Chapter 19

12 2 0
                                    

PERMAINAN DIMULAI⚠️

MARI BERTEORI❗

"Gue yakin pikiran ayah lo udah di ubah sama orang lain ra!" ucap naya menatap pemandangan siang hari di balkon kamar asramanya.

"Maksud lo di setting gitu?" sahut Kana merebahkan tubuhnya di kursi panjang di balkon itu.

"Orang tua lo konglomerat, nggak mungkin mereka nggak punya musuh!" imbuh Naya memalingkan wajahnya kearah kana.

Mungkin benar yang dikatakan Kanaya, semuanya terasa janggal dari menghilangnya varen dan meninggalnya Alina.

"Apa  kematian bunda juga di rencanakan?" Ia memiringkan tubuhnya menghadap naya.

Mendengar ucapan kana membuat naya menghadap sepenuhnya pada gadis blasteran itu. "Coba lo fikir deh ra! Perusahaan menggurita, rumah sakit, 2 cabang sekolah. Siapa yang ngurus? Ayah lo sakit dan nenek lo udah tua."

"Aku sempat mikir gitu nay! Apa jangan-jangan om Abbas yang ngurus semuanya." ungkap kana.

"Gue bakal bantuin lo buat ngungkap kematian nyokap lo. Tapi sebagai gantinya, lo bantuin gue nyari mama!" tawar naya.

"Emang mama kamu kemana?" Kana mengubah posisinya menjadi duduk. "Mama menghilang setelah ngelahirin gue," tutur Naya.

***

Sore itu, Kana dan Naya memutuskan untuk pergi ke rumah Abbas yang sudah lama ditinggalkan.

"Udah siap ra?" tanya Naya menatap cemas pada kana.

Di depan mereka memang hanya sebuah rumah, tetapi masalalu kana juga akan ikut berputar saat mereka masuk pada bangunan itu.

Kana menarik nafas panjang. "Ayo! Kita nggak punya banyak waktu," Gadis itu mengangguk manatap pada Naya.

Mereka berjalan bersama dengan langkah hati-hati, melewati jalan-jalan yang sepi dan rumput yang tinggi. Rumah itu terlihat usang dan terlantar.

"Nggak di kunci ra," bisik naya pada kana. "Ayo masuk! " ajak Kana yang berdiri di belakang Naya.

Naya meraih gagang pintu, yang ternyata tidak di kunci, hingga menimbulkan suara decitan ketika mereka masuk ke dalam rumah tersebut.

Mereka berkeliling, menjelajahi setiap sudut yang berdebu dan melihat barang-barang yang terabaikan.

"Kalo ga kuat bilang ya ra! Gue gamau luka lo semakin parah."

"Ra?" panggil Naya. Ia memalingkan wajahnya kebelakang, Kana tidak mengikuti langkahnya, gadis membeku di depan pintu kamar yang terbuka.

"Ra?" panggil Naya lagi. Kana masih tak menjawab, tangannya menunjuk pada foto yang berserakan di lantai.

"V-varen," lirihnya. Naya bergegas memungut foto itu satu persatu. "Bentar ya ra, aku ambilin. Jangan ngelamun! kamu harus fokus!" ucap Naya lembut dengan tangan yang gemetar.

Tangannya masih meraih beberapa yang tertinggal, hingga netra Naya tak sengaja menangkap sebuah kotak berwarna coklat yang berada di bawah lemari.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kanara Saksi LenteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang