Chapter 3

51 8 0
                                    


Budayakan vote sebelum membaca ya..

-
Peraturan masih berlaku,
Jangan membawa tokoh lain di dalam cerita ku
.
.
.
𝐇𝐀𝐏𝐏𝐘 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐈𝐍𝐆
_
_
_
Bagaimana rasanya di sayang ayah? Tolong ceritakan padaku, aku juga ingin merasakannya
_kanara Greesa

•••

Raya merasa kesal, saat tangannya di tahan oleh kedua temannya. "Sabar raya, nanti ada yang videoin! " tegur kedua temannya.

Satu tetes cairan bening lolos dari netra widya, ia merasa bersalah atas keributan yang terjadi. "Bisa nggak? Jangan kasar! Dia juga manusia!" peringat kana, setelah cukup lama bungkam.


Raya bersedekap dada, bibirnya menyeringai. "kalo nggak tau, ngak usah ikut campur, " geramnya.


"Tindakan lo sudah menyalahi hukum raya!" sahut kana menggebu-gebu.

Raya terkekeh mendengar perkataan kana. "Tau apa lo tentang hukum? Nona belandaa? Gue bakal jadi penerus sekolah ini! Terserah gue dong mau ngapain! "

Whatt!!! Kana nggak salah denger nih? Enteng banget ngomong penerus!!!

"Sebutan jalang merupakan muatan penghinaan, jika memang dia tidak melakukan hal semacam itu, maka tindakan anda termasuk pencemaran nama baik, dan saya dengar kamu pembully di sekolah ini. Dan itu termasuk tindakan tidak menyenangkan, " ucap kana dengan lancar.

Raya tidak bergeming, ia dan teman-temannya pergi berbalik badan meninggalkan tempat itu namun tangannya di tahan oleh kana.

Saya memang di besarkan di belanda, tapi saya tau tentang hukum sekolah yang tidak masuk akal ini! " protes kana.

Langkah raya terhenti, dengan emosi yang menggebu-gebu ia memutar badannya ke arah kana, dengan angkuh dan tatapan tidak suka.

"Apa maksudnya lo? Mau lapor? Silahkan.... Kepala sekolah tuli akan itu!" tantang raya.

"Jika tidak dengan kepala sekolah, saya akan bicara dengan pemilik sekolah ini! " tegas kana. Raya tertawa dan maju satu langkah ke arah kana.

"Pemilik sekolah ini om gue! jadi gue punya kuasa disini! Dan lo?" raya menunjuk tepat di depan wajah kana. "Cuman murid ba-ru. Cukup diam, lalu nikmati permainan ku! " sambungnya, lalu menyeringai.

Kana mengepal kuat tangannya, menyalurkan emosi agar tidak terpancing. Hingga, kuku panjangnya menembus telapak tangan.

"Santai aja kali el, yang kita bully juga widya bukan lo! " timpal teman raya.

"Cepat atau lambat pewaris tunggal banutama bakalan tau tentang ini!"  tegas kana.

Emosi raya semakin memuncak mendengar kata pewaris tunggal membuatnya naik pitam.

"kurang ajar yah lo, anjing! Nggak usah sok tau, gue yang aslinya!" sergah raya dengan nada tinggi.

Ia maju hendak mendatangi kana, Namun, bahunya lagi-lagi di tahan oleh kedua temannya.

Kana mendekati raya dengan bersedekap dada. "Jika tidak bisa memuji orang lain setidaknya jangan menghina, "  ujarnya, ia mendekat ke telinga raya. "Jangan asal sebut nama binatang kalau kelakuan anda adalah cerminan nya!" bisiknya.

Kanara Saksi LenteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang