3. Mimpi Buruk Laskar

10 3 0
                                    

Saat jam istirahat tiba, gadis yang mirip dengan Arla pun buru-buru menghampiri Arla. Dia menarik tangan Arla, sehingga Arla terpaksa berdiri dan menghadap dirinya. "Aira? Kenapa?," tanya Arla santai.

Dengan tegas gadis itu berkata, "Gue gak rela ya Nay, kalo kembaran gue duduk di sebelah Anak Gaib!"

Dimas si biang onar pun bangkit dari tempatnya duduk, dan bertingkah seolah menenangkan Aira dengan berkata, "Woy.. Woy.. Aira.. ceritanya lo gengsi nih?!".

Tatapan Aira pun langsung tersorot tajam kearah Dimas, dan Dimas kembali berkata, "CK! Padahal si Arla keliatannya kepincut tuh sama si Anak Gaib!"

Tatapan mata Arla pun memicing, dan Aira dengan tegas berkata, "Lo ngapain ikut campur sih? OHH! Kan ini masalah gara-gara ELO ya?!"

Dimas tidak terima dan berkata, "kok gue yang salah? Kan emang si Arla yang nawarin tukeran tempat!"

"Diem lo! Gara-gara elo adek kembar gue jadi harus rela pindah!," seru Aira penuh emosi. Dimas berusaha berkilah, namun belum sempat dia mengatakan sesuatu, Aira Kembali berkata, "lo tuh cowok! Tapi mulut lo ember kek cewek! Nyebelin lo!"

Pedebatan mereka pun berlangsung kisruh. Tipikal Dimas yang memang suka mengajak berkelahi membuat Aira gerah dan terus membalas setiap ucapannya. Arla terus berusaha menenangkan Aira, namun tidak ada yang berhasil membuatnya tenang selain si Anak Gaib yang tiba-tiba bangkit dan pergi meninggalkan kelas.

Kepergian Laskar yang merupakan inti dari segala inti membuat seisi kelas senyap seketika. Tatapan mata mereka tersorot mengikuki tiap Langkah Laskar. Lalu Aira yang sudah mulai tenang, langsung mengajak Arla dan Gladys -teman lama Aira dan Arla- pergi keluar kelas juga. Sebelum pergi dia melirik Dimas dan mengancamnya dengan berkata, "AWAS LO DIMAS!"

...

Di lorong sekitar kelasnya, Laskar nampak berjalan tanpa arah. Ia berusaha tenang, tapi pikirannya kalut. Ini hari pertamanya setelah sekian lama, Laskar Kembali ke sekolah. kalau diingat-ingat lagi, terakhir kali Laskar ke sekolah adalah waktu kelas 3 SD, dan setelah itu Laskar homeschooling, bahkan pelatih renang dan pecak silatnyanya adalah guru pribadi, bukan perkelompok.

Sejak kejadian traumatiknya waktu kelas 3 SD, keluarga Laskar tak henti-hentinya memberi dukungan agar Laskar tetap semangat belajar. Bahkan kakaknya -Nidera- selalu menjadi orang pertama yang menyemangatinya dan mendorongnya untuk melakukan banyak kegiatan positif agar Laskar bisa lepas dari kenangan buruknya.

Beberapa hari lalu, Laskar mengalami mimpi buruk yang terus-menerus menghantuinya. Isi mimpi itu selalu sama, dan waktu terjadinya pasti di waktu tidur malam, karena kalau Laskar tidur siang mimpi itu tidak pernah muncul.

Di dalam mimpi itu Laskar melihat seorang gadis cantik yang mengenakan seragam yang sama dengan seragam sekolahnya sekarang. Itu yang membuatnya memberanikan diri untuk datang langsung ke sekolah dan memastikan siapa gerangan gadis itu.

Awalnya, mimpi itu memang indah. Terasa damai dan tentram. Laskar duduk bersandar dibawah pohon besar yang menjadi pusat padang rumput berbunga mekar dengan aneka jenis dan warna yang elok dipandang mata. Angin behembus lembut, membuat bunga-bunga dan dedaunan benari beriringan. Lagit cerah, dan kesunyian yang sangat Laskar dambakan.

Hingga datanglah gadis cantik berseragam SMA itu, kalau diingat-ingat tidak ada satupun anak dikelas yang mirip dengan gadis itu. Rambutnya pirang menjuntai dengan gaya rambut ponytail, sama seperti gaya rambut Gladys. Kulitnya sangat pucat, lebih pucat dari kulit Arla. Dan bibirnya sangat merah seperti bibir Aira, tapi bibir gadis itu terkesan lebih segar seperti mendikai.

Gadis itu berjalan Anggun di tengah padang menuju tempat Laskar berdiri, lalu langkahnya terhenti di dekat sebatang bunga matahari yang nampak begitu cerah menatap sang jumantara. Dia menyeringai kepada Laskar yang tengah memperhatikannya dari kejauhan, lalu bunga matahari di dekat gadis itu mulai terbakar. Entah darimana api itu menjalar, tapi api itu berkobar semakin besar.

Tiba-tiba terbesit di benaknya teriakan seoarang anak lelaki yang berseru, "ARKHH! PANAS!"

Dengan cepat tatapannya Kembali pada bunga matahari yang terbakar itu, anehnya bunga itu nampak tetap segar, bahkan apinya tidak menjalar ketempat lain. Fokus Laskar pun teralih kepada gadis yang berdiri di dekat bunga itu. Tak ada kecemasan di wajahnya, dia bahkan masih melempar seringai aneh kepada Laskar.

Jari-jemari lentik gadis itu pun mulai terulur ke bunga yang terbakar itu, dia seolah terhipnotis oleh bunga itu. Dan belum sempat gadis itu menyentuh sehelaipun kelopak bunga matahari yang cerah itu, api langsung melahap tubuh gadis itu.
Laskar terkejut, tidak, dia panik saat melihat tubuh gadis itu perlahan menghitam dan meleleh, dia seperti batu bara yang terbakar. Mengerikan, dia mencoba mencari sumber air untuk menyelamatkan gadis itu. Nihil, tak ada setetes pun air disana. Perlahan gadis itu pun tumbang, dia masih mebisu bahkan saat api sudah melahap habis tubuhnya.

Dari kejauhan Laskar dapat melihat kedua mata gadis itu terbuka, kedua bola matanya memerah dan tersorot kearah Laskar. Spontan Laskar melangkah untuk menghampiri gadis itu dan menolongnya, namun tiba-tiba ia merasa ada yang menariknya menjauh. Dan seketika ia tersadar dari riwannya yang mengerikan.

Mimpi itu terasa begitu nyata, ia bahkan masih ingat aroma bunga-bunga di sana yang terbawa angin sampai ia dapat menghirupnya. Bahkan bau sangit saat gadis itu terbakar terasa sangat nyata. Kalau itu mimpi, mungkin saja itu peringatan. Laskar sendiri tidak begitu percaya, tapi dia ingin tahu apa gadis itu benar-benar bersekolah di sekolahnya, atau mungkin pernah bersekolah disana.

"AWH!," seru seorang gadis yang ternyata baru saja berbenturan pundak dengan Laskar.

Dengan cepat Laskar menoleh kebelakang dan melihat sosok belakang gadis itu. Melihat rambut pirang dan gaya ikat rambut high ponytailnya membuat Laskar langsung terkejut. Terlebih saat melihat wajah gadis itu pada saat gadis itu menoleh. "Persis!," gumam Laskar dengan kedua mata yang terbelalak karena syok.

"Maaf, saya tidak sengaja.." kata gadis itu dengan logat asing.

Laskar langsung tersadar dari syoknya dan berkata, "Oh! Gakpapa! Aku yang ngelamun tadi.."

Tiba-tiba gadis itu menyeringai, persis dengan gayanya menyeringai waktu di mimpi. Laskar yang masih terpaku pada wajahnya langsung di sodorkan telapak tangan gadis itu tepat di hadapan wajahnya. Gadis itu tiba-tiba mengucapkan kalimat aneh, dan..

.
.
.

Laskar terdiam sendirian di lorong tepat di dekat kelasnya. Ia nampak linglung dan mencoba mengingat-ingat kembali alasannya berdiri sendirian disana.

"Laskar?," panggil seorang Pak Guru yang ternyata telah berdiri di belakang Laskar. "Kamu Laskar, kan?," tanya Pak Guru yang merasa baru bertemu langsung dengannya.
Dengan sopan, Laskar mengangguk dan berkata, "Iya Pak! Saya Laskar Adikara!"

Pak Guru pun mengajaknya masuk ke dalam kelas karena bel masuk sudah berbunyi, dan Laskar langsung menurutinya dengan sopan.

...

The Magician of FLOWSLEE world Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang