itu sudah ribut dengan pertengkaran yang tak berfaedah.

Bagaimana bisa berfaedah jika yang di pertengkaran mereka adalah masalah Acap Icip yang harus mandi atau tidak.

Sedangkan Acap dan Icip sedang asik bermain mainan mereka yang dibeli oleh Hilmi dan Jopan kemarin.

"Lo aja deh yang mandiin mereka" tawar Hilmi.

Rendi bangkit dari jongkok nya dan bercekak pinggang "enak banget lo nyuruh nyuruh abang, engga sopan tau nyuruh yang lebih tua" ujar Rendi dengan kesal.

Hilmi menggelengkan kepalanya "kok lo tega banget sih nyuruh gue yang mandiin mereka berdua. Ntar kalau gue dicakar sama mereka berdua gimana?" Tanya Hilmi dengan dramatis.

Rendi memukul kepala Hilmi pelan "halah lebay banget sih" ujar nya "sana mandiin mereka gue liatin dari sini" Rendi mendorong Hilmi hingga anak itu duduk di ubin yang kering.

Hilmi mendongak "lo tega sama gue?" Tanya Hilmi.

Rendi mengangguk "yang melihara kucing siapa?" Tanya Rendi.

Hilmi menunjuk dirinya sendiri "gue" ujar nya dengan polos.

"Ya berarti lo lah lah ngerjain semua yang berkaitan dengan Acap Icip" ujar Rendi.

"Ah jahat lo" kesal Hilmi.

Lalu Hilmi memutar keran air dan menampungnya menggunakan baskom yang lumayan besar untuk mandi nya Acap Icip yang masih kecil.

"Hati hati mandiin mereka" peringatan dari Rendi ketika melihat Hilmi yang sudah mulai mengambil Acap.

Hilmi mengangguk "iya gue tau" balasnya dengan kesal.

"Bagus kalau tau" Rendi bersandar di pintu dan menyilangkan kedua tangannya di dada.

Hilmi mulai menyabuni Acap dengan tenang tanpa ada penolakan dari Acap "kok lo tenang sih Cap waktu dimandiin?" Tanya Hilmi bingung.

Setaunya kan kucing itu sangat anti dengan yang namanya mandi, lah ini Acap begitu tenang ketika di mandikan oleh dirinya.

"Berarti bagus kalau dia engga takut sama yang namanya mandi" ujar Rendi.

Hilmi memandikan Acap dengan begitu telaten. Ia menyabuni Acap dari kepala hingga badan lalu ke kaki.

Sedangkan Acap yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Hilmi pun memejamkan matanya menikmati sentuhan yang di berikan Hilmi.

"Nih kucing kaya nya suka deh sama sentuhan orang ganteng kaya gue" ujar Hilmi dengan bangga.

"Pede banget lo" Rendi berkata dengan tangan yang menarik rambut Hilmi.

"Kok jadi lo sih yang sewot?" Ujar Hilmi "iri ya lo" lanjut Hilmi lalu melirik Rendi sekilas.

Rendi memasukkan sebelah tangan nya kedalam saku celana "engga guna banget kalau gue iri sama orang modelan kaya lo" ujar Rendi dengan ketus.

"Halah bilang aja iri" ledek Hilmi sembari mengeringkan Acap.

Rendi merotasikan bola matanya malas ketika mendengar perkataan Hilmi "suka suka lo aja lah, capek gue ngeladenin lo" kesal Rendi.

Hilmi tertawa dengan keras mendengar nada kesal dari abangnya itu "HAHAHA gue cuman bercanda kali" ujar nya lalu memberikan Acap yang sudah bersih dan cantik itu.

Rendi menerima nya dengan senang hati, lalu rendi duduk di ubin yang kering dengan memangku Acap dan mengelus kepalanya.

Hilmi berjalan untuk mengambil Icip yang sedang bermain "nah sekarang giliran lo nih Cip yang mandi" ujar Rendi.

BIM SALABIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang