1. Waktu Sarapan Aluna

11 3 0
                                    

Pagi ini udara Jakarta cukup sejuk dan nyaman untuk dihirup. Cahaya matahari menyinari bumi Jakarta tanpa terhalang awan tebal. Kicauan burung dan suara kesibukan kota pun mulai terdengar. Jam menunjukkan pukul 7 lewat 10 menit waktu Indonesia bagian barat. Dan denting sepeda anak kecil terdengar riuh di halaman rumah Nidera.

"Aluna! Ayo abisin sarapannya dulu!," panggil Nidera dari teras depan rumahnya.

Anak berkuncir dua itu nampak sangat asyik menggoes sepedanya. Sebenarnya anak itu sedang pamer karena baru saja berhasil mengendarai sepeda tanpa roda pembantu. Dia terlampau senang dan terus mendentingkan lonceng sepedanya sambil tertawa riang.

"Bunda! Una bisa! Una bisa!!," seru anak itu dengan senyum yang sangat lebar.

"Iya! Una hebat!," jawab Nidera sambil tersenyum pasrah karena anak itu tidak mau menghampirinya. "Tapi lebih hebat lagi kalo Una mau abisin sarapannya! Nih liat! Sarapannya nungguin!,"sambung Nidera sambil menunjukan piring sarapan anak itu.

Bujukan itu pun berhasil menarik minat Aluna untuk menghampiri bundanya. Dan saat anak itu sudah berada di dekat bundanya, sesendok nasi dan lauk pun melayang menuju mulut kecil anak manis itu. "waktunya isi bensiinn..," celetuk Nidera, dan anak itu membuka lebar-lebar mulut mungilnya.

Di tengah keasyikan waktu sarapan Aluna, tiba-tiba terdengar suara klakson mobil. Perhatian ibu dan anak itu pun teralih kearah mobil Expander putih yang berjalan menuju gerbang depan. Mobil itu berhenti di dekat mereka, dan terbukalah jendela depan disisi supir perlahan.

"Ayah!," panggil Aluna dengan suara imutnya yang melengking.

Pria yang di panggil ayah itu adalah Rezha, dia nampak tersenyum dan segera membuka pintu mobil untuk menyambut putrinya yang saat itu langsung berlari menghampirinya.

"Ayah! Kok baru mau berangkat?," tanya Nidera sambil melangkah menghapiri Rezha.

Sambil menggendong Aluna dan melangkah mendekati Nidera, Rezha menjawab dengan santainya kalau dia ketiduran lagi setelah dibangunkan oleh istrinya.

"Bisa-bisanya..," kata Nidera tak percaya. "Bunda aja gak bisa tidur semalem..," sambungnya dengan mata yang nampak Lelah.

"Kenapa? Bunda mimpi buruk?," tanya Rezha penasaran.

"Kepo deh!," jawabnya kesal. Lalu untuk mengalihkan topik ia bertanya, "Ayah udah sarapan?"

Pria itu hanya tersenyum kaku dan mengedip-ngedipkan kedua matanya seolah berharap disuapi oleh istrinya. Nidera menghela napas pasrah sambil memutar kedua matanya selaras, "Berasa punya dua anak nih..," gumamnya malas.

Walaupun malas dia tetap menyuapi pria itu, lalu Kembali menyuapi Aluna yang masih bertangger di gendongan ayahnya. Namun belum lima menit mereka menikmati sarapan bersama, Rezha langsung pamit untuk berangkat kerja.

"Ayah udah mau pergi aja?!," tanya Aluna dengan sedikit aspek kecewa.

"Iya HoneyGirl.. ayah harus kerja, kalo enggak nanti kita gak bisa makan," celetuk Nidera dengan maksud bercanda.

Rezha pun menanggapi dengan berkata, "bisa dong.. kan bunda juga kerja.. jadi kalo ayah gak ada kalian tetep bisa makan.."

Terkejut, Aluna pun sontak berseru, "ENGGAK!". Lalu dengan kedua pipi yang mulai memerah anak itu berkata, "Ayah gak boleh ngomong gitu!,"

"Iya ih! Ayah gak boleh ngomong gitu! Pamali!," sahut Nidera yang tengah meletakkan piring sarapan Aluna di pojok teras. Sebenarnya dia juga terkejut karena Rezha tiba-tiba bicara seperti itu, tapi dia berusaha agar tetap tenang dihadapan mereka.

Rezha pun tertawa pelan sambil mengelus rambut putrinya. "Iya, maafin Ayah ya.. ayah pastiin ayah bakal selalu ada buat bunda sama Aluna.."

"Janji ya ayah!," kata gadis itu sambil memonyongkan bibirnya.

The Magician of FLOWSLEE world Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang