6

30 4 0
                                    

Ketika yang lainnya pergi ke Mansion si kembar, berbeda lagi dengan Glory dan Xavier yang entah akan pergi kemana.

"Lo tuh nyebelin banget tahu gak, udah ngajak gua secara terpaksa. Sekarang lo pergi tanpa ngasih tahu gua mau ke mana," gerutu Glory di balik punggung Xavier.

Xavier yang mendengar gerutuan Glory hanya tersenyum tipis di balik helm full facenya, dan dia sedikit terpesona melihat wajah Glory yang kesal di kaca spionnya.

"Diajak ngomong malah diem, cuek sih ya cuek aja gak usah songong lo jadi bocah. Di ajak ngomong aja nggak nyaut-nyaut," ucap Glory yang sedikit gemas dengan tingkah Xavier.

"Berisik!" keluarlah satu kata dari mulut Xavier yang membuat Glory kembali jengkel.

"Turunin guaa, gua gak mau sama lo. Brengsek, irit ngomong, bisa-bisanya dulu gua suka sama cowo modelan kaya lo!" ucap Glory menaikkan nada suaranya.

Xavier yang mendengar Umpatan Glory kepada dirinya langsung mengerem mendadak, dia sedikit terganggu dengan ucapan Glory yang di bilang dia Brengsek.

Glory yang mendapatkan perlakuan seperti itu, bukannya marah ataupun kesal. Glory malah tersenyum lebar, seakan-akan inilah kesempatan emas untuk dirinya agar bisa terlepas dari Xavier si manusia batu.

"Ouh, tanpa lo suruh pun gua dengan senang hati bakalan turun dari motor lo. Jadi lo gak usah repot-repot buat nurunin gua dan teriak-teriak gak jelas," ucap Glory dia pun langsung turun ke bawah.

Xavier yang memang dia merasa jika dia membuat hal kasar terhadap Glory rasanya akan percuma saja, dia tidak akan pernah menurut dan malah lebih memberontak. Dan dia punya cara tersendiri agar Glory bisa tunduk terhadap dirinya.

"Siapa yang nyuruh lo turun?" tanya Xavier dan dia pun menahan tangan Glory agar memeluk dirinya.

"Apaan sih lo narik-narik tangan gue? mau modus lo? baru tahu gue ternyata cowo kulkas kaya lo bisa modus juga," sinis Glory kepada Xavier.

"Menurut lo gue bukan manusia biasa gitu? terus apa lo bilang tadi, gue brengsek? dari segi mananya gue brengsek," ucap Xavier dengan nada rendah.

"Ya-ya itu, lo pas sama gue udah punya cewe lain. Emang lo pikir itu nggak brengsek?!" tanya Glory yang sedikit menaikkan nada suaranya untuk menutupi rasa gugupnya.

Xavier yang mendengar penjelasan Glory hanya menatap datar dengan sedikit emosi.

"Itu bukan cewe gue! dia cuman sahabat kecil gue," ucap Xavier menaikan nada bicaranya.

Glory yang mendengar jawaban dari Xavier hanya bisa mendelik sinis.

"Sahabatan biji pala lo, emang lo pikir gitu orang sahabatan sampe jalan bareng tiap hari, kalo ada apa-apa sahabat lo yang selalu lo pentingin, sampe-sampe lo sering peluk cium dia!" ucap Glory yang sepertinya ikut tersulut emosi.

"Harusnya lo ngertiin dong, kalo gua sama dia tuh cuman temenan gak lebih. Dia itu udah anggep gua sebagai rumahnya, tempat buat dia pulang. Jadi pleaselah lo harus bisa ngertiin gue," ucap Xavier yang mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Kalo lo emang udah ada sahabat kaya gitu, ya udah lo gak usah pacaran sama orang lain. Pacaran aja sono sama SAHABAT LAMA lo!" ucap Glory menekankan kata 'sahabat lama'.

Xavier yang mendengar ucapan Glory hanya bisa menghela nafas pelan.

"Lo harusnya bisa ngertiin perasaan gue, jangan egois. Dia juga butuh gue," ucap Xavier mulai merendahkan nada bicaranya.

"Ya udahlah kalo dia butuh lo, lo sama dia aja gak usah sama gue. Toh lagian kalian juga udah kenal lama, jadi kalian jalin aja hubungan sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai. Gitu aja kok repot," ucap Glory memutar bola matanya malas.

"Itu gak segampang apa yang lo pikirin," ucap Xavier.

"Iti gik sigimping ipi ying li pikitin, bacot lo. Kebanyakan drama, hidup udah penuh sama drama jadi kalian berdua gak usah nambahin drama lagi. Muak gue," kesal Glory kepada Xavier karena masih membela dirinya sendiri.

"Susah jelasinnya sama lo, mendingan sekarang lo ikut sama gue!" ucap Xavier dan dia pun mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

"Pegangan, gue mau ngebut!" ucap Xavier sedikit berteriak karena bisingnya kendaraan yang berlalu-lalang.

"IYAA," teriak Glory membalas ucapan Xavier, dan dia pun malah berpegangan ke belakang motor Xavier.

"Cih, nih bocah gak peka banget dah. Maksud gue tuh peluk bukan kaya gituu arghhh bocah!" batin Xavier yang kesal kepada Glory yang tidak peka.

Xavier yang merasa Glory tidak akan memeluk dirinyaz akhirnya Xavier mengerem mendadak dan itu membuat Glory replek memeluk Xavier.

"Modus!" sebal Glory tapi tetap saja Glory memeluk Xavier dan makah menyenderkan kepalanya ke bahu Xavier.

Ingat ini hanyalah raga Glory, tetapi jiwanya bukan. Raganya dimiliki oleh Rula, seseorang yang terlempar ke sebuah novel yang endingnya sangatlah membagongkan.

Xavier yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Glory hanyalah tersenyum tipis dan dia pun sedikit mengelus punggung tangan Glory yang melingkar di pinggangnya.

"Biar lah kalo gue dibilang egois, nyatanya gue sayang sama lo tapi juga gue gak bisa ngelepasin Amanda. Teman masa kecil gue," batin Xavier sambil memandang wajah Glory yang ia lihat di kaca spionnya.

"Serah juga lah mau dibilang munafik atau apa, kan yang benci sama nih bocah Glory bukan gua. Gua cuman numpang di jiwa Glory, lagian siapa juga sih yang gak mau atau gak seneng diboncengin sama cowo ganteng," batin Rula yang asli.

Tak butuh waktu yang lama mereka berdua telah sampai di tempat yang ingin di tuju oleh Xavier, yaitu ialah sebuah penginapan yang sepertinya itu penginapan yang harganya lumayan fantastis karena tidak terlalu banyak aturan.

"Lu ngapain bawa gue ke sinii, gila!" ucap Glory yang malah mengumpat kepada Xavier.

"Loh apa salahnya, lo sendiri tadi bilang kalo gue ini cowo brengsek. Jadi ya udah bakalan gue buktiin artian dalam kata 'brengsek' menurut gua," ucap Xavier tersenyum penuh arti.

Glory yang sepertinya mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Xavier hanya bisa bergidik ngeri.

"Gila aja sih otak lo bawa gue ke penginapan kaya gini, kalo gue jadi lo gue bakalan buang cewe nyebelin," ucap Glory.

"Emang lo mau buang diri lo sendiri?" tanya Xavier yang malah kebelet oon.

"Ngaco lo bego, kan gue bilangnya kalo gue jadi lo. Bukan gue yang bilang bakalan buang diri gue sendiri," ucap Glory memutar bola matanya malas.

"Alah, lo itu kebanyakan ngomong. Lo tadi sendiri bilangkan kalo gue itu brengsek, jadi gue bakalan ngasih tahu apa yang sebenernya yang namanya brengsek," ucap Xavier tersenyum penuh arti.

"Ya ya ya ya, terserah lo aja. Gue gak peduli juga sama apa yang bakalan lo lakuin," ucap Glory dan dia pun turun dari motor Xavier dan memunggu Xavier turun dari motornya.

Xavier yang melihat betapa beraninya Glory dalam menghadapinya membuat Xavier merasa tertantang dengan perubahan yang terjadi kepada diri Glory.

"Gede juga nyali lo, gue kira lo bakalan ketakutan gitu sama cowo dibawa ke hotel atau ke sebuah tempat penginapan," ucap Xavier tersenyum sinis.

"Banci juga lo Xavier, orang kira lo itu orang yang paling kalem. Gak banyak ningkah, tapi nyatanya apa? lo sama aja kaya cowo di luar sana yang suka celap celup sana sini," ucap Glory yang sepertinya menantang maut dirinya sendiri.

"Sekarang lo boleh ngomong apa pun yang lo suka, tapi satu hal yang harus lo tahu. Gue kaya gini juga karena lo," ucap Xavier dengan datarnya dan mencekram bahu Glory begitu kuat hingga Glory meringis kesakitan.

Tanpa banyak bicara Xavier langsung membawa Glory masuk ke dalam ke penginapan dengan kamar VVIP yang sepertinya tempat penginapan ini adalah milik keluarga Xavier, jadi Xavier memiliki sepenuhnya dan bisa melakukan apa pun yang dia mau tanpa ada yang berani menegur dirinya.

TOXIC Is My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang