3rd 'Derita Seorang Diagra

2.8K 243 4
                                    

Diagra gemas, putra bungsu yang biasanya selalu dimonopoli orang lain itu kini tengah memeluk kaki jenjangnya manja. Entah apa maksud terselubung Tofu, yang jelas wajah bulat dengan bibir yang mengerucut lucu itu seperti meminta sesuatu.

"Ada apa, sayang?"

Sembari mengelus rambut tipis yang mulai akan tumbuh lagi itu, Diagra turut membantu menyangga pantat bulat si kecil supaya dapat naik ke sofa. Jangan salahkan Diagra karena tak membantunya, tapi Tofu yang lebih dulu memperingatkan bahwa ia akan naik sendiri tanpa bantuan.

"Pa, ngan gang-gang! Wac na, Pu nak ik! (Pa, jangan pegang-pegang! Awas, Tofu mau naik!)"

Huh, tidak sadarkah bocah ini kalau pantatnya tidak dipegangi, sampai Una berjenggot pun ia tak akan bisa naik dengan tubuh cebolnya itu.

"Hmm.... tidak papa pegang, cepat naik."

Diagra sesekali tertawa geli melihat putra mungilnya yang bersusah payah memanjat sofa. Seandainya ada Louis, sudah dipastikan Diagra tak akan selamat sebab membiarkan bocah kesayangannya kepayahan.

"Hnggg!!!"

Lihatlah, wajah Tofu sudah tidak terkontrol dengan suara ngeden seperti ketika akan BAB keras. Diagra hampir kelepasan tertawa jika tidak ada Lunar yang tiba-tiba datang dari arah lift. Melihat sang ibu, buru-buru pria itu mengangkat Tofu dan didudukkan di sofa.

"Aga, mana Tofu?"

Sudah Diagra duga, ibunya itu sedang mencari cucu cebolnya. Bahkan dirinya tidak ditanyai meski baru kembali dari misi yang sangat berbahaya.

Kalian tau? Diagra baru kembali dari markas besar Afeltra. Jangan salah, Diagra itu peretas kelas kakap. Cukup beberapa jam ia di depan komputernya, maka apa yang ingin dia ketahui akan langsung diterima. Termasuk markas besar mafia sekelas Hinafuka.

Tadi, Diagra baru berani kembali setelah memastikan bahwa lingkungan mansion masih aman. Ia harus dibuat repot begitu karena tak tega ketika kemarin si kecil sampai berdemo di depan pintu rapat. Jadi, rencananya hari ini mereka akan bermain keluar, yang tentunya dengan pengawasan ketat dari para bodyguard.

"Ni Puu.. (Disini Tofuu..)"

Lunar sedikit tersentak ketika sofa raksasa di depannya mengeluarkan suara lucu. Setelah memastikan, wanita itu kemudian tertawa geli menyadari cucu kecilnya yang sudah cemberut karena terlambat di notice.

"Hihii.. maaf sayang, kau tidak terlihat. Sedang apa, hm?" tanya Lunar sembari ikut duduk di samping si kecil.

Tofu inginnya protes, tapi mengingat dia yang punya rencana, hal itu diurungkannya. Meskipun wajah bulat itu juga tak bisa menutupi kekesalan yang terlalu nampak. Sampai-sampai Lunar sudah gemas dengan mencubit pipi gembul yang menggembung itu.

Jangan lupa bibir monyong.

"Na mama? (Mana mama?)" Lupakan hal yang membuat kesal, sekarang saatnya Tofu kembali melancarkan aksi.

"Masak. Kita mau main ke luar 'kan? Ada apa cari mama?" tanya Lunar sedikit heran. Pasalnya, setelah bertemu dengan keluarga Dozoura, bocah mini itu sangat jarang mencari orang tuanya kalau tidak karena minta susu atau akan tidur. Dan seingat Lunar, Tofu sudah mendapatkan jatah susunya pagi tadi.

"Wat cucu Pu gi? (Buatkan susu untuk Tofu lagi?)"

Mendengar pertanyaan tersebut, baik Lunar maupun Diagra hanya bisa memasang wajah datar mereka. Seperti ತ⁠_⁠ʖ⁠ತ. Namun, dalam hati turut menyoraki si kecil yang bertubuh gempal itu.

"Kemari kau rakus, biar oma tunjukkan betapa gendutnya dirimu."

Lunar mengambil tubuh gempal Tofu dan kemudian langsung pergi menuju lift, meninggalkan Diagra yang lagi-lagi memasang wajah datar untuk kedua kalinya hari ini.

Tofu's Life Story [Dozoura Fam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang