3 "Dia bukan kakakku!!!"

121 18 0
                                    

Tok... Tok...

Ali yang duduk di ruang tamu. Tanpa tahu siapa wanita yang datang ke rumah Gilang, ia mempersilakan wanita itu masuk.

Ali memanggil Gilang yang berada di kamarnya. Gilang berjalan ke luar, namun ia berhenti dengan kedua lututnya yang bergetar. Keningnya basah dengan keringat dingin. Suga membelalakan matanya saat melihat ibu yang dulu sering menyiksa Gilang.

Romi yang melihat Gilang seperti ketakutan, segera mendekap tubuhnya. Suga segera mengusir wanita itu.

Gilang tampak kesulitan bernapas. Keanu segera mencari kantong plastik untuk membantu Gilang agar bisa bernapas.

Suga dan Romi panik saat Gilang rebah. Untungnya saja Ali berhasil menopang tubuhnya. Mereka segera membopongnya ke kamar.

Di luar rumah ini. Alya belum pergi. Ia menatap dalam rumah di depannya. Ada rasa khawatir saat mendengar seruan Suga dan Romi yang menyebut nama anaknya.

"Maaf kan mamah, nak. Kamu jadi seperti ini karena mamah," gumamnya.

-
-
-

Aji pulang ke rumah dengan perasaan marah. Ia duduk di sofa panjang berwarna abu-abu.

Rosa yang kebetulan hari ini tidak ada jadwal di rumah sakit. Ia tak heran melihat ekspresi dingin sang suami. Ia sengaja membuat secangkir teh camomile hangat untuknya.

Rosa meletakkan teh tersebut di atas meja, lalu mengambil posisi duduk di sisi kanannya, "Gilang lagi?" tebaknya.

"Kenapa anak itu selalu saja menyusahkanku!! Kau tahu hari ini dia di hukum lagi??" gusarnya dan mengusap kasar wajahnya.

"Anak itu selalu membuatku naik darah!!! Dia tidak pernah mau mendengarkanku!!" Aji meluapkan emosinya di depan sang istri.

Rosa mengusap punggungnya lembut, "Usia Gilang itu usia remaja. Di mana, anak seusianya masih mencari jati dirinya. Emosinya juga tidak stabil. Kau sebagai ayahnya juga harus belajar mengenali emosinya. Jika kau juga keras padanya---jangan berharap Gilang mau mendengarkanmu," Rosa memberinya nasihat.

Aji diam dan menatapnya lekat, "Terima kasih. Kau selalu membuatku tenang, meskipun aku berulang kali berkeluh kesah padamu. Namun kau selalu memberiku nasihat," Aji bangga memiliki istri sepertinya.

Rosa tersenyum manis, dan mendekap Aji ke dalam pelukannya. Ia juga menepuk-nepuk pelan punggungnya,"Kau harus mencari waktu untuk lebih dekat dengan anakmu,"

"Gilang sebenarnya juga pasti menyayangimu," ucapnya lagi. Aji mengangguk.

"Aku akan mencobanya," sahut Aji. Rosa bahagia mendengarnya.

-
-
-

Seorang gadis cantik, kulitnya putih dan matanya merupakan mata monolid yaitu bentuk mata yang tidak memiliki lipatan. Rambutnya hitam dan sedikit bergelombang.

Gadis itu mengenakan kaos putih dan celana jeans warna denim, juga sepatu sneakers putih leres hitam.

Gadis itu menyusuri salah satu lorong yang tersusun rapi beberapa rak cemilan juga lemari pendingin.

Ia membuka lemari pendingin dan mengambil beberapa minuman ringan, lalu memasukkanya ke dalam keranjang yang ia pegang di tangan kirinya. Ia tak lupa mengambil beberapa buah juga cemilan.

Sabrina adalah nama gadis cantik itu. Ia seumuran dengan Suga, namun ia sedikit lebih muda tiga bulan dari Suga.

Sabrina selalu menyempatkan waktu untuk membeli semua itu untuk adiknya. Meskipun adiknya selalu bersikap dingin dan acuh padanya, namun ia pantang menyerah.

Sabrina tahu, jika adik tirinya hanya butuh waktu untuk bisa menerimanya sebagai kakak.

Sabrina mengantri beberapa saat, kemudian membayar semua belanjaannya.

Ia ke luar dari Indomaret . Senyumnya tampak merekah sejenak memandangi shopping bag di tangannya. Kemudian ia melanjutkan langkahnya menuju rumah sang adik menggunakan mobil.

Sabrina menepikan mobilnya dua rumah dari rumah adiknya. Namun sebelum ia ke luar. Manik mata cokelatnya mengarah pada seorang wanita yang berdiri di depan rumah adiknya.

Yah...

Adiknya bernama Gilang.

Sabrina tidak mengenal wanita tersebut, karena ia baru melihatnya. Wanita bernama Alya itu pergi saat melihat Sabrina berjalan mendekat ke rumah anaknya.

Sabrina sesekali memandangi kepergian Alya. Namun ia kembali fokus untuk menemui adiknya.

"Gilang!" serunya dari luar rumah. Ia selalu memanggil nama Gilang. Ia tidak akan berhenti sampai Gilang menemuinya.

Sabrina heran, karena yang ke luar dari rumah dan membukakan pintu pagar bukanlah adiknya.

"Kau siapa?" tanyanya.

Pemuda yang ia temui terlihat lebih muda darinya. Tampan dan lucu menurutnya, karena pemuda itu menyunggingkan senyum yang ramah padanya.

"Aku Ali. Kamu siapanya Gilang?" tanyanya penasaran.

"Aku kakaknya. Gilang ada di rumah?" tanyanya lagi.

"Ada. Tapi belum siuman," jawabnya.

"Maksudmu?" Sabrina mengernyitkan kedua alisnya, tanda bingung dengan jawabannya barusan.

"Gilang pingsan. Namun belum sadar," Ali menjelaskan padanya.

Sabrina segera berlari masuk, dan ia tidak peduli dengan barang belanjaan yang ia jatuhkan setelah mendengar kabar tentang adiknya.

"Gilang!" ucapnya dari ambang pintu, lalu mendekati sang adik yang terbaring di ranjangnya.

Ia duduk di tepi ranjang, dan menggenggam erat tangan adiknya, "Apa yang terjadi dengan adikku?" tanyanya pada siapa saja yang ada di kamar Gilang.

Suga dan Romi saling pandang sejenak. Mereka baru sadar jika yang di depannya saat ini adalah kakak tiri Gilang.

"Kamu Sabrina?" tanya Suga.

"Iya. Kamu siapa?" tanyanya.

"Aku Suga, dan ini Romi. Kami datang ke acara pernikahan om Aji dengan ibumu," itu jawaban Suga.

Sabrina mengingat-ingat mereka berdua, "Ah...iya aku ingat," ucapnya.

"Cantik," celetukan itu berasal dari Keanu yang berdiri di sisi lemari pakaian Gilang.

"Apa?" tanya Sabrina.

"Ah...aku tidak bicara apa-apa," bohongnya salting.

Sabrina berdecak sedikit kesal. Meskipun Keanu tidak mau mengaku, namun ia mendengarnya dengan jelas.

Perlahan-lahan Gilang membuka kedua matanya. Setelah melihat jelas siapa saja yang ada di kamarnya saat ini, terlebih lagi kehadiran Sabrina di kamarnya.

Gilang menepis kasar genggaman Sabrina. Ia menatapnya tajam dan tidak suka, "Untuk apa kau kemari??"

"Kau adikku. Aku khawatir padamu," Sabrina sedih karena sikap Gilang yang selalu dingin padanya.

"Ke luar dari kamarku!!! Pergi!!!" ia mengusirnya.

"Gilang! Jangan kasar dengan kakakmu!" tegur Suga.

"Dia bukan kakakku!!! Aku tidak punya kakak!!!"

Romi mencoba mengajak Sabrina untuk ke luar. Meskipun berat, namun Sabrina menurut padanya.

Suga meminta kepada ketiga sahabat Romi untuk ke luar dari kamar Gilang. Kini di kamar hanya tersisa Suga dan Gilang.

Gilang berbaring miring menghadap jendela kamarnya. Sedangkan Suga duduk di tepi ranjangnya. Ia mengerti kenapa Gilang bersikap demikian.

"Lang...kakak tahu kamu belum bisa menerima Sabrina sebagai kakakmu. Tapi...kakak melihat...Sabrina tulus menyayangimu,"

"..." Gilang diam saja tidak menyahut.

Suga menarik napas panjang lalu menghelanya. Ia menepuk pundak Gilang sebelum ke luar dari kamarnya.

Bersambung...

"Gilang" (Seokjin, BTS, Haechan, NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang