Kelana Mimpi

3 2 0
                                    

"Eungh...Sesha"

"Tahan, sedikit lagi...Ganet. Argh"

Kalian tau...ini Bukan seperti yang kalian pikir. Ya, begitulah pikirku yang kali itu terjaga pada malam hari.

Di saat kak Ganet melenguhkan nama sang suami dalam tidurnya. Tapi bagiku yang memiliki mata batin pastinya tau apa yang terjadi. Sialan.

"Apa ku bangunkan saja ya," batinku kesal sendiri.

Di bilang senonoh, tapi interaksi dalam mimpi itu mengarah ke sana. Aku menatap bosan perapian yang tengah meletup-letup sembari menuliskan telinga. Setiap malam kak Ganet pasti akan tidur menjauh dari yang lain. Hanya aku yang tau alasan itu. Dan dia pasti akan bangun lebih pagi untuk bersiap diri. Ya, bersiap diri setelah di gempur dalam mimpi.

"Anda belum tidur, nona?" Kepalaku menoleh saat mendengar suara Livi.

"Kamu pun tau aku tak bisa tidur di dunia ini, Livia. Jika aku memejamkan mata, sama saja aku mempersembahkan nyawaku sendiri pada dunia ini. Dan setelahnya aku pun...mati"

Livi menunduk kesal. "Maaf karena hamba melupakan hal itu, nona"

Aku menggelengkan kepala. "Tidak apa Livi. Aku harap kamu mengingatnya"

Livi mengangguk. Setelahnya ia menoleh ke arah tempat kak Ganet yang...ya, aku rasa ia merasakan gelisah syahwat.

"Kapan titik puncak pengisian akan selesai?" Tanyaku pada Livi mengenai ritual keturunan yang tengah di lakukan Sesha dan kak Ganet.

"Sedikit lagi. Malam ini puncak. Saya rasa sebentar lagi sang rahim akan membentuk janin," jawab Livi dengan tenang.

Ritual ya...

Sebenarnya, memang hal cocok tanam dalam pribahasa manusia ini disebut ritual pembuat keturunan dalam bahasa bangsa ular.

Kala itu, Sesha menemui ku di saat semuanya tertidur. Atas izin maharaja Basuki, ia di perbolehkan untuk melakukan ritual. Namun dia meminta izin dariku yang memegang dunia pembatas manusia dan dunia ghaib bangsa ular.

Ungkapnya, ia punya nafsu birahi kepada sang isi di setiap menemui dalam mimpi. Ia selalu menjaga nafsu itu. Namun, semakin ia merasa sayang, rasanya semakin kuat.

Menggenggam tangan rasanya kurang. Memeluk rasanya tak cukup. Mencium keningnya rasanya begitu tak memuaskan. Dia tak mau menahan ini lagi. Dan satu hal. Dia harus mendapatkan izin sang istri bilang mau melakukan ritual tersebut. Karena ini bersifat suci. Memberikan keturunan ke dalam rahim. Terutama bangsawan ular.

Tentu kak Ganet tak menolak pinta sang suami. Ia harus lakukan apa yang suaminya mau. Atas rasa suka dan suka. Ingin dan ingin. Mau dan mau. Ia lakukan setelah izin dari semua pihak di dapatkan.

Kini, ritual sudah terjalin selama seminggu. Setelah sebulan pernikahan mereka yang di sengaja dan hanya satu pihak saja sebagai pengikat itu terjadi.

"Aaaahhh~~~"

Aku menutup telinga saat desah panjang itu terjadi. Aku yakin kak Ganet mencapai titik pelepasannya. Well, aku kira hanya dalam mimpi efeknya. Tapi setiap terbangun... bekas-bekas penggempuran itu nyata.

"Livi, ayo pindah tempat. Telinga ku mulai panas karena di kelilingi oleh adegan seperti ini setiap malam," ucapku sembari bangun dari posisi duduk sebelumnya.

"Baik nona"

Sembari mengintili, Livi mengamati sekitar. Kini dia seperti pengawal pribadi bagiku. Aku menerimanya. Namun aku anggap di salah satu teman seperjuangan. Aku tak bisa mengubah panggilan nona itu dari mulutnya.

The Battle in Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang