Chapter 4

497 52 0
                                    

Seluruh kelas E tidak pulang setelah jam pulang sekolah. Melainkan berkumpul untuk berdiskusi dan membuat rencana.

"Ngomong-ngomong, teknik Killua sangat bagus. Killua, bisakah kamu melakukannya lagi pada Koro sensei?"

"Tidak mungkin."

"Kenapa?"

"Teknik yang sama tidak akan bekerja lagi jika orang yang dihadapi sangat pintar. Koro sensei pasti sekarang sudah tahu cara menghadapinya atau menghindarinya." Tebak Karma yang bertepatan dengan pemikiran Killua.

"Sebaiknya kalian melakukannya sendiri. Jika aku dan Gon bergabung itu akan selesai dengan cepat." Kata Killua.

Seluruh kelas E tahu bahwa mereka berdua sangat kuat. Namun rasanya sangat kesal mengetahui perbedaan diantara mereka. Killua bahkan sangat percaya diri mengatakannya.

"Atas dasar apa?!" Terasaka yang tidak bisa mengontrol emosi akhirnya bersuara.

Namun Karasuma sensei yang yang tidak tahu kapan dia tiba yang menjawab. "Dia punya dasar. Aku melihatnya. Gerakan itu pasti sudah dilakukan berkali-kali. Dan melalui pelatihan yang berat."

"Killua. Kau Pembunuh Profesional." Karasuma tidak bertanya melainkan membuat pernyataan. Yang membuat seluruh kelas E merinding.

"Aku ingat Sensei dari pemerintah? Apa kau akan menangkapku?" Tanya Killua main-main. Tidak membantah sama sekali, yang menambah kengerian.

Nagisa melihatnya. Killua bahkan masih terlihat santai saat ini. Pikirannya bukan terfokus pada Killua adalah pembunuh profesional. Namun pada diri Killua. Karena Nagisa melihat, walaupun terlihat santai, Killua akan bisa melarikan diri kapanpun saat Karasuma sensei benar-benar akan menangkapnya.

Dan refleks ini yang yang membuatnya kagum.

"Tidak. Karena sepertinya kamu akan menjadi target kedua yang tidak bisa kami tangkap selain Koro sensei."

"Hahahaha berbicara dengan orang pintar memang berbeda."

"Karasuma sensei. Tenang saja. Killua hanya main-main. Juga Killua sudah berhenti." Gon menengahi.

"Maka itu melegakan."

"Bahkan jika aku masih aktif, keluargaku hanya menerima permintaan dengan bayaran. Kami bukan pembunuh yang membunuh untuk bersenang-senang. Tenang saja."

"Justru ini yang paling mengerikan!!!" Seluruh kelas E berteriak di batin mereka.

Karena mereka tahu sudah berapa banyak pembunuh pemula yang yang tanpa sengaja meninggalkan jejak mereka dan ditangkap. Tetapi masih ada kasus yang belum terpecahkan sejak lama, yang pastinya dilakukan oleh pembunuh profesional. Karena begitu tahu mereka harus membunuh guru mereka sendiri, mereka menekuni bidang yang akan mereka masuki ini.

Yah walaupun untuk 10 miliar. Serius mereka benar-benar tergoda.

"Naah Killua. Kau adalah pembunuh profesional. Apa kau ingin beralih menjadi guru mereka? Jika iya itu akan sangat membantu dan tentu saja tidak akan ada kekurangan bayaran." Tawar Karasuma. Yang membuat seluruh kelas E tercengang. Mereka dengan gugup menunggu jawaban Killua.

"Yaah walaupun sialnya Ging tidak memberi kami uang saku saat kemari karena mata uang dunia kita tidak berguna disini dan kami membutuhkannya tapi aku tidak mau."

"!!!"

"Kenapa?" Tanya Nagisa. Sejujurnya Nagisa sangat ingin belajar dari Killua.

Dia merenungkan kejadian saat jam istirahat sepanjang kelas. Killua menghilang tiba-tiba bukan tanpa alasan. Tetapi karena dia telah memberikan informasi yang cukup untuknya bertindak secepat mungkin saat ada kesempatan! Dan refleksnya yang hampir seperti tidak perlu berfikir sama sekali untuk merencanakan membuatnya takjub.

Namun jawaban Killua tak terduga, tapi juga menusuk tepat dihati mereka.





"Karena kalian sendiri memiliki rasa kasih sayang pada target kalian yang merupakan pelanggaran besar bagi seorang pembunuh."

"Pembunuh yang seperti ini tidak akan pernah bisa mengenai target mereka dengan tepat dan cepat terutama tanpa ampun."

"Maah~ aku juga benci melakukan hal yang merepotkan." Killua baru saja bertindak keren. Tapi kata-kata Gon selanjutnya membuatnya malu.

"Karena itu juga Killua berhenti? Bukan?" Gon tampak bertanya namun dia sudah yakin. Karena saat ini keduanya matanya berbinar cerah dan senyumannya menyilaukan. Membuat pipi mantan pembunuh itu semerah tomat.

"Berisik Gon!"

"Aku juga pilih-pilih tahu! Yang seperti Ikalgo contohnya!"

"Hai haiii~"

"Tapi jika ada yang ingin melukaimu, aku tidak akan ragu!" Kata Killua dengan tegas.

Kali ini keadaan terbalik dan Gon yang merasa malu sekarang. Merahnya melebihi Killua.

***

Koro sensei yang sejak tadi, sejujurnya, tidak berani mendekati Killua. Dan terus bersembunyi untuk menguping karena ingin tahu, merasa tersentuh saat ini. Bahwa anak itu tidak sepenuhnya berbahaya, melainkan hatinya sangat lembut. Persahabatan keduanya juga sangat mengesankan.

Sungguh dia sangat lemah dengan hal seperti ini. Koro sensei buru-buru pergi membeli tisu untuk mengelap air matanya yang bocor seperti keran.

***

Sementara Killua dan Gon saat ini pusing memikirkan dimana mereka akan tinggal dan bagaimana cara menghasilkan uang dengan cepat. Seluruh kelas E selain mereka sekarang sedang merenung. Tidak lain merenungkan kata-kata Killua.

Karena yang dikatakannya sangat benar. Dan hal ini memukul semangat mereka. Bahkan Karma yang paling antusias melakukan pembunuhan pada Koro sensei pun sekarang sedang dalam mode anak pendiam.

Gon tidak tahan dengan suasana pagi itu dan berkata untuk menghentikan keheningan. "Nee. Apakah kalian terus kepikiran?"

"Bagaimana tidak?!" Kata Okajima. Terlihat sangat frustasi.

"Kami tidak bisa membantah." -Kataoka.

"Bahwa kami." -Nagisa.

"Menyayangi Koro sensei." -Kanzaki.



"Tapi bukankah ada banyak jenis yang menusuk? Rasanya sangat sakit sampai ingin mati!" Kata Gon. Yang membuat semua orang di kelas E memperhatikannya.

"Hahahaha! Kasih sayang juga bisa tajam begitu?" Killua tertawa miris karena sejujurnya dialah objek yang dibicarakan Gon.

Tidak. Harus dikatakan, seluruh keluarga Zoldyck.

Tapi Killua tahu hal ini tidak mungkin terjadi disini. Karena siswa-siswi kelas E berbeda dengan keluarganya yang gila. Namun dia tidak mengatakannya atau usaha Gon untuk memberi mereka semangat akan sia-sia.

"Sial! Aku kembali kesal pada kakakku yang hampir membunuhku ketika kau membicarakannya Gon!"

"Maaf! Maaf!"

Class ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang