10. rumah sakit

803 55 2
                                    

Hilmi dan Jopan sudah berada di rumahnya dengan menenteng kantong yang lumayan besar ukurannya.

Karel yang sedang bersantai di depan pun menghampiri Hilmi dan Jopan "itu apaan bang?" Tanyanya dengan tangan menunjuk kantong yang berada di tangan Jopan.

"Lo mau tau ini apa?" Tanya Jopan dengan mengangkat kantong yang dipegang nya.

Karel menganggukkan kepalanya "ya mau lah, kalau engga mau tau ngapain gue nanya sama lo" ujar Karel dengan kesal.

Hilmi yang sedari tadi mendengarkan kedua adek nya berbicara pun tertawa "itu makhluk lucu tau" jawab Hilmi yang sedari tadi mendengar.

Karel mengerutkan keningnya bingung "makhluk lucu? Didalam kantong? Maksudnya gimana?" Tanya Karel dengan beruntun.

"Lo kalau nanya satu satu lah goblok" ujar Hilmi dengan tangan mendorong pelan kening Karel.

Karel yang diperlakukan seperti itu merasa tak terima dan memukul pelan tangan abangnya itu "tinggal jawab juga, apa susah nya sih" ujar Karel dengan kesal.

"Udah deh diem" lerai Jopan yang sudah mulai jengah dengan kedua saudaranya "nih dijaga baik baik" lalu memberikan kantong yang berada di tangannya ke Karel.

Dengan senang hati Karel menerimanya. Karel mengintip sedikit kantong yang diberikan oleh Hilmi "ihhh lucu bangetttt" ujar Karel ketika melihat dua ekor kucing yang sedang tidur dengan saling meringkuk.

"Kok dimasukin ke dalam kantong sih mereka?" Tanya Karel dengan bingung.

Jopan merotasi bola matanya "ya masa mereka berdua gue pedang gitu aja, kan engga mungkin" ujar Jopan dengan kesal.

"Ya mungkin aja lah" ujar Karel lalu berjalan kembali ke teras rumahnya dan duduk kembali.

Tak lupa karel juga mengeluarkan kedua ekor kucing tersebut dengan pelan dan secara bergantian.

"Gila lo, yang ada mereka jatuh" ujar Jopan lalu melepas sepatu nya dan masuk ke dalam rumah.

Karel melihat kepergian Jopan dengan kesal "lo kalu yang gila" balasannya dengan nada tak senang.

"Ya pikiran lo juga aneh aneh" ujar Hilmi lalu ikut duduk bersama Karel.

Hilmi mengambil salah satu kucing yang berada di pangkuan Karel "kalau nih dua kucing engga dimasukin ke dalam kantong ntar kalau mereka engga pandai diem terus jatuh gimana? Kan kasihan mereka nya" beritahu Hilmi.

Karel menganggukkan kepalanya tanda mengerti "bener juga sih, kasihan kalau sampai jatuh mana bentukan nya lucu banget lagi" ujar karel dengan senyum dan mengangkat tinggi tinggi kucing digendongannya.

"Oh jelas, kan kucing gue" ujar Hilmi dengan bangga.

Karel merotasi kan bola matanya malas "halah hasil mungut juga bangga banget sih" ucap Karel dengan malas.

Hilmi mencubit pelan paha Karel "heh kembaran ayam biar pun gue mungut tapi yang gue pungut berkualitas nih bro" balas Hilmi dengan alis yang di naik turunkan "mungut mungut gini tapi muka nya lucu banget nih bro" lanjut Hilmi dengan menggoyang goyangkan kucing yang berada di gendongan nya.

Karel tak membalas perkataan Hilmi. Karel asik melihat lihat tubuh si kucing yang berada di pangkuan nya dan tampa sengaja matanya melihat sebuah luka yang berada di kaki kiri bagian depan.

"Kaki nya dia kenapa luka?" Tanya Karel dengan menunjukkan kaki kucing yang luka.

Hilmi melihat nya sekilas lalu kembali bermain dengan kucing yang berada di gendongan nya "mungkin gara gara dua jatuh" ujar Hilmi dengan santai.

BIM SALABIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang