Prolog!

161 15 0
                                    

***

#BelandaPov

Jam menunjukkan pukul dua belas malam, seorang gadis duduk di balkon kamarnya sambil memegangi album foto pernikahan orang tuanya dengan ekspresi kosong.

Dia adalah Kanara Greesa Elleane Banutama, seorang gadis cantik dengan kulit putih salju yang mempesona di padukan dengan rambut panjang hitam legam yang di biarkan terurai.

Dia adalah Kanara Greesa Elleane Banutama, seorang gadis cantik dengan kulit putih salju yang mempesona di padukan dengan rambut panjang hitam legam yang di biarkan terurai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajahnya memiliki bentuk yang proporsional, dengan fitur yang halus dan lembut. Yang paling mencolok, adalah mata biru khas Belanda yang dimiliki olehnya.

"Apa yang sedang kau fikirkan kana? Kenapa melamun?" ucap sang nenek mendekat pada Kana.

Gadis itu tersadar dari lamunannya dan memeluk neneknya. "Apa aku kembali saja, menemui Ayah? Dia tidak punya siapa-siapa disana!" keluhnya.

"Apa kau yakin ingin kembali? Bisa saja kejadian sepuluh tahun yang lalu akan terulang, " lirih nenek sambil mengelus surai rambut Kana.

"Apa aku kuat nek?"

"Tentu saja! Kana ku gadis yang kuat!" wanita tua itu beralih menggenggam kedua tangan kana.

"Mungkin akan banyak cobaan yang kamu lalui. Kamu harus berusaha demi ayahmu!" ujarnya lagi.

"Kana akan merubah pandangan ayah ke kana, apapun yang terjadi! " tekadnya.

Sungguh malang nasib gadis itu, ia hanya mempunyai Regar sebagai orang tua tunggal.

Di saat teman-temannya bermanja dan membanggakan orang tua mereka, kana hanya bisa mendengarkan dan memikirkan bagaimana cara agar ayahnya sadar.

***

#AwalKebencian

Siang itu, gadis kecil mendengar suara tangisan ayahnya dari dalam kamar.

"A-ayahh..." lirihnya.

Hatinya terpukul mendengar suara itu, dan ia ingin menenangkan ayahnya. Dengan hati-hati, ia mendekati pintu kamar dan mencoba masuk.

"Ayah?"

"DIAM!" pekik Regar.

Namun, reaksi ayahnya tidak seperti yang ia diharapkan. Regar menyambutnya dengan sikap yang kasar, benar-benar membuat gadis kecil itu terkejut dan ketakutan.

"Gara-gara kamu, istri saya harus kehilangan nyawanya!" Regar menatap nyalang.

"Maaf ayah," lirih bocah berumur kisaran tujuh tahun, dengan mata sembab.

"Seharusnya kamu yang di sana, bukan Aleina!" pria itu merasakan sesak teramat dalam, setelah ditinggal istrinya.

"Bunda udah tenang, bunda senyum ayah!" tuturnya tersenyum simpul.

Ia mendekati ayahnya. Namun, regar mendorong kasar anak semata wayangnya hingga kepalanya membentur nakas dan kejatuhan vas kaca.

"Aws ... sakit," Rintihan itu terdengar parau.

Darah segar mengucur dari kening gadis kecil itu, saat belahan vas menancap di kepalanya.

"Lebih baik tidak punya anak, dari pada punya anak perempuan seperti mu!" teriaknya. Membuat gadis kecil itu gemetar.

"Maaf ayah," lirihnya lagi. Manik itu perlahan tertutup, dengan airmata yang masih keluar dan darah yang memenuhi lantai.

***

#MemulaiRasa

"Meskipun kamu masih terjebak di masalalu, aku nggak akan maksa kamu buat keluar dari sana ra."

"Why is that?" Kana mengerutkan keningnya, menatap cowok di sampingnya.

"Aku tau, aku bukan cinta pertama kamu ra!"

"Aku bakal buktiin, kalo cinta itu nggak harus meminta balasan! aku nggak mau kamu jadi orang lain demi aku ra, tetap jadi kanara yang aku kenal ya? " tutur daren memandang kekasihnya dengan penuh sayang.

"Tapi ada sesuatu yang masih belum aku pahami ren, " lirih kana. Wajah yang tadinya terlihat tenang, berubah menjadi murung.

"Apa ra? " daren menghadap sepenuhnya pada kana.

"Jika berbeda keyakinan di larang bersama, kenapa harus diciptakan dunia yang sama?"

"Cinta kita disatukan oleh dua Tuhan, sebesar apapun cintaku ke kamu. Aku nggak akan merebut kamu dari Tuhanmu. "

Setetes buliran bening jatuh dari manis coklat milik daren, di genggamnya erat tangan kekasihnya.

Ia belum siap menerima kenyataan, jika pembatas mereka sangatlah tinggi.

***

#BelandaPov

Sore hari di kota Amsterdam, tiga orang gadis tengah menikmati keindahan matahari tenggelam.

"Gue nggak nyangka kita bisa satu sekolah," ucap gadis pemilik manik coklat. Ia memandang langit dengan kekaguman_Famke Esmee.

"Gue sih nyangka, soalnya gue pinter, " murid transfer Banutama Hight Scholl2_Dikara Calya, mereka memanggilnya dengan sebutan aya.

"Ck, ujian bahasa belanda aja lo bolos, " ledek famke.

"Kan ada kalian, lagi pula disini Rata-rata bahasa Inggris," celutuk aya.

"Terserah deh!" sahut famke prustasi.

"El, kenapa melamun? "

Mereka memanggil kana dengan sebutan el, sedari tadi kanara hanya diam. Biasanya, gadis itu sangat cerewet jika aya bolos ujian bahasa.

Mereka duduk di tepi kanal, melihat refleksi cahaya matahari yang hangat di permukaan air. Suasana sore itu begitu damai dan menenangkan.

"Gue pengen ketemu ayah, " lirih kana.

"Tapi itu bahaya buat lo el, " sahut aya.

"Kalo lo pergi, oma sama siapaa? beliau udah tua el, " cemas Famke.

Bukannya mereka melarang kana, mereka takut jika terjadi sesuatu pada kana.

***

#MasalaluYangHilang

"Varen seberharga itu dimata kamu sa?" tanya Lintang sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga kana yang menutupi wajah cantiknya pada sore itu.

"Hmm, aku ngerasa kita masih sama-sama sampai sekarang ka, padahal kita udah pisah sembilan tahun yang lalu!" ucap kana menatap rerumputan hijau di sekitaran danau.

"Lalu, Daren gimana? Aku lihat dia sesayang itu sama kamu sa!" ungkap lintang menatap gadis blasteran di sampingnya.

"Aku udah bisa nerima daren ka, tapi disisi lain varen punya ruang tersendiri di hati aku," tutur kana.

"Jangan terlalu lama terperangkap sa! Kamu udah nggak ada di sana. Mungkin, ini saatnya kamu harus kubur dalam-dalam masalalu itu!"

"Bakal aku usahain ka! Makasih ya? udah selalu ada," ucap kana. Manik itu berbinar memancarkan ketulusan.

Lintang mengangguk sebagai jawaban. "Suatu hari kamu pasti ingat semuanya sa, " batin lintang.

Kanara Saksi LenteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang