7

28 3 0
                                    

Setelah sampai dan masuk di kamar yang memang kamar khusus untuk Xavier karena Xavier sering berkunjung ke penginapan ini jika sedang bosan dengan suasana rumah, tanpa banyak bag big bug. Xavier langsung menindih Glory di kasur king size dengan tanpa ada celah dan jarak di antara mereka berdua.

"Lepasin gue sialan!" ucap Glory yang sepertinya sekarang sudah memberontak.

Glory kira semua, apa yang diucapkan dan apa yang dilakukan oleh Xavier hanyalah gertakan semata. Tapi Glory melupakan satu hal, bahwa Xavier bukanlah orang yang banyak berbicara, jika dia ingin melakukan sesuatu atau hal apa pun itu dia harus bisa mendapatkannya bagaimana pun caranya. Ya begitulah Xavier, yang keras kepala dan tentunya sangat berambisi dalam sesuatu hal.

"Mana yang tadi berani nantangin gue? kok sekarang malah ketakutan gini," ucap Xavier menyeringai Glory.

Glory yang melihat senyuman Xavier sedikit bergidik ngeri.

"Gue kira nih bocah cuman bercanda doang anjir, kok malah beneran sih asu.  Masa iya anjie gue bakalan digrep-grep sama nih bocah," batin Glory yang sepertinya sedikit menyesal karena telah menganggap semua apa yang diucapkan oleh Xavier hanyalah omongan biasa saja.

Xavier yang melihat Glory ketakutan tersenyum sinis, di dalam hatinya Xavier merasa berhasil membuat Gloey takut dan tunduk kepada dirinya.

"Mana tadi Glory yang pemberani tadi? bukannya tadi lo nantangin gue ya dan bilang kalo gue itu cowo yang paling brengsek, tapi sekarang setelah gue nunjukin hal kaya gini doang lo udah ketakutan kaya gitu. Jadi gimana kalo gue emang bener-bener ngelakuin apa yang lo bilang tadi?" tanya Xavier menaikan satu alisnya yang sepertinya Xavier sedang mengejek Glory.

"Wah nih tuyul nantangin gue ya, gak apa-apa kali ya gue agak binal sama nih bocah. Kalo gue diem aja yang pasti gue bakalan diejek terus sama cowok gila ini," batin Glory yang berkecamuk di dalam pikirannya.

Jika Glory sedang berkecamuk dengan pikirannya yang runyam bagaimana dengan menanggapi Xavier dengan sikap keras kepalanya yang membuat Glory pusing tujuh keliling, berbeda dengan Xavier yang malah mengamati wajah Glory yang sedamg berpikir. Tanpa Glory bicara, Xavier sudah tahu bahwa Glory sedang berpikir. Karena terlihat jelas dari wajah Glory dengan dahi berkerut.

"Akhirnya lo kena juga kan dari prank gue, makanya lo jangan sombong-sombong dan jual mahal ke gue. Nyatanya lo emang gak bakalan pernah lepas dari kehidupan gue untuk selamanya,"  batin Xavier yang menyeringai.

"Oh lo bilang gue bakalan takut gitu sama lo? gak mungkin!" ucap Glory penuh tekanan dalam setiap pengucapan katanya.

Karena ego Glory sangat tinggi, dia takut dengan ketakutannya itu bisa membuat egonya sedikit tergores.

"Masaa? bukannya lo ngejawab pertanyaan gue aja gugup kaya gitu, jadi gimana lo bisa ngebuktiin kalo lo gak seculun itu?" ucap Xavier yang sepetinya sangat ingin memancing emosi yang ada di dalam diri Glory agar memuncak.

"Oke bakalan gue buktiin kalo gue gak seculun ituu!" ucap Glory dan dia pun dengan nekat memajukan bibirnya agar bisa mencium bibir Xavier, pelan tapi pasti akan terjadi.

Tapi sebelum penyatuan bibir itu terjadi, ponsel milik Xavier berbunyi yang menandakan ada telepon dari Amanda selingkuhan dari Xavier yang bersembunyi dibalik kata 'sahabat'.

"Bentar dulu sayang," ucap Xavier dan dia pun langsung turun dari atas Xavier dan langsung mengangkat telepon dari Amanda.

"Halo, Amanda ada apa?" tanya Xavier yang matanya masih menatap Glory yang sedang menatap dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kamu ketakutan yaa? tapi aku gak bisa ke sana," ucap Xavier yang sedikit didengarkan oleh Glory.

"Ooh, kayanya dia lagi ada sesuatu nih yang dia mau dari Xavier. Kerjain aja gak sih tuh orang biar berantem sekalian aja kali ya," batin Glory yang memiliki pikiran buruk yang tidak boleh dilakukan oleh orang-orang yang tidak professional.

"Ahh sayangg, pelan-pelan. Sakit," ucap Glory yang malah berdesah dan Xavier malah berkerut keningnya mendengar suara Glory yang malah mendesah tanpa alasan.

"Hah apa Manda? bukan apa-apa, mungkin kamu salah denger aja. Aku nggak sama siapa-siapa kok," ucap Xavier yang malah terlihat sedikit panik setelah menjawab pertanyaan dari Amanda, menurut penglihatan Glory.

"AHH SAYANG, SHIT, FASTER BABY FASTER. OUHHH DALEMIN LAGII," ucap Glory yang malah makin menjadi dan itu membuat Xavier mendekat ke arahnya dan berbisik.

"Diem sayang," ucap Xavier dengan suara serak-serak basah, kalo saja iman Glory tidak kuat mungkin saja dia sudah tergoda dengan suara Xavier.

"Ahh sayangg, kamu kenapa kasar banget sih mainnya," ucap Glory tersenyum miring.

"Amanda aku matiin dulu yaa, nanti aku bakalan ke sana ke tempat kamu. Jadi kamu tunggu sebentar yaa," ucap Xavier dan dia pun mematikan panggilan sepihak.

"Ouh kamu mulai bisa macem-macem yaa, kamu mau aku lakuin beneran ya sama kamu," ucap Xavier dengan menatap sayu ke arah Glory.

"Alah bacot lo sialan! gua gak bakalan pernah mau sama lo sampai kapanpun, apa lagi lo suka main sama tuh lonte ogah gua punya cowo bekasan," cibir Glory dan Xavier hanya tersenyum tipis.

"Gak usah asal nuduh orang sembarangan, lo gak tahu gue kaya gimana. Jadi jangan pernah bilang hal yang mungkin gak pernah gue lakuin," ucap Xavier dan dia pun mencolek hidung Glory dengan gemas.

"Gak usah pegang-pegang!" ucap Glory menepis tangan Xavier.

Xavier yang mendapatkan perlakuan seperti itu, bukannya marah malahan dia malah tersenyum gemas.

"Berisik sayang, ya udah aku pergi dulu yaa. Kasihan Amanda takut gelap terus dia sendirian juga di rumah," ucap Xavier dan Glory memutar bola matanya malas.

"Alah gelap dari mana orang di sini aja lampunya nyala, emang dia aja orang gak mampu buat beli listrik. Dasar miskin," ucap Xavier mengacak-acak rambut Glory dengan gemas.

"Serah lu dah, sono aja pergi. Gue di sini aja," ucap Glory dan Xavier pun tersenyum tipis.

"Ya udah ya sayang, aku pergi dulu ya," ucap Xavier dan mengecup dahi penuh sayang dan dia pun langsung pergi meninggalkan Glory sendirian di dalam kamar penginapannya itu.

Setelah Xavier tidak terlihat dari penglihatan Glory, dia langsung mengelap dahinya dengan kasar.

Glory Pov

Hari ini adalah bisa dibilang hari tersial di dalam hidup gue, karena si Xavir malah ngajak ke penginapan hal seperti itu.

"Sialan banget ya tuh anak malah ngajak gue ke tempat kaya gini, habis tuh ninggalin gue kaya anak telantaran kaya gini," ucap gue yang mendengus kesal karena ditinggalkan begitu sama oleh Xavier.

"Satu hal deh yang bikin gue bingung sama Glory pemilik tubuh ini kenapa dia bisa begitu bucin sampe kegoblogan gini cuman sama cowo kaya Xavier. Ya emang sih ganteng, tapi kalo brengsek buat apa?" pikir gue yang sekarang ada di dalam pikirannya.

"Tapi gue janji Glory, gue bakalan bales semua dendam lo sama orang yang udah bikin lo skait hati. Sampai-sampai lo bisa mati kaya gini," ucap gue penuh keyakinan untuk bisa membalas semua dendam yang berada di dalam hati Glory.

Rula memanglah anak yang kurang kasih sayang orang tua dan orang yang cuman hidup sederhana, tapi jangan lupakan  dia pintar dalam semua hal. Apalagi membuat orang munafik semakin enak untuk di tindas.

"Bye-bye Glory yang payah dan cabe-cabean, ini adalah Glory yang baru dengan jiwa Rula yang baru. Orang munafik pantas buat dihujat," ucap gue penuh kebencian.

"Karena masalah ini adalah awal dari kehidupan gue sebagai Glory di dalam yang paling gue benci, jadi ya udah kehidupan ini bakalan gue nikmatin sambil mengajarkan orang apa itu hidup tanpa harus di rendahkan!" ucap Gue penuh ketekadan.

Glory Pov End

Setelah acara perkecup-kecupan itu selesai, Glory pun langsung keluar dari penginapan ini dengan langkah yang tergesa-gesa, tapi baru saja turun dari lift, dia tidak sengaja menabrak seseorang hingga terjatuh.

BRUK

"Awshhh..."

🦖🦖🦖🦖🦖

Diketik pada 25 Agustus 2023

TOXIC Is My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang