Chapter 5

29 8 0
                                    

-
-
ℍ𝕒𝕡𝕡𝕪 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕚𝕟𝕘
-
-

Se usai pertunjukan piano kanara sebagai penutup pengumuman tadi, kini para murid sudah berhamburan menikmati jam istirahat.

Begitupun kana dan naya, mereka yang tengah berjalan menelusuri koridor sekolah mencari keberadaan widya, gadis kemarin yang menjadi bahan bullyan raya.

Sebenarnya, naya sempat menolak ajakan kana, namun gadis itu terus merengek, kasian pada widya jika kena rundung lagi katanya.

Mungkin, sekarang ia tengah makan dengan lauk garam?

"Tuh anaknya, " ucap naya.

Mereka berdua menghampiri widya yang tengah duduk di tangga dekat gudang, yang memang jarang di lalui. "Hay, wid?" Sapa kana.

"Eh... kalian ngapain kesini? " sahut widya ramah. "Kita mau temenan sama lo, biar nggak di ganggu sama nenek lampir, " timpal naya asal.

"Udah jadi makanan aku nay, " jawab widya.

"Kenyang kan lo! Tuh nenek lampir tadi pagi ngebuat ulah sama kana! untung ni anak pinter. Kalo nggak, tau deh jadi apaan, " jelas naya kesal.

"Raya emang sengaja biar bisa maluin aku nay, dendam lama dia, " terang kana.

"Trus.., kenapa kamu jalan nya lambat waktu nuju piano? " tanya widya

"Biar drama aja.., selagi banyak yang nggak kenal. Aku pura-pura nggak bisa aja tadi, " celutuk kana.

"Kont!!!!"

"JANGAN DI TERUSIN! " ucap kana dan widya bersamaan. Lalu mereka menertawakan muka naya yang terlihat masam, akibat memendam umpatan nya.

"Aku nggak nyangka lho el, kamu tertanya anak direktur sekolah ini, " ujar widya kagum. Kana mengerutkan keningnya. "Nggak nyangka gimana?"

"Lo dateng, nggak ngebawa marga, trus waktu perkenalan! lo bilang panggilan lo el. Eh... Ternyata kana. Tadi juga yang ngumumin lo siapa? juga raya! maksutnya apaan coba?  " kesal Naya.

Ia duduk di samping widya, gadis itu pun reflek menutup wadah makannya dan meletakkan nya di samping.

"Ceritanya panjini! Ntar deh ku ceritain, " sahut kana. "Panjang apa rumit ra?" tanya widya polos. "Dua duanya sih..., " lanjut kana.

"Besokkan minggu! lo pulang nggak wid? " tanya naya menatap widya sepenuhnya. "Nggak nay, aku nggak pulang minggu ini. Sayang uang ku, mending di tabung, " tutur widya.

Kana hanya menyimak percakapan ke dua temannya itu, naya yang melihat nya pun tersenyum. "Lo tau kan sekolah ini nyediain asrain? " tanya naya.

Di balas anggukan oleh kana. "Aku ngeasrama ra! karena rumah ku lumayan jauh, sayang ongkos. Jadi aku pulang nya jarang-jarang aja," jelas widya.

"Gimana kalo kita nginep di asrama ntar malem ra? usul naya. "Boini! tapi aku izin dulu sama ayah, jawab kana.

"Iya dehh... Anak direkjanr,  " goda widya yang mengundang tawa kana dan naya.

Keduanya,  memutuskan pulang kerumah untuk mengambil pakaian dan keperluan mereka di asrama selama sehari semalaman, dan izin pada orang tua masing-masing.

Kana yang baru saja masuk ke rumah mewah itu, mata nya menelisik, mencari keberadaan sang ayah hingga netra nya menangkap lelaki paruh baya tengah bersantai di taman samping rumah.

Dapat kana tangkap dari penglihatannya lewat kaca besar di sekitaran tangga, kana memutuskan untuk mendatangi sang ayah.

"Ayah?  " panggilnya.

Kanara Saksi LenteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang