5.●Di mulai dan pertemuan●

46 4 0
                                    

"Abang ga perlu ikut campur" ucap Kenzo sambil melepaskan pegangan Sean.

"Itu harus, kamu menyakiti adikku" ucap Sean lalu berbalik menatap Lesya.

"Kamu ga papa? Apa selama ini mereka mengganggumu?" Tanya Sean dengan nada khawatir.

"Kami? Mengganggunya? Ga kebalik?" Bukan, bukan Kenzo atau Melvin yang menjawab. Tapi...

Damian.

"Maksud kamu?" Tanya Sean sambil menatap Damian.

"Dia yang selalu membully Nara" ucap Damian sambil menunjuk wajah Lesya.

Sudah kubilang bukan? kalau Damian adalah bucin Nara juga.

Lesya yang di sedari tadi diam mulai angkat bicara.

"Gue? Ga kebalik?" Tanya Lesya sambil menunjuk diri sendiri. Dia sengaja berkata begitu untuk memancing emosi Damian, dia akan bermain-main dulu dengan mereka sebelum mengungkap kebenarannya. Tak seru bukan kalau tidak membuat mereka menyesal?.

"Maksud lo apa?! Nara yang bully lo gitu?! Ga usah ngaco!!" Teriak Kenzo tepat di depan wajah Lesya. Sedangkan Melvian, dia hanya diam tanpa angkat bicara. Dia masih memikirkan kejadian tadi malam saat keluarga Lesya memutuskan pertunangan dengannya.

"KALIAN SEMUA YANG ADA DI SINI, DENGAR BAIK-BAIK" teriak Lesya dengan lantang membuat lorong yang asalnya ricuh menjadi hening. Bel belum berbunyi karena sekarang masih jam setengah 7. Bel berbunyi jam setengah 8.

"KALO GUE TERBUKTI TAK BERSALAH SELAMA INI, INGATKAN GUE UNTUK NGGA MEMAAFKAN MEREKA SEMUA" teriak Lesya lagi membuat semua yang mendengarnya menjadi ricuh kembali. Di mulai ada yang mendukung, cibiran, bahkan menatap sinis Lesya termasuk Kenzo dkk (-Melvian dan Xavier).

"Udah salah ga usah sok-sokan tersakiti lo!!" Ucap Fabian dengan sinis. Sedangkan Lesya, dia hanya tersenyum misterius.

"Nantikan karmanya" ucap Lesya lalu pergi dari sana. Sean hanya memandang kedua adiknya bingung. Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa yang harus ia percaya?.

****

Lesya pulang sekolah dengan jalan kaki, mengapa? Salahkan saja handphonenya yang mati jadi dia tidak bisa menelepon supirnya untuk menjemput.

Kenzo? Oh, ayolah. Manusia satu itu adalah orang yang membencinya untuk saat ini. Tidak mungkin bukan jika dia menghampiri orang yang membencinya. Itu namanya cari mati!.

Melvin? Ingat, mereka sudah tidak ada hubungan apapun.

Apa dia hapal jalan pulang?. Jawabannya, tidak. Sebab itu dia hanya berdiam diri di pinggir jalan. Selain dia malas meminum obat-obat yang ada di kamarnya, dia juga malas bertemu dengan Kenzo.

"Haish, gue di mana sih ini?!" Ucap Lesya frustasi. Sejak tadi yang dia lihat hanya pepohonan di pinggir jalan dan jalanan sepi. Mau dia balik lagi ke sekolah pun tak mungkin karena dia lupa arah. Seharusnya dia menunggu di sekolah sampai ada yang sadar bahwa dia tidak ada di rumah. Dia sejak tadi merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa menunggu.

Bugh

Krak

Bugh! Bugh!

Argh

"Apaan tuh?" Ucap Lesya pelan, dia mendengar sesuatu. Seperti ada yang adu jotos.

Dia mendekati ke asal suara, makin lama ... suara itu makin membesar. Dia melihat sebuah gedung tua di belokan pertigaan itu. Lalu dia mendekat ke arah gedung itu. Di belakang gedung itu, terlihat sekitar tiga remaja dan enam orang berbadan besar sedang adu jotos. Terlihat sekali jika ketiga pemuda itu kelelahan.

Alena StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang