Saat aku maju, pasukan ular kecil-kecil milik Naja menyebar dan menyerang ke belakang ku.
"Sial, aku tak bisa berhenti dan berbalik untuk melindungi mereka," batinku merasa semuanya kacau.
Percaya atau tidak, aku melawan habis-habisan Kanjeng Nyai Naja. Sejujurnya aku takut. Sangat takut. Di hadapanku adalah ratu dari pada siluman ular. Kenapa sosoknya yang sebesar ini harus ada di hadapanku.
"Manusia suci, sadarlah. Lihatlah depan mu. Dan lindungilah mereka. Aku akan membuka jalan, jadi tolong fokus. Aku mengerti ini adalah suatu hal yang buruk. Berhenti saat ini, sama saja kamu menyerah," ujar Livi memperingati ku.
Benar, aku tak boleh lengah. Walau ular-ular itu mendekat, tapi Livi tetap melindungi ku agar tak terserang.
"NINGRUMMMM, BERANINYA KAU BERKHIANAT DARI RATU BHAVI. BERANINYA KAU!!" Sepertinya Naja marah saat tau Livi malah berpihak padaku.
Naja pelan-pelan mengubah sosoknya dari ular besar jadi setengah manusia untuk badan bagian atas.
"Sedari awal aku juga tak peduli dengan rencana Bhavi. Dan sedari awal juga aku tak mau patuh padamu yang memuja Bhavi, Kanjeng Nyai," elak Livi.
Tangan Naja ingin meraihku. Tapi langsung ku tepis dengan kencang tangan dengan kuku nan panjang dan jari berselaput.
Dia mendesis kencang. Tak suka dia di perlakukan seperti ini. Kastanya yang tinggi membuat egonya juga meninggi.
"Kau... makhluk rendahan seperti kau menepis ku? Beraninya kauu"
Langit bergemuruh. Awan perlahan semakin menghitam. Ular-ular kecil kembali berkumpul mendekatinya. Sosoknya berubah semakin besar. Mungkin seukuran naga Basuki?
Deg
Tekanan berat ini...apakah juga mempengaruhi mereka? Aku melihat ke belakang. Mataku terbelak saat kak Wira bersimpuh sambil muntah darah. Di sampingnya sudah ada Janitra yang membagi kekuatannya untuk memulihkan keadaan kakak.
"Aku...harus mengakhiri semua ini dengan cepat," gumamku di tengah panik.
"NARAYA, MENGHINDAR!!"
Apa? Kenapa? Livia mendekatiku dan berusaha menyelamatkanku. Aku melirik dari ujung mata. Semburan cairan asam kah? Aku seketika mengingat pelajaran alam.
"Menghindarlah bila bertemu ular Naja Sumatrana. Karena semburannya akan membuatmu buta"
Sialan
Aku berusaha menghindar. Tapi seketika waktu seakan bergerak begitu cepat hingga persekian detik lagi pastinya cairan itu akan mengenaiku.
Duk
Eh?
Tidak, jangan. Kumohon, jangan dia
"LIVIIIII!!"
Cepras
"Akhhh, panasss"
Akibat Livi mendorongku, jadi dia yang terkena cairan itu. Sosoknya perlahan kembali menjadi manusia lagi. Apa semburan ini akan berbahaya bila terkena sesama siluman? Bila terkena manusia saja akan buta, apakah terkena siluman akibatnya jadi kehilangan kekuatan?
Jatuh, Livia jatuh karena kekuatannya menghilang. Sosoknya juga tak mendukung untuk pertarungan di udara.
Gerak semu yang lambat. Pupilku bergetar saat melihat sosok yang sudah melemah itu jatuh begitu saja dan hampir menyentuh tanah kasar.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Battle in Dream
TerrorPertarungan di dalam mimpi yang begitu panjang antara kubu manusia dengan kubu monster serta penyihir malam. Sebuah bunga tidur, namun terasa nyata. Gelap, mengeringkan, seakan terus memerangkap jiwa yang tengah berkelana. Buruk, namun tak bisa bang...