Sembilan belas

30 1 0
                                    

"belum sampe sebulan tapi lo udah bikin ulah aja,gimana nanti" ucapnya,enggan menatap lawan bicaranya itu.

"A-aku bisa jelasin!"

Lino menatap minju. Tidak mengucapkan sepatah katapun.

"Awalnya aku mau nunggu kamu selesai kumpulan OSIS tapi nanti aku ketahuan ga ikut kumpulan,tadinya aku mau nebeng bareng Yujin tapi dia latihan basket terus tiba-tiba jaemin nyamperin aku dan nawarin pulang bareng aku udah nolak tapi dia maksa..." jelas minju sambil memainkan ujung rambutnya.

Lelaki itu berdecak,kemudian meninggalkan minju didepan kelas. Melihat itu minju sedikit kesal,hanya kerena ia pulang bersama laki-laki lain kekasihnya itu marah. Tapi tekad nya untuk membujuk lino masih menyala,ia kemudian berlari menyusul lino.

"Li--"

"jangan terus-terusan bujuk gue,ga akan mempan." lino menepis pelan tangan minju di ujung seragamnya.

"Maaf." Ujarnya. Pada akhirnya minju menyerah.

"Ayo pulang,gue anter"

.

.

.

.

Sekarang minju tidak bisa tenang,sedari tadi ia berguling kesana-kemari mencari cara agar kekasihnya itu tidak marah lagi padanya.

Tiba-tiba terlintas ide cemerlang yang tidak pernah ia pikirkan sama sekali.

Ia segera meraih ponsel nya dan mencari nomor sahabatnya.

"apaan?gue lagi latihan voli,cepetan"

"je,dari kemarin lino marah sama gue gara-gara gue pulang bareng jaemin. Lo tau nggak cara bujuknya?" Tanya minju tanpa basa basi.

"Kagak tau gue bukan mantannya,tapi coba deh beli cemilan kucing atau baju buat kucing-kucingnya dia. mungkin aja berhasil" Jeongin memberi usulan kepada minju.

"Ya terus cara ngasihnya gimana?liat muka gue aja ogah-ogahan" ucap minju sedih.

"kirim aja ke rumahnya,ntat gue kirim alamatnya"

"Lah? Lo bilang lo ga tau alamatnya"

"demi menjaga perdamaian dunia" balas jeongin kelewat dramatis

"Maksudnya?"

"Jeong cepetan kelapangan! Udah mendung nih!" Terdengar suara orang lain disana menyuruh jeongin pergi ke lapangan.

"eh,temen gua udah manggil,nanti lanjut lagi"

Bipp..

Minju berdecak kesal saat jeongin memutuskan panggilan.

Ia tiba-tiba teringat pesan mama nya,mama nya menyuruh minju membersihkan kamar kosong yang merupakan bekas kamar ayah kandungnya.

Ia segera bergegas menuju kamar tak berpenghuni tersebut.

Kamar itu memang cukup bersih,karena mamanya selalu membersihkannya se minggu sekali. Lantainya mulai berdebu dan barang-barang didalam nya juga mulai berdebu.

Saat minju sedang manyapu bagian bawah kasur,ada yang mengganjal sapu memasuki bawah kasur.

Minju berjongkok kemudian melihat kebawah kasur,ternyata ada sebuah kardus. Karena penasaran ia mengeluarkan kardus itu dari bawah kasur.

Deg

Jantungnya hampir jatuh saat melihat isi kardus tersebut. Terdapat foto dua bayi,satu perempuan dan satu laki-laki. Bukan hanya itu dibelakang foto juga terdapat tulisan

'lee hyunju dan lee minho,anak papa"

Minju memang tahu nama aslinya adalah lee hyunju tapi setelah orang tua nya bercerai saat ia masih berusia 6 tahun mamanya mengganti namanya menjadi Kim minju.

Dan dia juga tidak punya saudara lain selain sanha,kakaknya.

Jantungnya berdetak cepat,mengamati foto itu dengan seksama.
Foto bayi laki-laki itu sangat mirip dengan kekasihnya saat ini,namanya juga sama.

"G-ga mungkin,ga mungkin...ini pasti cuma kebetulan mirip" ujarnya mencoba berpikir positif.

Ia hanya berharap bayi laki-laki itu bukan minho yang ia kenal saat ini.
Ia tak masalah memiliki saudara yang terpisah tapi tolong jangan kekasihnya sendiri.

Selain foto itu didalam kardus yang berukuran sedang tersebut juga ada kartu keluarga,akta kelahiran dan foto-foto yang tidak pernah ia lihat.

'Lee hyunju. Tanggal lahir 25 oktober tahun xxxx'

'Lee minho. Tanggal lahir 25 oktober tahun xxxx'

Tangan minju semakin gemetar setelah membaca kartu kelurga yang tidak pernah ia lihat.

Beralih pada sebuah album foto. Hal yang lebih mengejutkan kembali menyapa minju.

Foto masa kecil seorang anak laki-laki,yang tidak lain adalah kekasihnya.

"Hiks,ga mungkin! Ini bukan dia kan?" elak minju mengusap air matanya.

Ia buru-buru mengeluarkan ponselnya dan membuka galeri. Ia ingat beberapa waktu lalu ia meminta foto masa kecil lino. Dan foto itu sama dengan foto dialbum yang ia pegang.

Sekarang ia menyesal mengeluarkan kardus itu,seharusnya ia tidak melakukan itu,lebih baik lagi jika ia tidak pernah mengetahui hal ini.

Jadi selama ini banyak yang disembunyikan oleh keluarga nya sendiri,bahkan ia tak tahu kapan ulang tahun dirinya yang sebenarnya. Ia hanya tahu tanggal ulang tahun palsu buatan ibunya.

Sekarang ia hanya bisa menangis sejadi-jadinya sambil meratapi nasibnya yang tidak adil.

Andai saja ingatan masa kecil nya masih utuh ia akan mengingat bahwa minho yang dikenalnya adalah saudara nya dan tidak akan menyimpan perasaan padanya.

Tapi apa minho juga tidak mengingat masa kecilnya?

Bagaimana caranya memberi tahu hal ini kepada minho?

Jika Minho ingat masa kecilnya kenapa ia melakukan ini?

Apa minju harus mengakhiri ini semua?

Ribuan pertanyaan memenuhi kepalanya. Rasa bingung,takut,kecewa,sedih,marah bersatu.

Ia bingung apa yang harus ia lakukan. Ia takut apa yang akan terjadi nanti.
Ia kecewa kepada keluarganya dan dirinya sendiri,kenapa mereka memalsukan semua ini dan kenapa ia memiliki ingatan masa kecil yang tidak utuh?
Ia sedih karena dirinya harus memiliki hubungan dengan saudaranya sendiri.
Ia marah tidak terima dengan fakta ini.

Saat kepalanya hampir meledak tiba-tiba seseorang memasuki kamar itu. Merasa ada seseorang minju menoleh kebelakang.

"M-mama..?"

.

.

.

.

.

.

.

The FeelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang