prolog

9 4 1
                                    

Suasana sore ini begitu temaram, bumi Jakarta terus dihujani tetes demi tetes butiran air dari langit. Seorang wanita muda yang telah basah kuyup nampak berjalan seorang diri dibawah naungan hujan. Ia berjalan tak tentu arah dengan telapak kaki yang langsung menapaki jalan bergenang dinginnya air hujan.

Langkahnya yang lunglai pun terhenti disebuah trotoar yang bersebelahan langsung dengan jalan besar. Di tengah jalan raya yang nampak kosong itu, ada seorang nenek tua yang berjalan tergopoh-gopoh untuk menyebrangi jalan itu. Dengan ditopang seonggok tongkat kayu, ia terus melangkah sekuat tenaga walau betisnya nampak bergetar karena lemah.

Wanita itu terdiam memandangi si nenek tua. Terasa miris hatinya melihat Langkah demi Langkah penuh getaran itu. Teringin kakinya melangkah untuk mendekat, tapi belum sempat ia melangkah maju, terdengar suara klakson mobil menggema begitu keras.

Spontan ia menoleh kearah asal suara dan mendapati sebuah minibus melaju cepat menuju sang nenek tua. Ia menoleh kearah sang nenek dan bertindak cepat dengan meneriaki si nenek dari tempatnya berdiri. Sangat disayangkan, suaranya tidak mencapai gendang telinga sang nenek, bahkan saking takutnya wanita itu, suaranya tiba-tiba tercekat.

Laju mobil semakin mendekati si nenek, namun dengan santainya Wanita tua itu malah menoleh ke belakang dan tatapannya jatuh pada Wanita itu. Mereka saling menatap sesaat, dan mobilpun melesat melewati tempat si nenek berdiri.

Jantungnya berdegup kencang, napasnya pun terasa sangat berat, dia sangat takut melihat tragedi kecelakaan gila itu terjadi tepat di depan matanya. Namun yang lebih mengerikan, ternyata mayat sang nenek menghilang tanpa jejak. Bahkan setetes darah tak nampak disana. Sekujur tubuhnya melemas, ia merinding tak karuan, bagaimana bisa kejadian gila itu terjadi.

Seketika pandangan matanya pun jatuh pada selembar kertas yang melayang tepat di tempat nenek tadi berdiri. Merasa penasaran, kakinya yang masih gemetar karena syok pun mulai melangkah mendekati selembar kertas itu. Tangannya yang lemas pun berhasil menggapai kertas itu, dan betapa herannya dia saat mendapati apa yang tertulis di atas kertas itu.

Di atas kertas tua tang nampak lapuk itu, hanya tertulis satu kata asing yang tak dapat dimengerti maknanya. ‘Amyvasburghee’, itulah yang tertulis.

Sesaat ia termenung karena heran, membuatnya lupa kalau dia tengah berdiri di tengah jalan besar di kota Jakarta. Walau tak seramai biasanya, tetap saja beberapa kendaraan melaju dijalan itu. Benar saja, kali ini suara klakson truk mengagetkannya. Padahal dia masih gemetar karena kejadian sebelumnya, tapi dia malah bertindak dengan sangat ceroboh.

Cahaya lampu depan truk menyilaukan matanya, kakinya bergetar hebat, jantungnya juga berdetak seolah akan meledak saat itu juga. Sekarang hanya ada dua kemungkinan, mati karena tertabrak truk, atau mati karena ketakutan yang luar biasa.

Dua kelopak mata dengan bulu mata tebal yang indah itu terbuka, menunjukkan dua manik hitam yang bergetar ketakutan. Saat itu ia sadar kalau dirinya sedang terbaring di atas ranjangnya yang empuk. Dengan susah payah ia pun berusaha mengendalikan napasnya yang terengah-engah karena takut, lalu ia menoleh ke kanannya dan mendapati seorang pria dewasa berambut coklat gelap dan kulit putih tengah terlelap.

Dengan yakin ia mendekati pria itu dan meringkuk dalam pelukannya, tangan pria itu nampak secara naluriah mendekapnya seolah ia berusaha menenangkannya saat itu juga. Padahal tidurnya nampak sangat nyenyak, tapi dia tahu apa yang harus dia lakukan. Dengan suara yang bergetar, ia pun bergumam, “Mizee, aku takut..”

Setelah itu ia Kembali menutup kedua matanya dan berharap tidak melihat mimpi sama lagi.

Sedan silver itu melaju santai di jalan metropolitan Jakarta. Seorang pemuda berseragam SMAN nampak duduk tenang di sebelah bangku supir. Dia menatap malas keluar jendela, entah dimana pikirannya saat itu, namun tatapan kosongnya nampak sangat tidak peduli dengan setiap pemandangan yang dia lalui.

“Laskar!,” panggil ayahnya yang saat itu tengah mengemudi.

Yang dipanggil namanya hanya menyahut pelan tanpa menoleh.

“Ayah seneng Laskar mau berangkat sekolah lagi..,” ujar sang ayah yang masih tidak dipedulikan olehnya. Pemuda itu justru sibuk mengeluarkan kotak kacamata dari dalam ranselnya.

Mendapati sikap apatis putranya, sang ayah hanya dapat tersenyum pasrah. Ia berusaha mengerti keadaan putranya yang masih merasa trauma terhadap kegiatan belajar mengajar di sekolah dulu. Sekarang pun walau anak itu yang meminta untuk Kembali sekolah, tapi dia masih menunjukan aspek khawatir yang berusaha ia pendam dalam-dalam.

Mereka pun tiba di jalan dekat sekolah. Saat itu ayahnya memarkir mobil di depan minimarket yang berada cukup dekat dari sekolah. Tanpa sepatah kata pun, anak itu langsung keluar dari mobil dengan rensel hitamnya yang mengantung di bahu kanannya.

Belum sempat langkahnya menjauh, sang ayah kembali meanggilnya. Langkahnya pun terhenti dan ia melihat ayahnya sedang memberi isyarat agar anak itu menghampirinya sambil berkata, “Sini dulu..”

Tanpa basa-basi anak itu menurutinya untuk menghampiri ayahnya yang masih duduk dibangku supir dan menongolkan kepalanya di jendela mobil. Saat anak itu sudah berada di dekatnya, sang ayah menepuk lembut puncak kepala putranya lalu mengacak-acak rambutnya. “Belajar sungguh-sungguh, biar jadi nomor 1! Oke?!,” kata ayahnya penuh semangat.

Anak Bernama Laskar itu terdiam sesaat, lalu berdecik pelan dan berkata, “Papa gak usah berharap! Kan Nidera udah jadi yang nomor 1 buat Papa!”

Sang ayah terkejut mendengarnya, namun ia kembali tersenyum seolah memahami keadaan putranya dan berkata, “Ah! Semua anak Papa itu nomor 1 buat Papa.. kalo Laskar mau belajar sungguh-sungguh Laskar bisa jadi nomor 1 buat semua, bukan cuma buat Papa aja..”

Laskar tersentak sesaat, lalu tanpa aba-aba ia pergi meninggalkan ayahnya menuju sekolah. Lagi-lagi sang ayah hanya dapat tersenyum pasrah menanggapi sikap putranya yang nampak kurang bersemangat itu.

The Magician of FLOWSLEE world Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang