2. Anak Gaib

6 3 0
                                    

Suasana sekolah cukup mencekam bagi laskar, rasanya bagai memasuki rumah hantu. Padahal kemarin Laskar sudah mendatangi sekolah di hari libur bersama ayahnya, dengan niatan survei. Sekarang ia menyusuri lorong demi lorong seorang diri, dengan ingatan langkahnya menuju kelasnya kemarin, ia berjuang melewati setiap pasang mata yang tersorot kearahnya.

Akhirnya langkahnya terhenti di depan pintu kelas, ia mendongak untuk memastikan kalau dia benar-benar akan masuk ke dalam kelas 3-d. Setelah merasa yakin, ia Kembali melangkah memasuki kelas itu.

"HAH?!," seru beberapa orang di dalam kelas. Itu membuat langkah Laskar terhenti seketika, dan ia refleks menatap ke depan.

Dalam keheningan, mereka menatap Laskar dengan tatapan heran dan terkejut, ada pula yang menatap ngeri, menatap rendah, menatap takjub, dan tatapan terpesona. Itu semua terlihat sama di mata Laskar, terasa bagai tekanan dahsyat yang menimpa setiap organnya.

Dengan cepat ia memejamkan matanya dan mengatur pernapasannya. Ia harus mengabaikan mereka agar dapat fokus bersekolah. Dengan tingkah dingin yang seolah-olah tak peduli sekitar itu, ia berhasil mencapai tempat duduk yang sangat diharapkannya, ya, tempat terpojok di belakang kelas.

Sorot mata orang-orang di dalam kelas terus mengikuti langkahnya. Kemudian mulailah sayup-sayup suara perbincangan terdengar sampai ke telinga Laskar. Ada yang bertanya, "Itu si anak gaib ya?".

Lalu ada yang bekata, "Ih serem! Anak gaib dateng!".

Dari semua pembicaran mereka, kalimat yang pasti mereka sebutkan adalah 'Anak Gaib'. Walaupun mereka berbisik-bisik, tapi yang membuat Laskar kesal adalah suara mereka yang tumpang tindih memasuki indra pendengarannya. Memusingkan dan memuakkan, pikirnya. Ia pun menenggelamkan kepalanya kedalam lipatan tangannya di atas meja, lalu menutup kedua matanya berharap ia dapat tertidur sebentar dan mengabaikan mereka.

"WOY ANAK GAIB!," seru seorang murid lelaki yang nampak seperti ketua gengster. Ia melangkah menghampiri Laskar yang sama sekali tidak menghiraukan seruannya.

Merasa tidak ditanggapi, anak itu menjambak rambut Laaskar dan mengangkat kepalanya sampai Laskar dapat melihat wajahnya yang tidak berkesan itu. "Lo denger gak gue panggil tadi?!," tanyanya dengan sangat kasar.

Laskar hanya diam sambil menatap datar wajah orang yang berani menjambaknya itu. Sekilas ia membaca nama yang tertera di seragam anak itu, 'Dimas Aidan'. Padahal dia tidak pernah mengenal seseorang bernama itu sebelumnya, tapi anak itu malah menyulut emosinya.

Dia masih berusaha untuk tetap tenang, dan keadaan itu justru membuat lawannya merasa jengkel dan semakin menjadi. Dimas menarik kerah kemeja Laskar hingga ia terangkat tanpa perlawanan. Seisi kelas riuh seketika, mereka berekspresi seperti penonton acara balap pacuan kuda, hanya dapat melihat dari jauh dan berseru tanpa melakukan pembelaan.

Perlu diketahui, saat itu Laskar berusaha mati-matian menyeimbangkan beban tubuhnya yang diangkat oleh Dimas. Karena tingginya yang jelas nampak jauh lebih tinggi dari Dimas dan massa ototnya yang memang terlatih olahraga renang dan pecak silat sejak SD, Laskar harus bertahan agar Dimas tidak jatuh karena tidak seimbang. Dan lagi, Rezha, kakak iparnya sering mengajaknya berkuda akhir-akhir ini. Karena dia suka menonton lomba pacuan kuda, Rezha malah sering mengajaknya berkuda setelah hanya menonton.

"Heh! Anak gaib! Bisa-bisanya lo dateng! Padahal udah dua setengah tahun lo gak ada! Lo gaib bro!," seru Dimas dengan dengan perasaan superior yang sangat tinggi.

Sesaat Laskar meratapi dirinya yang tak berani melawan padahal dia bisa. Bayangan kelam tentang traumanya waktu kecil mulai kembali menghantui benaknya. Rasanya mual dan gelap, tapi dia tak dapat menunjukkan ekspresi apapun di depan banyak orang. Tak disangka, anak lain di sekitarnya yang nampak hanya sebagai penonton saja, benar-benar berperan sebagai penonton pacuan kuda dengan sangat baik. Satu diantara mereka berseru, "Bener tuh kata Dimas! Padahal kalo lo gak ada gue bisa 1 tingkat lebih tinggi di urutan peringkat kelas!"

The Magician of FLOWSLEE world Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang